Mensos Risma terapkan pola-pola pemberdayaan pada masyarakat
23 Desember 2020 14:26 WIB
Menteri Sosial (Mensos) RI Tri Rismaharini memberikan keterangan pada awak media massa usai serah terima jabatan di Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (23/12/2020). ANTARA/Muhammad Zulfikar/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial RI Tri Rismaharini mengatakan akan menerapkan pola-pola pemberdayaan masyarakat agar mereka tidak hanya diajarkan menerima bantuan, melainkan juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri.
"Jadi nanti ada pola-pola yang kita harus lakukan dengan pemberdayaan, dimana tidak kita ajarkan hanya menerima, tapi juga berusaha, sehingga mereka bisa terhormat," kata dia dalam kegiatan serah terima jabatan Mensos di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut akan diterapkan Risma dengan berkaca pada pola-pola yang telah ia lakukan saat menjadi Wali Kota Surabaya. Di Surabaya tidak diperbolehkan ada pengemis, anak jalanan ataupun pengamen di jalanan.
"Coba kita bayangkan kalau di jalan-jalan itu banyak pengemis, nanti orang dari negara lain ngomong apa ke negara kita," katanya.
Oleh sebab itu, ia berpendapat masyarakat luas, terutama mereka yang mengandalkan hidup di jalanan dengan meminta-minta, perlu diajarkan bahwa setiap orang harus bekerja untuk memperoleh rezeki guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi, secara umum tidak mungkin pemerintah atau siapapun tega membiarkan masyarakat hidup di jalan, tanpa tempat tinggal serta dalam kondisi kelaparan.
Untuk merealisasikan hal tersebut, katanya, perlu dilakukan efisiensi di bidang operasional, sehingga dapat membantu orang-orang yang membutuhkan.
"Kita harus pikirkan orang-orang ini. Belum lagi dia tidak punya rumah, kemudian tidak bisa makan. Maka kita harus pikirkan itu," ujar Wali Kota Surabaya dua periode tersebut.
Baca juga: Risma sebut tak terpikir menjadi menteri
Lebih lanjut, melihat pengalamannya di Kota Surabaya dapat dijadikan contoh, khususnya dengan program pahlawan ekonomi yang mengumpulkan ibu-ibu tukang becak, buruh dan sebagainya, untuk menjalankan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga berbasis komunitas.
Baca juga: Profil - Risma dan tantangan agar bansos COVID-19 tepat dan efektif
"Ini dibentuk pada 2010 dan saya mulai dengan 89 kelompok. Sekarang sudah 18.000 kelompok dan lebih dari 25 persen di antaranya berpendapatan satu bulan di atas Rp1 miliar," katanya.
Baca juga: Tri Rismaharini: Pesan presiden Bansos 2020 harus kelar 100 persen
Oleh sebab itu, ia mengajak jajarannya untuk selalu bergandengan tangan tanpa ada sekat apapun dan terus menyatu sehingga dapat menjalankan atau membentuk program-program ke depannya dengan baik.
"Jadi nanti ada pola-pola yang kita harus lakukan dengan pemberdayaan, dimana tidak kita ajarkan hanya menerima, tapi juga berusaha, sehingga mereka bisa terhormat," kata dia dalam kegiatan serah terima jabatan Mensos di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut akan diterapkan Risma dengan berkaca pada pola-pola yang telah ia lakukan saat menjadi Wali Kota Surabaya. Di Surabaya tidak diperbolehkan ada pengemis, anak jalanan ataupun pengamen di jalanan.
"Coba kita bayangkan kalau di jalan-jalan itu banyak pengemis, nanti orang dari negara lain ngomong apa ke negara kita," katanya.
Oleh sebab itu, ia berpendapat masyarakat luas, terutama mereka yang mengandalkan hidup di jalanan dengan meminta-minta, perlu diajarkan bahwa setiap orang harus bekerja untuk memperoleh rezeki guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi, secara umum tidak mungkin pemerintah atau siapapun tega membiarkan masyarakat hidup di jalan, tanpa tempat tinggal serta dalam kondisi kelaparan.
Untuk merealisasikan hal tersebut, katanya, perlu dilakukan efisiensi di bidang operasional, sehingga dapat membantu orang-orang yang membutuhkan.
"Kita harus pikirkan orang-orang ini. Belum lagi dia tidak punya rumah, kemudian tidak bisa makan. Maka kita harus pikirkan itu," ujar Wali Kota Surabaya dua periode tersebut.
Baca juga: Risma sebut tak terpikir menjadi menteri
Lebih lanjut, melihat pengalamannya di Kota Surabaya dapat dijadikan contoh, khususnya dengan program pahlawan ekonomi yang mengumpulkan ibu-ibu tukang becak, buruh dan sebagainya, untuk menjalankan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga berbasis komunitas.
Baca juga: Profil - Risma dan tantangan agar bansos COVID-19 tepat dan efektif
"Ini dibentuk pada 2010 dan saya mulai dengan 89 kelompok. Sekarang sudah 18.000 kelompok dan lebih dari 25 persen di antaranya berpendapatan satu bulan di atas Rp1 miliar," katanya.
Baca juga: Tri Rismaharini: Pesan presiden Bansos 2020 harus kelar 100 persen
Oleh sebab itu, ia mengajak jajarannya untuk selalu bergandengan tangan tanpa ada sekat apapun dan terus menyatu sehingga dapat menjalankan atau membentuk program-program ke depannya dengan baik.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: