Pakistan akan beli 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Sinopharm
31 Desember 2020 18:55 WIB
Sebuah stan yang menampilkan kandidat vaksin virus korona dari China National Biotec Group (CNBG), sebuah unit dari raksasa farmasi milik negara China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), terlihat di Pameran Internasional China untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) 2020, di tengah wabah COVID-19, di Beijing, China, Jumat (4/9/2020). ANTARA/REUTERS/Tingshu Wang/aa.
Islamabad (ANTARA) - Pemerintah Pakistan akan membeli 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) Co Ltd, kata Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Chaudhry Fawad Hussain saat mengumumkan pembelian vaksin pertama negara itu, Kamis.
Pakistan, yang saat ini menghadapi penularan COVID-19 gelombang kedua, membeli vaksin buatan Sinopharm yang pada hari ini (31/12) menerima izin pakai dari Pemerintah China.
"Komite Kabinet memutuskan akan membeli 1,2 juta dosis vaksin dari perusahaan China Sinopharm, dan vaksin itu akan diberikan gratis untuk pasukan garda terdepan pada kuartal pertama 2021," kata Fawad Hussain sebagaimana dikutip dari unggahannya di media sosial Twitter.
Ia kemudian mengatakan Pakistan akan membeli vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Institut Produk-Produk Biologi Beijing, lembaga riset yang berada di bawah naungan Sinopharm.
Sinopharm mengembangkan setidaknya dua kandidat vaksin COVID-19, yang pertama dibuat oleh institut di Beijing dan satu lainnya dibuat oleh Wuhan Institute of Biological Products.
Kedua kandidat vaksin itu saat ini masih menjalani evaluasi tahap akhir, yaitu uji klinis III.
Pakistan pada awal Desember 2020 menyetujui alokasi anggaran sebesar 150 juta dolar AS (sekitar 2,1 triliun) untuk membeli vaksin COVID-19 yang akan diberikan kepada kelompok warga rentan yang jumlahnya mencakup lima persen dari keseluruhan populasi.
Pemerintah mengatakan pihaknya kemungkinan akan membeli vaksin tidak hanya dari satu perusahaan.
"Jika sektor swasta ingin mengimpor vaksin yang telah disetujui oleh negara-negara lain, mereka dapat melakukannya," kata Hussain, Kamis.
Pakistan, negara berpenduduk 220 juta jiwa, masih menghadapi gelombang kedua penularan COVID-19. Otoritas setempat melaporkan 58 kematian baru sehingga total korban jiwa melewati angka 10.000 jiwa. Sementara itu, pemerintah juga melaporkan 2.475 kasus positif baru sehingga total mencapai 479.715.
Pakistan turut berpartisipasi dalam uji klinis III untuk kandidat vaksin buatan CanSino Biologics yang diberi nama Ad5-nCoV. Vaksin itu dibuat oleh CanSino bersama Institut Kesehatan China.
Perwakilan AJ Pharma, Hassan Abbas, pada Rabu mengatakan rekrutmen relawan untuk uji coba vaksin akan rampung dalam waktu 10 hari. AJ Pharma merupakan satu dari lima perusahaan yang telah mengajukan izin distribusi vaksin di Pakistan ke CanSino jika vaksin itu disetujui oleh pemerintah.
"Hasil sementara akan diumumkan empat atau lima hari setelah selesai proses rekrutmen, dan (laporan, red) ini juga akan melaporkan kemanjuran vaksin," kata Abbas.
Ia menambahkan sejauh ini tidak ada efek samping yang serius dari uji klinis tahap III vaksin COVID-19 buatan CanSino.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pakistan tahan orangtua tolak vaksinasi polio untuk anak-anak
Baca juga: Cabut aturan penguncian, kasus COVID-19 di Pakistan melonjak
Baca juga: India, Pakistan beri kelonggaran untuk usaha kecil saat karantina
Pakistan, yang saat ini menghadapi penularan COVID-19 gelombang kedua, membeli vaksin buatan Sinopharm yang pada hari ini (31/12) menerima izin pakai dari Pemerintah China.
"Komite Kabinet memutuskan akan membeli 1,2 juta dosis vaksin dari perusahaan China Sinopharm, dan vaksin itu akan diberikan gratis untuk pasukan garda terdepan pada kuartal pertama 2021," kata Fawad Hussain sebagaimana dikutip dari unggahannya di media sosial Twitter.
Ia kemudian mengatakan Pakistan akan membeli vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Institut Produk-Produk Biologi Beijing, lembaga riset yang berada di bawah naungan Sinopharm.
Sinopharm mengembangkan setidaknya dua kandidat vaksin COVID-19, yang pertama dibuat oleh institut di Beijing dan satu lainnya dibuat oleh Wuhan Institute of Biological Products.
Kedua kandidat vaksin itu saat ini masih menjalani evaluasi tahap akhir, yaitu uji klinis III.
Pakistan pada awal Desember 2020 menyetujui alokasi anggaran sebesar 150 juta dolar AS (sekitar 2,1 triliun) untuk membeli vaksin COVID-19 yang akan diberikan kepada kelompok warga rentan yang jumlahnya mencakup lima persen dari keseluruhan populasi.
Pemerintah mengatakan pihaknya kemungkinan akan membeli vaksin tidak hanya dari satu perusahaan.
"Jika sektor swasta ingin mengimpor vaksin yang telah disetujui oleh negara-negara lain, mereka dapat melakukannya," kata Hussain, Kamis.
Pakistan, negara berpenduduk 220 juta jiwa, masih menghadapi gelombang kedua penularan COVID-19. Otoritas setempat melaporkan 58 kematian baru sehingga total korban jiwa melewati angka 10.000 jiwa. Sementara itu, pemerintah juga melaporkan 2.475 kasus positif baru sehingga total mencapai 479.715.
Pakistan turut berpartisipasi dalam uji klinis III untuk kandidat vaksin buatan CanSino Biologics yang diberi nama Ad5-nCoV. Vaksin itu dibuat oleh CanSino bersama Institut Kesehatan China.
Perwakilan AJ Pharma, Hassan Abbas, pada Rabu mengatakan rekrutmen relawan untuk uji coba vaksin akan rampung dalam waktu 10 hari. AJ Pharma merupakan satu dari lima perusahaan yang telah mengajukan izin distribusi vaksin di Pakistan ke CanSino jika vaksin itu disetujui oleh pemerintah.
"Hasil sementara akan diumumkan empat atau lima hari setelah selesai proses rekrutmen, dan (laporan, red) ini juga akan melaporkan kemanjuran vaksin," kata Abbas.
Ia menambahkan sejauh ini tidak ada efek samping yang serius dari uji klinis tahap III vaksin COVID-19 buatan CanSino.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pakistan tahan orangtua tolak vaksinasi polio untuk anak-anak
Baca juga: Cabut aturan penguncian, kasus COVID-19 di Pakistan melonjak
Baca juga: India, Pakistan beri kelonggaran untuk usaha kecil saat karantina
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: