Beijing (ANTARA) - Perusahaan-perusahaan China akan menerima komitmen yang mengikat atas akses ke pasar Uni Eropa (EU) di bawah perjanjian investasi baru, sementara China akan membuka sektor keuangan, manufaktur dan jasa untuk blok beranggotakan 27 negara itu, kata seorang pejabat pemerintah China.

Kesepakatan investasi antara EU, blok perdagangan terbesar di dunia, dan China, ekonomi terbesar kedua, diumumkan oleh kedua belah pihak pada hari Rabu (30/12) setelah hampir tujuh tahun negosiasi, dan kemungkinan akan memakan waktu setidaknya satu tahun lagi untuk mulai berlaku.

China dan EU akan "mendorong penandatanganan awal" pakta tersebut, Li Yongjie, wakil direktur departemen perjanjian dan hukum di Kementerian Perdagangan China, mengatakan dalam konferensi pers yang digelar larut malam di Beijing.

Meskipun pasar investasi Eropa relatif terbuka, melalui perjanjian, EU memberi perusahaan China komitmen akses pasar yang mengikat secara hukum, tambahnya.

Kesepakatan dicapai pada isu-isu seperti energi, BUMN, transparansi subsidi, transfer teknologi, penetapan standar, penegakan administrasi dan regulasi keuangan, kata Li, menambahkan bahwa kesepakatan tersebut juga mencantumkan ketentuan tentang masalah lingkungan dan ketenagakerjaan.

Saat ditanya apakah China akan meratifikasi konvensi ketenagakerjaan yang masih berlaku di tengah kekhawatiran di Eropa tentang kerja paksa, Li hanya mengatakan bahwa China melarang kerja paksa dan telah menegaskan kembali, dalam perjanjian tersebut, kewajiban negara sebagai anggota Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).

Beijing belum meratifikasi empat dari delapan konvensi ILO yang mendasar, termasuk tentang kerja paksa, menurut situs web organisasi tersebut. Pembukaan sektor IT merupakan bagian dari kesepakatan itu, tambah Li, memberikan rumah sakit dan mobil sebagai contoh area di sektor manufaktur dan jasa yang akan dibuka.

Sumber: Reuters

Baca juga: CDC Beijing sebut kasus positif di Shunyi berasal dari Indonesia

Baca juga: 10 kontainer kerupuk udang, bukti flagship Indonesia masih kondang