Thailand konfirmasi 527 kasus baru COVID-19
5 Januari 2021 13:54 WIB
Seorang staf memberikan cairan disinfektan kepada orang-orang di pintu masuk Pasar Akhir Pekan Chatuchak di Bangkok, Thailand, Sabtu (9/5/2020). Pasar tersebut kembali dibuka untuk hari pertama pada Sabtu (9/5) dengan sejumlah langkah ketat demi mengatasi pandemi COVID-19. (ANTARA FOTO/Xinhua/Zhang Keren/pras.)
Bangkok (ANTARA) - Thailand mengonfirmasi 527 kasus baru COVID-19 pada Selasa (5/1) dan meningkatkan pembatasan sosial di lima provinsi yang dianggap berisiko tinggi dalam upaya mengekang penyebaran virus corona baru.
Kasus-kasus baru COVID-19 itu termasuk 439 kasus dari klaster sekelompok pekerja migran yang diketahui di provinsi barat daya Samut Sakhon dekat Bangkok, Taweesin Wisanuyothin, kata juru bicara satuan tugas COVID-19 Thailand pada suatu konferensi pers.
Untuk itu, pembatasan sosial akan ditingkatkan di Samut Sakhon dan empat provinsi lainnya, kata Satgas COVID-19 Thailand.
Thailand telah melaporkan total 8.966 kasus COVID-19 sejak awal tahun lalu.
Baca juga: Thailand konfirmasi kasus COVID-19 berkaitan dengan Menlu Hongaria
Baca juga: Infeksi lokal COVID-19 di Thailand naik terkait pasar udang
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha pada Senin mendesak masyarakat untuk tetap tinggal di rumah untuk membantu menahan wabah virus corona terbesar di negara itu dan menghindari pemberlakuan penguncian yang ketat.
Pemerintah Thailand telah mengumumkan 28 provinsi, termasuk Bangkok, sebagai zona berisiko tinggi COVID-19 dan meminta warga untuk bekerja dari rumah dan menghindari berkumpul atau bepergian ke luar provinsi mereka.
Pengumuman itu disampaikan setelah angka kasus COVID-19 meningkat setelah wabah pertama kali terdeteksi bulan lalu di pasar makanan laut dekat Bangkok.
Perdana Menteri Prayuth mengatakan bahwa pemerintah memperhatikan potensi kerusakan ekonomi dari tindakan pembatasan yang ketat.
"Kami tidak ingin mengunci seluruh negeri karena kami tahu apa masalahnya, oleh karena itu bisakah kalian semua 'mengunci diri'?," kata Prayuth kepada wartawan.
"Hal ini kembali ke masing-masing orang, kalau kita tidak mau tertular maka tinggal di rumah selama 14 sampai 15 hari, kalau semua berpikir seperti ini maka semuanya akan aman, mudah untuk melakukan pelacakan," ujar Prayuth.
Sumber: Reuters
Baca juga: Thailand rekomendasikan tindakan lebih ketat saat gelombang kedua
Baca juga: Bangkok akan tutup sekolah selama dua pekan demi cegah COVID-19
Kasus-kasus baru COVID-19 itu termasuk 439 kasus dari klaster sekelompok pekerja migran yang diketahui di provinsi barat daya Samut Sakhon dekat Bangkok, Taweesin Wisanuyothin, kata juru bicara satuan tugas COVID-19 Thailand pada suatu konferensi pers.
Untuk itu, pembatasan sosial akan ditingkatkan di Samut Sakhon dan empat provinsi lainnya, kata Satgas COVID-19 Thailand.
Thailand telah melaporkan total 8.966 kasus COVID-19 sejak awal tahun lalu.
Baca juga: Thailand konfirmasi kasus COVID-19 berkaitan dengan Menlu Hongaria
Baca juga: Infeksi lokal COVID-19 di Thailand naik terkait pasar udang
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha pada Senin mendesak masyarakat untuk tetap tinggal di rumah untuk membantu menahan wabah virus corona terbesar di negara itu dan menghindari pemberlakuan penguncian yang ketat.
Pemerintah Thailand telah mengumumkan 28 provinsi, termasuk Bangkok, sebagai zona berisiko tinggi COVID-19 dan meminta warga untuk bekerja dari rumah dan menghindari berkumpul atau bepergian ke luar provinsi mereka.
Pengumuman itu disampaikan setelah angka kasus COVID-19 meningkat setelah wabah pertama kali terdeteksi bulan lalu di pasar makanan laut dekat Bangkok.
Perdana Menteri Prayuth mengatakan bahwa pemerintah memperhatikan potensi kerusakan ekonomi dari tindakan pembatasan yang ketat.
"Kami tidak ingin mengunci seluruh negeri karena kami tahu apa masalahnya, oleh karena itu bisakah kalian semua 'mengunci diri'?," kata Prayuth kepada wartawan.
"Hal ini kembali ke masing-masing orang, kalau kita tidak mau tertular maka tinggal di rumah selama 14 sampai 15 hari, kalau semua berpikir seperti ini maka semuanya akan aman, mudah untuk melakukan pelacakan," ujar Prayuth.
Sumber: Reuters
Baca juga: Thailand rekomendasikan tindakan lebih ketat saat gelombang kedua
Baca juga: Bangkok akan tutup sekolah selama dua pekan demi cegah COVID-19
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: