Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan proyek pengembangan industri baterai kendaraan listrik terintegrasi antara LG Energy Solution Ltd dengan konsorsium BUMN akan menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja lokal.

"Menyangkut tenaga kerja, tenaga kerjanya akan dipakai semaksimal mungkin, sebanyak-banyaknya, kalau semuanya ada di Indonesia, semuanya akan dipakai di Indonesia. Terkecuali, pada level manajer, level teknisi yang memang belum ada di Indonesia," katanya dalam konferensi pers secara daring dari Jakarta, Rabu.

Bahlil menuturkan dalam proses negosiasi, pemerintah Indonesia juga menekankan harus ada ikut serta pengusaha nasional dan pengusaha nasional di daerah serta UMKM dalam investasi tersebut. Hal itu dilakukan sebagai upaya mendorong agar investasi yang masuk juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah setempat.

"Jadi tidak hanya konteks kerja sama LG Group dengan konsorsium BUMN tapi juga swasta nasional, pengusaha nasional di daerah dan UMKM," katanya.

Rencananya, lokasi pabrik industri baterai kendaraan listrik itu nantinya akan dibagi dua, di mana di sisi hulu dari pembangunan smelter dan tambang akan ditempatkan di Maluku Utara sementara produksi prekursor dan katoda serta sebagian baterai sel akan ditempatkan di Kawasan Industri Terpadu Batang, di Jawa Tengah.

Hal lain yang juga ditekankan Bahlil dalam kesepakatan dengan investor Korea Selatan itu, yakni terkait tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tidak bisa ditawar.

"Kita minta pengolahan dari ore (bijih) nikel minimal 70 persen itu harus jadi prekursor, katoda dan baterai sel. Dalam MoU ini, output dari ore nikel menjadi prekursor, katoda, itu harus dikelola minimal 70 persen di Indonesia," katanya.

Pemerintah Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan LG Energy Soluiton Ltd, anak perusahaan konglomerasi LG Group untuk pengembangan industri baterai kendaraan listrik.

Pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu ke hilir ini diklaim jadi proyek pertama di dunia karena seluruh proses mulai dari pertambangan bahan baku nikel hingga peleburan, pemurnian, industri prekurso dan katoda hingga daur ulang baterai akan dilakukan di Indonesia. Total rencana investasinya pun mencapai 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp142 triliun.

Baca juga: Proyek baterai listrik senilai Rp142 triliun segera dimulai
Baca juga: Kementerian ESDM catat akan ada 19 ribu unit mobil listrik pada 2025
Baca juga: RI targetkan hemat devisa 1,8 miliar dolar dari kendaraan listrik