Jakarta (ANTARA) - Epidemilog yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Defriman Djafri mengingatkan semua pihak, terutama pemangku kepentingan, terkait ancaman nyata mutasi virus corona jenis baru yang telah terjadi di sejumlah negara.
"Ancaman nyata tentunya mutasi jenis strain virus yang baru yang telah dilaporkan di sejumlah negara," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Mutasi virus corona, ujar dia, juga sangat mungkin terjadi di Indonesia. Kemungkinan proses mutasi ini banyak faktor yang akan mempengaruhi dan menjadi pertimbangan.
Menurut dia, poin utama faktor yang paling besar mempengaruhi mutasi virus tersebut adalah dari inangnya dalam mereplikasi atau berkembang biak.
"Ini menjadi tolok ukur dimana mutasi virus corona yang baru bisa lebih berbahaya dari yang sebelumnya," ujar dia.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam pengendalian adalah tingkat penularan dan severitas terhadap kematian. Jenis varian baru yang dilaporkan dari Inggris dengan kode B117 atau disebut juga VUI202012/01 70 persen lebih menular dari varian yang sebelumnya, tetapi tidak mematikan.
Disisi lain, kecenderungan lebih tinggi menginfeksi pada anak-anak. Jenis varian lain yang juga dilaporkan adalah dengan kode D614G yang berbeda dengan B117.
Jenis D614G terletak di dalam protein yang menyusun spike virus yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel manusia. Ini dilaporkan 10 kali lebih menular, tetapi belum tentu mematikan dibandingkan varian sebelumnya.
"Mudah-mudahan varian baru ini tidak menjadi pandemi baru ke depan," kata Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Provinsi Sumatera Barat tersebut.
Epidemiolog ingatkan ancaman nyata mutasi virus corona baru
31 Desember 2020 14:49 WIB
Epidemilogi sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat Defriman Djafri. ANTARA.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: