Addis Ababa (ANTARA) - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada Kamis mengerahkan pasukan ke Benishangul-Gumuz satu hari setelah kelompok pria bersenjata menembak mati lebih dari ratusan warga di daerah tersebut.

Kasus kekerasan karena perbedaan etnis kerap ditemukan di Benishangul-Gumuz, daerah di wilayah barat Ethiopia.

Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia pada Rabu (23/12) melaporkan sejumlah pria bersejata telah membunuh lebih dari 100 orang dalam sebuah serangan tunggal yang berlangsung pada dini hari. Serangan terjadi di Desa Bekoji, Bulen, Zona Metekel — tempat yang menjadi rumah bagi beberapa kelompok etnis di Ethiopia.

“Pembantaian warga sipil di Benishangul-Gumuz sangat tragis,” kata PM Abiy sebagaimana dikutip dari unggahannya di media sosial Twitter. “Pemerintah telah mengerahkan pasukan yang dibutuhkan demi menyelesaikan masalah sampai ke akar-akarnya,” kata dia menambahkan.

Sejak Abiy terpilih sebagai perdana menteri pada 2018, rangkaian serangan terhadap warga sipil kerap terjadi di Ethiopia.

Beberapa penduduk desa pada Rabu mengatakan mereka melihat puluhan mayat tergeletak di jalanan dan mereka dikejar-kejar oleh pria-pria bersenjata yang terus menembaki warga setempat.

Abiy dan beberapa pejabat pemerintah telah mengunjungi daerah konflik, Selasa (22/12). Ia mengajak warga untuk tetap tenang setelah mereka menghadapi rangkaian serangan mematikan selama beberapa bulan terakhir.

Salah satu di antaranya, beberapa pria bersenjata menyerang sebuah bis dan membunuh 34 warga pada 14 November 2020.

Sementara itu, tentara pemerintah juga masih menghadapi kelompok pemberontak di Tigray selama lebih dari enam pekan. Konflik di Tigray menyebabkan kurang lebih 950.000 orang terpaksa mengungsi ke Sudan dan wilayah lainnya.

Pengerahan pasukan ke Benishangul-Gumuz dikhawatirkan menyebabkan kekosongan di daerah lain yang juga rentan diserang oleh kelompok bersenjata di Ethiopia.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ethiopia tolak berunding setelah Uni Afrika umumkan tiga utusannya

Baca juga: Ethiopia tuduh dirjen WHO dukung pemberontak di Tigray