Inggris kembali operasikan rumah sakit darurat COVID-19
2 Januari 2021 15:28 WIB
Suasana pusat pameran ExCel, yang dialihfungsikan menjadi rumah sakit lapangan bernama NHS Nightingale Hospital London untuk membantu memerangi wabah coronavirus (COVID-19) di London, Inggris, Senin (30/3/2020). ANTARA FOTO/Xinhua/Han Yan/pras.
London (ANTARA) - Inggris mengoperasikan kembali rumah sakit darurat yang dibangun pada awal pandemi dan menutup sekolah dasar di London pada Jumat (1/1) untuk melawan penyebaran cepat dari varian virus corona yang jauh lebih menular.
Dengan lebih dari 50.000 kasus COVID-19 harian baru selama empat hari terakhir, lembaga layanan kesehatan mengatakan sedang mempersiapkan langkah antisipasi lonjakan pasien dan membutuhkan lebih banyak tempat tidur.
Pengumuman itu datang hanya beberapa hari setelah Rumah Sakit Royal London mengatakan kepada staf melalui email bahwa sekarang mereka berada dalam "mode pengobatan bencana" dan tidak dapat memberikan perawatan kritis berstandar tinggi.
Dengan ibu kota yang menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena varian baru, yang hingga 70 persen lebih menular, pemerintah juga memutuskan untuk menutup semua sekolah dasar di London, memutar-balikkan keputusan yang dibuat dua hari lalu.
"Pendidikan dan kesejahteraan anak-anak tetap menjadi prioritas nasional," kata Menteri Pendidikan Gavin Williamson. "Memberlakukan pendidikan jarak jauh di bagian London yang lebih luas benar-benar merupakan pilihan terakhir dan solusi sementara."
Inggris sedang melawan gelombang baru virus yang telah menewaskan lebih dari 74.000 orang dan menghancurkan perekonomian. Sebagai salah satu negara terparah di dunia, tercatat 53.285 kasus dalam 24 jam terakhir pada Jumat, dan 613 kematian baru.
Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson telah dikritik karena sering melakukan pembalikan selama pandemi, termasuk menunda penguncian selama gelombang pertama pada bulan Maret dan meninggalkan sistem untuk memberikan nilai sekolah tanpa ujian.
Rumah sakit sementara 'Nightingale' di lokasi seperti pusat konvensi adalah salah satu upaya yang sukses, dibangun oleh militer dalam hitungan hari. Fasilitas itu hampir tidak digunakan tetapi tetap siaga.
Laporan Sky News mengatakan unit perawatan intensif dari tiga rumah sakit London penuh pada Malam Tahun Baru, memaksa pasien dipindahkan ke rumah sakit lain untuk perawatan kritis.
"Untuk mengantisipasi tekanan yang meningkat dari penyebaran infeksi varian baru, NHS Wilayah London diminta untuk memastikan Nightingale diaktifkan kembali dan siap menerima pasien jika diperlukan," kata juru bicara National Health Service (NHS).
Royal College of Nursing memperingatkan bahwa negara tersebut tidak memiliki cukup perawat untuk mengelola fasiltas baru, terutama dengan banyak yang sakit karena virus atau terpaksa diisolasi.
Mengenai sekolah, pemerintah mengatakan harus menutup semua sekolah dasar di ibu kota setelah meninjau tingkat penularan. Pada Rabu, Williamson telah menguraikan rencana untuk menunda pembukaan kembali sekolah menengah tetapi membuka sebagian besar sekolah dasar, termasuk di sebagian besar ibu kota, tepat setelah liburan Natal.
Partai Buruh oposisi mengatakan pembalikan menit-menit terakhir akan menyebabkan kekacauan bagi para orang tua.
Sumber: Reuters
Baca juga: Langgar pembatasan COVID-19, Polisi Inggris tangkap 104 warga London
Baca juga: London naikkan peringatan COVID-19, masyarakat protes 'lockdown'
Baca juga: Pembatasan lebih ketat tidak cukup kendalikan COVID-19 di Inggris
Dengan lebih dari 50.000 kasus COVID-19 harian baru selama empat hari terakhir, lembaga layanan kesehatan mengatakan sedang mempersiapkan langkah antisipasi lonjakan pasien dan membutuhkan lebih banyak tempat tidur.
Pengumuman itu datang hanya beberapa hari setelah Rumah Sakit Royal London mengatakan kepada staf melalui email bahwa sekarang mereka berada dalam "mode pengobatan bencana" dan tidak dapat memberikan perawatan kritis berstandar tinggi.
Dengan ibu kota yang menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena varian baru, yang hingga 70 persen lebih menular, pemerintah juga memutuskan untuk menutup semua sekolah dasar di London, memutar-balikkan keputusan yang dibuat dua hari lalu.
"Pendidikan dan kesejahteraan anak-anak tetap menjadi prioritas nasional," kata Menteri Pendidikan Gavin Williamson. "Memberlakukan pendidikan jarak jauh di bagian London yang lebih luas benar-benar merupakan pilihan terakhir dan solusi sementara."
Inggris sedang melawan gelombang baru virus yang telah menewaskan lebih dari 74.000 orang dan menghancurkan perekonomian. Sebagai salah satu negara terparah di dunia, tercatat 53.285 kasus dalam 24 jam terakhir pada Jumat, dan 613 kematian baru.
Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson telah dikritik karena sering melakukan pembalikan selama pandemi, termasuk menunda penguncian selama gelombang pertama pada bulan Maret dan meninggalkan sistem untuk memberikan nilai sekolah tanpa ujian.
Rumah sakit sementara 'Nightingale' di lokasi seperti pusat konvensi adalah salah satu upaya yang sukses, dibangun oleh militer dalam hitungan hari. Fasilitas itu hampir tidak digunakan tetapi tetap siaga.
Laporan Sky News mengatakan unit perawatan intensif dari tiga rumah sakit London penuh pada Malam Tahun Baru, memaksa pasien dipindahkan ke rumah sakit lain untuk perawatan kritis.
"Untuk mengantisipasi tekanan yang meningkat dari penyebaran infeksi varian baru, NHS Wilayah London diminta untuk memastikan Nightingale diaktifkan kembali dan siap menerima pasien jika diperlukan," kata juru bicara National Health Service (NHS).
Royal College of Nursing memperingatkan bahwa negara tersebut tidak memiliki cukup perawat untuk mengelola fasiltas baru, terutama dengan banyak yang sakit karena virus atau terpaksa diisolasi.
Mengenai sekolah, pemerintah mengatakan harus menutup semua sekolah dasar di ibu kota setelah meninjau tingkat penularan. Pada Rabu, Williamson telah menguraikan rencana untuk menunda pembukaan kembali sekolah menengah tetapi membuka sebagian besar sekolah dasar, termasuk di sebagian besar ibu kota, tepat setelah liburan Natal.
Partai Buruh oposisi mengatakan pembalikan menit-menit terakhir akan menyebabkan kekacauan bagi para orang tua.
Sumber: Reuters
Baca juga: Langgar pembatasan COVID-19, Polisi Inggris tangkap 104 warga London
Baca juga: London naikkan peringatan COVID-19, masyarakat protes 'lockdown'
Baca juga: Pembatasan lebih ketat tidak cukup kendalikan COVID-19 di Inggris
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021
Tags: