Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Angkatan Muda Partai Berkarya (AMPB) Fauzan Rachmansyah mengatakan ingin solid pada kepemimpinan Ketua Umum DPP Partai Berkarya Muchdi Purwoprandjono dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang.

Pernyataan itu dilaporkan Fauzan kepada Sekjen DPP Partai Berkarya saat acara Refleksi Pergerakan Pemuda di Tahun 2020 di DPP Partai Berkarya, Ragunan, Jakarta, Minggu.

Fauzan mengatakan bahwa AMPB akan mengikuti langkah-langkah yang diprogramkan oleh DPP Partai Berkarya pada kepengurusan baru periode 2020—2025, hasil musyawarah nasional luar biasa (munaslub) pada tanggal 11 Juli 2020.

Fauzan menilai munaslub itu menjadi solusi bagi seluruh kader muda Partai Berkarya untuk memiliki harapan ke depan lainnya.

Baca juga: Partai Berkarya dukung sikap pemerintah terkait FPI

Dengan adanya ketua umum dan sekjen yang baru, kata dia, Angkatan Muda Partai Berkarya melihat perubahan yang begitu nyata dibandingkan kepengurusan sebelumnya.

"Ini menjadi sebuah harapan, dan sekarang masalah internal di AMPB bisa terselesaikan. Sekarang saatnya kami benar-benar beraksi," kata Fauzan.
​​​​​​​
Fauzan Rachmansyah merupakan ketua umum ketiga AMPB yang terpilih pada bulan November 2020.

Sebelumnya, pada kepengurusan Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), AMPB pernah dipimpin oleh Wakil Bupati Bandung Hengky Kurniawan dan Haryo Putra Wibowo.

Sebelumnya, dalam Pemilu 2019 Partai Berkarya gagal meloloskan kadernya ke Senayan lantaran tidak memenuhi ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum menunjukkan perolehan suara Partai Berkarya hanya 2.929.495 atau 2,09 persen. Tidak hanya gagal pada Pemilu 2019, Partai Berkarya sempat diterpa dinamika internal. Ada dua kubu yang sama-sama mengklaim sebagai kepengurusan yang sah, yakni kubu Tommy Soeharto dan Muchdi P.R.

Baca juga: AMPB Desak Kejagung Tuntaskan Obligor BLBI Belum Punya SKL

Kubu Muchdi P.R. sempat menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) pada tanggal 11 Juli 2020 yang memutuskan dirinya sebagai ketua umum.

Merasa acara tersebut tidak sah, Tommy Soeharto sempat mendatangi lokasi dan membubarkannya.