BPPTKG: Suara guguran terdengar enam kali dari Gunung Merapi
25 Desember 2020 20:18 WIB
Pengunjung menikmati suasana pemandangan Gunung Merapi di Kalitalang, Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (24/12/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode (23/12/2020) untuk laju deformasi Gunung Merapi dari EDM Babadan sebesar 10 centimeter per hari ,dalam tiga hari dengan kegempaan guguran sebanyak 44, fase banyak 265, vulkanik dangkal 56, tetonik satu dan hembusan 65. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.
Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan suara guguran terdengar sebanyak enam kali dari Gunung Merapi berdasarkan periode pengamatan pada Kamis (24/12) mulai pukul 00.00 WIB sampai 24.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Jumat, menjelaskan suara guguran di gunung api aktif itu terdengar dengan intensitas lemah hingga keras dari Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Babadan dan PGM Jrakah.
Pada periode itu, BPPTKG juga mencatat 41 kali gempa guguran, 312 kali gempa fase banyak, 58 gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa tektonik, serta 50 kali gempa hembusan.
Baca juga: Satgas imbau pengungsi Merapi tetap di pengungsian semasa libur
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang dengan ketinggian 50 meter di atas puncak.
Berikutnya, laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 11 cm per hari (rata-rata 3 hari).
BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Baca juga: Suara guguran terdengar lima kali dari Gunung Merapi
BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Baca juga: Bupati Sleman minta pengungsi Merapi bertahan di barak pengungsian
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Jumat, menjelaskan suara guguran di gunung api aktif itu terdengar dengan intensitas lemah hingga keras dari Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Babadan dan PGM Jrakah.
Pada periode itu, BPPTKG juga mencatat 41 kali gempa guguran, 312 kali gempa fase banyak, 58 gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa tektonik, serta 50 kali gempa hembusan.
Baca juga: Satgas imbau pengungsi Merapi tetap di pengungsian semasa libur
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang dengan ketinggian 50 meter di atas puncak.
Berikutnya, laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 11 cm per hari (rata-rata 3 hari).
BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Baca juga: Suara guguran terdengar lima kali dari Gunung Merapi
BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Baca juga: Bupati Sleman minta pengungsi Merapi bertahan di barak pengungsian
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: