Jakarta (ANTARA) - Aktivitas sesar Segmen Geresa telah memicu delapan kali gempa bumi di wilayah Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada Senin pukul 01.27 hingga 07.00 WIB menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Sejak pukul 01.27.39 WIB di wilayah Morowali terjadi rentetan gempa tektonik. Tiga gempa di antaranya dirasakan oleh masyarakat dan satu gempa memicu kerusakan," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Gempa pertama yang getarannya dirasakan oleh warga magnitudonya 3,5 dan terjadi pukul 01.27.39 WIB dengan pusat gempa berada di darat pada kedalaman 16 kilometer sekira empat kilometer arah tenggara Bahodopi.

Getaran gempa itu berada pada skala intensitas II MMI, dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda ringan yang digantung bergoyang.

Gempa kedua yang getarannya terasa memiliki magnitudo 4,9 dan berpusat di lepas pantai Morowali sekitar delapan kilometer arah timur Bahodopi pada kedalaman 10 kilometer.

Getaran akibat gempa yang terjadi pukul 02.13.59 WIB tersebut terasa di Bahodopi dalam skala intensitas V-VI MMI dan di Bungku pada skala III MMI.

Pada skala III MMI getaran dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seakan ada truk berlalu dan pada skala IV MMI getaran dirasakan oleh orang banyak serta menyebabkan gerabah pecah dan pintu/jendela berderik. Pada skala V MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk serta menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, dan tiang-tiang dan barang besar bergoyang.

Gempa ketiga dengan magnitudo 3,6 yang terjadi pukul 03.32.13 WIB di Morowali juga dirasakan oleh warga getarannya. Gempa itu pusatnya berada pada kedalaman 28 kilometer di laut, di lepas Pantai Morowali, sekitar 21 kilometer arah tenggara Bungku.

Berdasarkan sebaran lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Daryono, gempa yang terjadi di Morowali kemungkinan dipicu oleh aktivitas sesar aktif Segmen Geresa yang memiliki kecenderungan berarah barat laut-tenggara.

Daryono menjelaskan pula bahwa wilayah Bungku merupakan kawasan seismik aktif yang rawan gempa. Peningkatan aktivitas kegempaan intensif di wilayah itu terjadi sejak 2012.

Gempa dengan magnitudo 5,7 yang mengguncang Bungku pada 16 April 2012 merusak delapan rumah warga di Desa Sakita, Desa Ipi dan Desa Bohoruru serta menyebabkan beberapa warga menderita luka-luka.

Gempa merusak berikutnya yang terjadi pada 24 Mei 2017 dengan magnitudo 5,6 menyebabkan beberapa rumah warga rusak di Desa Siumbatu di Bungku Selatan dan Desa Onepute di Bungku Timur.

BMKG mengimbau warga agar waspada dan memahami tata cara penyelamatan saat gempa.

"Karena wilayah ini rawan gempa maka setiap bangunan yang dibangun harus mengacu aturan bangunan tahan gempa guna mengurangi risiko," kata Daryono.

Baca juga:
Gempa magnitudo 5,0 guncang Morowali, warga mengungsi
Gempa tektonik terjadi 134 kali selama Desember 2020 di wilayah Sulsel