"Yang jelas TNI AU sudah siapkan aset udara yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk pencarian dan evakuasi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Indan Gilang B di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu.
Menurut dia, dua helikopter jenis NAS 332 Super Puma dan EC 725 Caracal yang telah disiapkan itu dapat digunakan untuk evakuasi korban karena dua heli itu terdapat "hoist" yang dapat digunakan untuk menurunkan personel penolong dengan menggunakan kabel, pada posisi heli sedang "hovering".
Baca juga: Kasal perintahkan pasukan fokus bantu Basarnas di Hari Dharma Samudera
Baca juga: Extra crew Sriwijaya Air, Fadly rencana akan nikahi pujaan hati
"Hari ini kita akan evaluasi keseluruhan koordinasi dengan Basarnas. Besok kita bergerak atas koordinasi hari ini, apakah aset udara diperlukan lagi maka kami akan turun laksanakan," ujar Indan.
Hasil temuan itu telah dilaporkan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono yang berada di KRI John Lie (358) dan posko yang berada di KRI Parang-647.
"Hasil temuan itu langsung kami laporkan ke posko di KRI Parang dan Kasal Laksamana TNI Yudo Margono," ujar Asops Kasau Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi.
Sebelumnya pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada hari Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak di posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Baca juga: Patroli laut Bea Cukai gabung pencarian Sriwijaya Air SJ 182
Baca juga: Tak ada serpihan pesawat di sekitar Pulau Laki