Dua kluster dominasi penambahan COVID-19 di Boyolali
5 Januari 2021 16:49 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dokter Ratri S. Survivalina saat memberikan keterangan penanganan COVID-19 di Kantor Dinkes Boyolali, Selasa (05/01/2020). (ANTARA/Bambang Dwi Marwoto)
Boyolali (ANTARA) - Dua kluster yakni keluarga dan tempat kerja yang mendominasi penambahan kasus COVID-19 di wilayah Kabupaten Boyolali, pada awal Januari 2021, kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, dokter Ratri S. Survivalina.
"Dua kluster, yakni keluarga dan tempat kerja menjadi dominan pada kasus COVID-19 di Boyolali, selama tiga hari terakhir total penambahan sebanyak 189 kasus," kata dokter Ratri di Boyolali, Selasa.
Penambah COVID-19 di Boyolali pada Sabtu (2/1) sebanyak 62 kasus, Ahad (3/1) ada 65 kasus, dan Senin (4/1) ada 62 kasus, sehingga total penambahan 189 kasus.
Dengan penambahan sebanyak 189 kasus COVID-19 tersebut, total kasus konfirmasi positif saat ini sebanyak 3.414 kasus.
Baca juga: Ratusan OTG COVID-19 di Asrama Haji Donohudan sembuh
Baca juga: Warga COVID-19 di Boyolali bertambah jadi 3.014 kasus
Dari jumlah akumulasi terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 3.414 kasus tersebut yang masih dirawat di rumah sakit 133 kasus, yang melaksanakan isolasi mandiri 232 kasus, sudah selesai isolasi atau dinyatakan sembuh ada 2.944 kasus, dan meninggal dunia sebanyak 105 kasus.
Dengan demikian persentase kesembuhan sebesar 86 persen, sedangkan persentase kematian tiga persen. Berdasarkan indikator yang digunakan dalam penilaian COVID-19 atas status risiko wilayah, Kabupaten Boyolali memiliki nilai 1,88 yang berarti berada di zona risiko sedang atau zona oranye.
Penambahan kasus COVID-19 di Boyolali, kata dia, memang sebagian hasil penjaringan masa liburan Natal dan Tahun Baru 2021. Dengan adanya kewajiban pelaku perjalanan membawa hasil tes usap antigen, ternyata terjaring kasus orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 yang diminta melakukan pemeriksaan lebih lanjut, yakni cara tes usap PCR.
Dia mengatakan sumber penularan terbanyak disinyalir berasa pada saat waktu makan. Karena, warga saat makan biasanya membuka masker dan ada makan bersama sehingga terjadi ngobrol, dan disinyalir sebagai salah satu sumber penularan yang utama di kluster keluarga ataupun kluster tempat kerja.
Dia menyarankan sebaiknya makan bersama mulai dihindari. Jika tidak bisa menghindari agar posisi duduknya tidak saling berhadapan, sehingga potensi penularan COVID-19 bisa dicegah.*
Baca juga: Ada tambahan 46, positif COVID-19 di Boyolali-Jateng naik 2.493 kasus
Baca juga: Dinkes Boyolali siapkan ruangan tambahan pasien COVID-19
"Dua kluster, yakni keluarga dan tempat kerja menjadi dominan pada kasus COVID-19 di Boyolali, selama tiga hari terakhir total penambahan sebanyak 189 kasus," kata dokter Ratri di Boyolali, Selasa.
Penambah COVID-19 di Boyolali pada Sabtu (2/1) sebanyak 62 kasus, Ahad (3/1) ada 65 kasus, dan Senin (4/1) ada 62 kasus, sehingga total penambahan 189 kasus.
Dengan penambahan sebanyak 189 kasus COVID-19 tersebut, total kasus konfirmasi positif saat ini sebanyak 3.414 kasus.
Baca juga: Ratusan OTG COVID-19 di Asrama Haji Donohudan sembuh
Baca juga: Warga COVID-19 di Boyolali bertambah jadi 3.014 kasus
Dari jumlah akumulasi terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 3.414 kasus tersebut yang masih dirawat di rumah sakit 133 kasus, yang melaksanakan isolasi mandiri 232 kasus, sudah selesai isolasi atau dinyatakan sembuh ada 2.944 kasus, dan meninggal dunia sebanyak 105 kasus.
Dengan demikian persentase kesembuhan sebesar 86 persen, sedangkan persentase kematian tiga persen. Berdasarkan indikator yang digunakan dalam penilaian COVID-19 atas status risiko wilayah, Kabupaten Boyolali memiliki nilai 1,88 yang berarti berada di zona risiko sedang atau zona oranye.
Penambahan kasus COVID-19 di Boyolali, kata dia, memang sebagian hasil penjaringan masa liburan Natal dan Tahun Baru 2021. Dengan adanya kewajiban pelaku perjalanan membawa hasil tes usap antigen, ternyata terjaring kasus orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 yang diminta melakukan pemeriksaan lebih lanjut, yakni cara tes usap PCR.
Dia mengatakan sumber penularan terbanyak disinyalir berasa pada saat waktu makan. Karena, warga saat makan biasanya membuka masker dan ada makan bersama sehingga terjadi ngobrol, dan disinyalir sebagai salah satu sumber penularan yang utama di kluster keluarga ataupun kluster tempat kerja.
Dia menyarankan sebaiknya makan bersama mulai dihindari. Jika tidak bisa menghindari agar posisi duduknya tidak saling berhadapan, sehingga potensi penularan COVID-19 bisa dicegah.*
Baca juga: Ada tambahan 46, positif COVID-19 di Boyolali-Jateng naik 2.493 kasus
Baca juga: Dinkes Boyolali siapkan ruangan tambahan pasien COVID-19
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: