Beijing (ANTARA) - Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China selama periode Januari-November 2020 mengalami penurunan sebesar 66,67 persen.

Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira Anggraini, Rabu (6/1), menyebutkan bahwa pada periode Januari-November 2020 Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China sebesar 3,2 miliar dolar AS (Rp45,4 triliun).

"Namun defisit tersebut menurun tajam dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 9,6 miliar dolar AS (135,9 triliun)," ujarnya.

Meskipun selama periode tersebut ASEAN menduduki peringkat pertama mitra dagang terbesar China, posisi Indonesia masih bertengger di peringkat keempat negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu dalam melakukan ekspor ke China.

Baca juga: Perdagangan global China turun, impor dari Indonesia justru naik
Baca juga: Investasi China di Indonesia meroket, defisit perdagangan melebar


Sepanjang 2020, nilai ekspor Indonesia ke China tercatat sebesar 33,1 miliar dolar AS (Rp459,8 triliun).

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam (69,5 miliar dolar AS), Malaysia (66,7 miliar dolar AS), dan Thailand (43,5 miliar dolar AS).

Secara keseluruhan Indonesia menempati posisi ke-14 negara pengekspor ke China dengan komoditas utama besi dan baja, kertas dan karton, tembaga, alas kaki, karet, dan aluminium.

Sementara komoditas ekpsor China ke Indonesia adalah mesin elektrik, reaktor nuklir, plastik, dan lain-lain.

Baca juga: Indonesia tekan defisit dagang dengan China sampai 46,08 persen
Baca juga: Terdampak COVID-19, China yakin hubungan ekonomi dengan Indonesia kuat