Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pakar Ilmu Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Kusdi mengemukakan bahwa teori organisasi telah mengalami pergeseran perspektif.

Pergeseran tersebut, katanya, dari perspektif modern ke postmodern, dari organisasi sebagai sistem tertutup ke terbuka, dan dari organisasi dipandang sebagai mesin menjadi organisasi yang diibaratkan makhluk hidup dan kolase.

"Hubungan organisasi dan lingkungan dapat dijelaskan dengan teori kontingensi dan teori ketergantungan sumber daya (resource dependency theory)," katanya di Malang, Sabtu.

Ketika merancang struktur organisasi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi, di antaranya teknologi yang digunakan, sedangkan teori yang kedua lebih fokus pada lingkungan sebagai penyedia sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi bisnis (perusahaan).

Menurut dia, perubahan lingkungan secara radikal menuntut perusahaan untuk menjadi lebih ramping (lean) dan harus lincah (agile).

Rancangan struktur yang memenuhi kelincahan tersebut adalah struktur yang cenderung mendatar (level/jenjang sedikit), peran karyawan sebagai pekerja bergeser menjadi operator dengan jumlah semakin sedikit, penggunaan mitra semakin luas, dan integrasi vertikal di internal perusahaan dan horizontal intra dan antarperusahaan.

Rancangan organisasi demikian digambarkan seperti "Sarang Laba-Lab". Sumber daya manusia untuk mendukung struktur tersebut adalah tenaga terampil dan berpengetahuan serta dituntut untuk secara terus-menerus memperbarui dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

Ada dua komponen utama yang menentukan kinerja perusahaan, yaitu komponen keras yang mencakup strategi, struktur, dan sistem ditambah komponen lunak yang meliputi kultur, gaya (kepemimpinan), karyawan, serta keterampilan.

Baca juga: Pakar: Existing politik hukum tata kelola pertambangan hadapi anomali

Kinerja organisasi (perusahaan) ditentukan oleh kombinasi dan keselarasan antarkomponen di internal perusahaan, di mana kultur (budaya) sebagai komponen utama dan terpenting ditempatkan di tengah karena memengaruhi dan menentukan komponen-komponen yang lain.

Dia mengemukakan dinamika lingkungan organisasi di era sekarang tinggi, hal itu jauh berbeda dibandingkan dengan era sebelumnya yang relatif stabil. Lingkungan yang relatif stabil lebih cocok menggunakan rancangan organisasi mekanistik dengan kompleksitas tinggi, sedangkan pada lingkungan yang dinamis rancangan organisasi organik lebih relevan.

Masyarakat telah memasuki era industri 4.0 yang digambarkan melalui kemajuan teknologi, seperti penggunaan internet untuk segalanya (internet of things), teknologi cetak 3D yang canggih, data untuk segalanya (data of things), serta penggunaan otomasi produksi yang dibantu robot/program AI secara masif.

Disrupsi teknologi yang begitu cepat ini tentunya menuntut rancangan organisasi yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Perusahaan perlu melakukan transformasi struktural. Transformasi struktural organisasi perusahaan akan berdampak pada sumber daya manusiannya.

Aspek struktur sama pentingnya dengan kultur dalam studi organisasi, terlebih pada era industri 4.0 dengan perubahan teknologi yang begitu radikal menuntut adanya dukungan struktur yang relevan dengan implementasi teknologi baru tersebut.

Maka dari itu, lanjutnya, para pelaku usaha harus tetap memperhatikan dan mempertimbangkan aspek struktural, terutama dalam menyikapi hadirnya industri 4.0.

"Pabrik cerdas (smart factory) yang sarat dengan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi cetak 3D, dan otomatisasi produksi dengan robot yang memerlukan struktur berbeda dibandingkan era sebelumnya," tuturnya.

Baca juga: Pakar Hukum UB: Kontrol PP masih sebatas represif melalui pengujian MA
Baca juga: Pakar Energi UB: Potensi pembangkit EBT di Indonesia sangat besar
Baca juga: Pakar UB: Produksi pertanian lebih efisien gunakan energi matahari