BKSDA Kalteng: Buang sampah di sungai picu buaya sasar permukiman
5 Januari 2021 13:27 WIB
Komandan Jaga BKSDA Kalteng Pos Sampit, Muriansyah bersama petugas lainnya memasang jerat di sekitar lokasi serangan buaya di Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Senin (4/1/2021). (FOTO ANTARA/HO-BKSDA Pos Sampit)
Sampit, Kalteng (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Kalimantan Tengah mengimbau masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur tidak membuang sampah ke sungai karena tindakan itu diduga menjadi salah satu pemicu semakin banyaknya buaya menyasar perairan permukiman warga, bahkan berujung serangan kepada manusia.
"Kami minta masyarakat jangan membuang sampah ke sungai, khususnya bangkai binatang seperti ayam, tikus dan lainnya karena itu menjadi makanan buaya sehingga itu juga yang memancing buaya banyak menyasar ke permukiman warga," kata Komandan Jaga BKSDA Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Selasa.
Beberapa waktu terakhir masyarakat yang beraktivitas di Sungai Mentaya dan sejumlah anak sungainya di Kotawaringin Timur semakin resah dengan bermunculannya buaya di sekitar permukiman warga.
Buaya sering terlihat di perairan Sungai Mentawa, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang di sekitar permukiman warga. Bahkan pertengahan Desember 2020 lalu, warga berhasil menangkap buaya sepanjang sekitar 1,5 meter dengan cara dipancing, kemudian buaya itu diserahkan ke BKSDA untuk dilepasliarkan ke Suaka Margasatwa Lamandau.
Ia menjelaskan pada Rabu (30/12) 2020) sekitar pukul 10.30 WIB, seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun juga diterkam buaya saat mandi di Sungai Hambawang Desa Ganepo, Kecamatan Seranau.
Beruntung, kata dia, nyawa bocah dimaksud berhasil diselamatkan setelah paman korban dan warga lainnya menariknya dari mulut buaya. Akibat kejadian itu, bocah tersebut menderita bekas gigitan biaya pada kedua kakinya.
Serangan buaya menimbulkan korban luka parah terjadi pada Jumat (1/1) 2021 sekitar pukul 23.30 WIB. Seorang nenek bernama Bahriah (74) menderita putus tangan kiri dan patah kaki kiri setelah buaya besar menerkam tangannya saat dia mencuci tangan usai buang air besar di pinggir Sungai Mentaya.
Muriansyah menyebutkan, ada 11 kali serangan buaya terjadi selama 2020. Sedangkan awal Januari 2021 sudah ada kasus serangan buaya yaitu yang dialami seorang nenek bernama Bahriah.
Selama periode Januari sampai Juni 2020 terjadi empat kasus serangan buaya di Perairan Sungai Desa Handil Sohor. Akibat kejadian itu dua luka-luka dan dua korban selamat.
Maret 2020 terjadi dua kasus serangan buaya di perairan Sungai Desa Lampuyang saat warga mencari kerang. Dua korban mengalami luka-luka.
Kejadian serupa di lokasi yang sama pada 27 September 2020 terjadi dua kasus serangan buaya di perairan muara sungai Desa Lampuyang saat warga mencari kerang. Dua korban mengalami luka-luka.
Serangan buaya kembali terulang di lokasi yang sama 25 Oktober 2020. Satu kasus serangan buaya di perairan muara Sungai Desa Lampuyang yang mengakibatkan korban mengalami luka pada bagian tangan dan kaki.
Desember 2020 terjadi dua kasus serangan buaya yaitu di perairan Sungai Desa Bagendang Hulu sekitar pukul 23.00 WIB saat korban sedang mandi pada 17 Desember dan di Sungai Hambawang Desa Ganepo Kecamatan Seranau saat seorang anak mandi di sungai pada pagi hari pada 30 Desember 2020. Kedua korban menderita luka bekas gigitan buaya.
Muriansyah menjelaskan, semakin sulitnya mendapatkan makanan di sekitar hutan yang menjadi habitatnya, membuat buaya mencari makanan menyasar hingga ke permukiman. Selain memakan sampah bangkai binatang yang dibuang ke sungai, buaya juga mengincar ternak yang kandangnya dekat dengan sungai.
BKSDA berupaya menangkap buaya dengan cara memasang jerat diberi umpan daging ayam dan bebek. BKSDA juga memasang papan imbauan di sejumlah lokasi untuk mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai serangan buaya.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan karena saat ini memasuki musim kawin buaya. Saat musim kawin, buaya biasanya lebih agresif sehingga sangat membahayakan karena bisa menyerang manusia.
"Akhir tahun yaitu Oktober, November dan Desember, serta pada awal tahun yaitu Januari, Februari dan Maret biasanya merupakan masa kawin dan bertelur buaya. Itu yg menyebabkan buaya semakin agresif," demikian Muriansyah.
Baca juga: Buaya terkam nenek di Sampit hingga tangan putus
Baca juga: Buaya makin banyak berkeliaran di Sungai Mentaya Kalteng
Baca juga: Buaya serang kakak adik pencari kerang di Kotawaringin Timur
Baca juga: Anak beruang madu diserahkan warga ke BKSDA Sampit
"Kami minta masyarakat jangan membuang sampah ke sungai, khususnya bangkai binatang seperti ayam, tikus dan lainnya karena itu menjadi makanan buaya sehingga itu juga yang memancing buaya banyak menyasar ke permukiman warga," kata Komandan Jaga BKSDA Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Selasa.
Beberapa waktu terakhir masyarakat yang beraktivitas di Sungai Mentaya dan sejumlah anak sungainya di Kotawaringin Timur semakin resah dengan bermunculannya buaya di sekitar permukiman warga.
Buaya sering terlihat di perairan Sungai Mentawa, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang di sekitar permukiman warga. Bahkan pertengahan Desember 2020 lalu, warga berhasil menangkap buaya sepanjang sekitar 1,5 meter dengan cara dipancing, kemudian buaya itu diserahkan ke BKSDA untuk dilepasliarkan ke Suaka Margasatwa Lamandau.
Ia menjelaskan pada Rabu (30/12) 2020) sekitar pukul 10.30 WIB, seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun juga diterkam buaya saat mandi di Sungai Hambawang Desa Ganepo, Kecamatan Seranau.
Beruntung, kata dia, nyawa bocah dimaksud berhasil diselamatkan setelah paman korban dan warga lainnya menariknya dari mulut buaya. Akibat kejadian itu, bocah tersebut menderita bekas gigitan biaya pada kedua kakinya.
Serangan buaya menimbulkan korban luka parah terjadi pada Jumat (1/1) 2021 sekitar pukul 23.30 WIB. Seorang nenek bernama Bahriah (74) menderita putus tangan kiri dan patah kaki kiri setelah buaya besar menerkam tangannya saat dia mencuci tangan usai buang air besar di pinggir Sungai Mentaya.
Muriansyah menyebutkan, ada 11 kali serangan buaya terjadi selama 2020. Sedangkan awal Januari 2021 sudah ada kasus serangan buaya yaitu yang dialami seorang nenek bernama Bahriah.
Selama periode Januari sampai Juni 2020 terjadi empat kasus serangan buaya di Perairan Sungai Desa Handil Sohor. Akibat kejadian itu dua luka-luka dan dua korban selamat.
Maret 2020 terjadi dua kasus serangan buaya di perairan Sungai Desa Lampuyang saat warga mencari kerang. Dua korban mengalami luka-luka.
Kejadian serupa di lokasi yang sama pada 27 September 2020 terjadi dua kasus serangan buaya di perairan muara sungai Desa Lampuyang saat warga mencari kerang. Dua korban mengalami luka-luka.
Serangan buaya kembali terulang di lokasi yang sama 25 Oktober 2020. Satu kasus serangan buaya di perairan muara Sungai Desa Lampuyang yang mengakibatkan korban mengalami luka pada bagian tangan dan kaki.
Desember 2020 terjadi dua kasus serangan buaya yaitu di perairan Sungai Desa Bagendang Hulu sekitar pukul 23.00 WIB saat korban sedang mandi pada 17 Desember dan di Sungai Hambawang Desa Ganepo Kecamatan Seranau saat seorang anak mandi di sungai pada pagi hari pada 30 Desember 2020. Kedua korban menderita luka bekas gigitan buaya.
Muriansyah menjelaskan, semakin sulitnya mendapatkan makanan di sekitar hutan yang menjadi habitatnya, membuat buaya mencari makanan menyasar hingga ke permukiman. Selain memakan sampah bangkai binatang yang dibuang ke sungai, buaya juga mengincar ternak yang kandangnya dekat dengan sungai.
BKSDA berupaya menangkap buaya dengan cara memasang jerat diberi umpan daging ayam dan bebek. BKSDA juga memasang papan imbauan di sejumlah lokasi untuk mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai serangan buaya.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan karena saat ini memasuki musim kawin buaya. Saat musim kawin, buaya biasanya lebih agresif sehingga sangat membahayakan karena bisa menyerang manusia.
"Akhir tahun yaitu Oktober, November dan Desember, serta pada awal tahun yaitu Januari, Februari dan Maret biasanya merupakan masa kawin dan bertelur buaya. Itu yg menyebabkan buaya semakin agresif," demikian Muriansyah.
Baca juga: Buaya terkam nenek di Sampit hingga tangan putus
Baca juga: Buaya makin banyak berkeliaran di Sungai Mentaya Kalteng
Baca juga: Buaya serang kakak adik pencari kerang di Kotawaringin Timur
Baca juga: Anak beruang madu diserahkan warga ke BKSDA Sampit
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: