Perajin tempe Kota Yogyakarta pertahankan harga produk
6 Januari 2021 16:24 WIB
Salah seorang pengrajin tempe di Desa Pejaten, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten sedang menata tempe hasil produksinya untuk dipasarkan ke Kota Cilegon, Selasa (5/1/2021). ANTARA/Mulyana/am.
Yogyakarta (ANTARA) - Perajin tempe di Kota Yogyakarta memilih untuk tetap mempertahankan harga produk meskipun harga kedelai yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan tempe mengalami kenaikan signifikan.
“Kami tetap mempertahankan harga sehingga ukuran tempe pun terpaksa dikecilkan dari ukuran sebelumnya. Ini untuk menyiasati agar harga tidak perlu dinaikkan,” kata Sutrisno, salah satu perajin tempe di Sidikan Yogyakarta, Rabu.
Selain mengubah ukuran tempe menjadi lebih kecil, jumlah bahan baku yang digunakan untuk membuat tempe pun dikurangi dari sebelumnya 25 kilogram turun menjadi 20-22 kilogram per hari.
Baca juga: Pelaku UKM industri turunan tempe keluhkan kenaikan bahan baku
Saat ini, lanjut dia, perajin harus membeli kedelai dengan harga Rp8.900 per kilogram atau mengalami kenaikan dibanding harga sebelumnya yaitu sekitar Rp7.150 per kilogram.
“Kenaikan harga kedelai cukup tinggi ini sangat memberatkan perajin meski kami tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku,” katanya.
Ia pun tidak dapat memastikan penyebab naiknya harga kedelai impor yang selama ini menjadi bahan baku tempe.
“Dari penjual sudah mengatakan kalau harganya naik. Tentu saja yang kami harapkan adalah harga kedelai kembali turun sehingga produksi bisa kembali normal,” katanya.
Baca juga: Kementan akan lipatgandakan produksi kedelai dalam 200 hari
Sementara itu, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Sri Riswanti mengatakan sudah melakukan pemantauan ke gudang distributor kedelai seperti arahan dari Kementerian Perdagangan.
“Harga diharapkan dapat segera stabil di kisaran Rp9.000 per kilogram karena sebelumnya sempat mengalami kenaikan sampai Rp11.000 per kg,” katanya.
Kenaikan harga kedelai tersebut, lanjut dia, juga berdampak pada berkurangnya produksi. “Dapat terlihat dari jumlah tempe yang dijual di pasar menjadi lebih sedikit sejak awal pekan ini. Produk lebih cepat habis,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta juga sudah berkoordinasi dengan Polda DIY terkait kenaikan harga kedelai. “Kami akan coba lakukan pendataan mulai besok mengenai perkembangan komoditas ini,” katanya.
“Kami tetap mempertahankan harga sehingga ukuran tempe pun terpaksa dikecilkan dari ukuran sebelumnya. Ini untuk menyiasati agar harga tidak perlu dinaikkan,” kata Sutrisno, salah satu perajin tempe di Sidikan Yogyakarta, Rabu.
Selain mengubah ukuran tempe menjadi lebih kecil, jumlah bahan baku yang digunakan untuk membuat tempe pun dikurangi dari sebelumnya 25 kilogram turun menjadi 20-22 kilogram per hari.
Baca juga: Pelaku UKM industri turunan tempe keluhkan kenaikan bahan baku
Saat ini, lanjut dia, perajin harus membeli kedelai dengan harga Rp8.900 per kilogram atau mengalami kenaikan dibanding harga sebelumnya yaitu sekitar Rp7.150 per kilogram.
“Kenaikan harga kedelai cukup tinggi ini sangat memberatkan perajin meski kami tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku,” katanya.
Ia pun tidak dapat memastikan penyebab naiknya harga kedelai impor yang selama ini menjadi bahan baku tempe.
“Dari penjual sudah mengatakan kalau harganya naik. Tentu saja yang kami harapkan adalah harga kedelai kembali turun sehingga produksi bisa kembali normal,” katanya.
Baca juga: Kementan akan lipatgandakan produksi kedelai dalam 200 hari
Sementara itu, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Sri Riswanti mengatakan sudah melakukan pemantauan ke gudang distributor kedelai seperti arahan dari Kementerian Perdagangan.
“Harga diharapkan dapat segera stabil di kisaran Rp9.000 per kilogram karena sebelumnya sempat mengalami kenaikan sampai Rp11.000 per kg,” katanya.
Kenaikan harga kedelai tersebut, lanjut dia, juga berdampak pada berkurangnya produksi. “Dapat terlihat dari jumlah tempe yang dijual di pasar menjadi lebih sedikit sejak awal pekan ini. Produk lebih cepat habis,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta juga sudah berkoordinasi dengan Polda DIY terkait kenaikan harga kedelai. “Kami akan coba lakukan pendataan mulai besok mengenai perkembangan komoditas ini,” katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: