Menko PMK upayakan Kemenkes dan KPC-PEN gunakan Genose C19 dan CePAD
7 Januari 2021 13:44 WIB
Menristek Bambang Brodjonegoro (kanan) menyerahkan alat deteksi dini COVID-19 bernama GeNose C19 kepada Menko PMK Muhadjir Effendy (kiri) di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada Kemenko PMK untuk disosialisasikan dan dimanfaatkan secara masif oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mendeteksi COVID-19. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy akan mengupayakan penggunaan alat pemeriksaan cepat COVID-19 karya anak bangsa, yaitu GeNose C19 dan Rapid Test Antigen CePad untuk digunakan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan dan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Muhadjir dalam konferensi pers secara daring yang dipantau di Jakarta, Kamis, mengatakan penggunaan alat rtes cepat GeNose C19 karya Universitas Gadjah Mada dan Rapid Test Antigen CePad karya Universitas Padjadjaran ini sangat berguna untuk meningkatkan kapasitas tes COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Cegah penyelewengan, pemerintah perketat pengawasan bansos 2021
"Saya akan terus memantau dan mengupayakan ini masuk list dari pengadaan kementerian terkait," kata Muhadjir.
Menko PMK menyebutkan salah satu keberhasilan suatu negara dalam mengendalikan pandemi COVID-19 di wilayahnya bergantung pada penerapan prinsip 3T, yaitu pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan (test, tracing, treatment).
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengakui di Indonesia ada kendala dalam pelaksanaan 3T, khususnya pada penggunaan alat tes yang belum secara masif digunakan dan keterbatasan waktu yang dibutuhkan untuk hasil tes.
Oleh karena itu, inovasi karya anak bangsa berupa alat tes cepat GeNose C19 dan Rapid Test Antigen CePad yang memiliki keunggulan dari segi kepraktisan dan biaya lebih murah bisa menjadi solusi.
Alat tes cepat GeNose C19 dari UGM ini mendeteksi ada atau tidaknya virus SARS CoV 2 penyebab COVID-19 berdasarkan hembusan napas seseorang. Untuk mengetahui hasilnya, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 60 detik dengan menggunakan sistem komputer.
Menurut Muhadjir, kepraktisan dari GeNose C19 ini akan sangat membantu dan memudahkan pengetesan untuk suatu lokasi yang banyak dikunjungi orang. Selain itu, sampel yang diambil lebih praktis hanya dengan hembusan napas.
"Dengan ada GeNose ini tidak perlu ambil darah, tidak perlu colok hidung dan tenggorokan," kata Muhadjir.
Muhadjir meminta kepada pengembang alat tes cepat tersebut dan Kementerian Ristek BRIN untuk memberikan jaminan pascapembelian produk untuk keperluan perawatan alat dan kepastian adanya kebutuhan produk.
Baca juga: Menko PMK: Tri Rismaharini kuasai bidang sosial
Baca juga: Menko PMK: Kemungkinan pemerintah tanggung biaya vaksin 50 persen
Baca juga: Menko PMK minta pemberian vaksin diseleksi untuk kelompok prioritas
Dia berharap produk inovasi karya anak bangsa ini harus dikembangkan dan disempurnakan seiring penggunaannya untuk menjamin kualitas dan mutu produk.
Menko juga berharap alat tes GeNose C19 dan Rapid Test Antigen CePad ini terus disosialisasikan dan dipromosikan agar bisa digunakan secara nasional. "Jangan sampai mubazir, hanya karena gagal melakukan sosialisisi dan promosi. Ini produk dalam negeri, kalau ini teruji di pasar domestik, kita bisa (ekspor) keluar," kata Menko PMK.
Muhadjir dalam konferensi pers secara daring yang dipantau di Jakarta, Kamis, mengatakan penggunaan alat rtes cepat GeNose C19 karya Universitas Gadjah Mada dan Rapid Test Antigen CePad karya Universitas Padjadjaran ini sangat berguna untuk meningkatkan kapasitas tes COVID-19 di Indonesia.
Baca juga: Cegah penyelewengan, pemerintah perketat pengawasan bansos 2021
"Saya akan terus memantau dan mengupayakan ini masuk list dari pengadaan kementerian terkait," kata Muhadjir.
Menko PMK menyebutkan salah satu keberhasilan suatu negara dalam mengendalikan pandemi COVID-19 di wilayahnya bergantung pada penerapan prinsip 3T, yaitu pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan (test, tracing, treatment).
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengakui di Indonesia ada kendala dalam pelaksanaan 3T, khususnya pada penggunaan alat tes yang belum secara masif digunakan dan keterbatasan waktu yang dibutuhkan untuk hasil tes.
Oleh karena itu, inovasi karya anak bangsa berupa alat tes cepat GeNose C19 dan Rapid Test Antigen CePad yang memiliki keunggulan dari segi kepraktisan dan biaya lebih murah bisa menjadi solusi.
Alat tes cepat GeNose C19 dari UGM ini mendeteksi ada atau tidaknya virus SARS CoV 2 penyebab COVID-19 berdasarkan hembusan napas seseorang. Untuk mengetahui hasilnya, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 60 detik dengan menggunakan sistem komputer.
Menurut Muhadjir, kepraktisan dari GeNose C19 ini akan sangat membantu dan memudahkan pengetesan untuk suatu lokasi yang banyak dikunjungi orang. Selain itu, sampel yang diambil lebih praktis hanya dengan hembusan napas.
"Dengan ada GeNose ini tidak perlu ambil darah, tidak perlu colok hidung dan tenggorokan," kata Muhadjir.
Muhadjir meminta kepada pengembang alat tes cepat tersebut dan Kementerian Ristek BRIN untuk memberikan jaminan pascapembelian produk untuk keperluan perawatan alat dan kepastian adanya kebutuhan produk.
Baca juga: Menko PMK: Tri Rismaharini kuasai bidang sosial
Baca juga: Menko PMK: Kemungkinan pemerintah tanggung biaya vaksin 50 persen
Baca juga: Menko PMK minta pemberian vaksin diseleksi untuk kelompok prioritas
Dia berharap produk inovasi karya anak bangsa ini harus dikembangkan dan disempurnakan seiring penggunaannya untuk menjamin kualitas dan mutu produk.
Menko juga berharap alat tes GeNose C19 dan Rapid Test Antigen CePad ini terus disosialisasikan dan dipromosikan agar bisa digunakan secara nasional. "Jangan sampai mubazir, hanya karena gagal melakukan sosialisisi dan promosi. Ini produk dalam negeri, kalau ini teruji di pasar domestik, kita bisa (ekspor) keluar," kata Menko PMK.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: