Jakarta (ANTARA) - Tokoh Agama Konghucu Uung Sendana menilai ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi di Indonesia belakangan ini akibat manusia mulai melupakan hukum Tuhan.

"Dari kaca mata saya sebagai umat Konghucu menilai, orang-orang sudah mulai melupakan adanya hukum Tuhan, yaitu hukum Yin dan Yang," kata dia dalam diskusi sarasehan kebangsaan dengan tema "Masalah kemajemukan dan upaya merajutnya" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Dalam hukum Yin dan Yang, kata dia, perbedaan merupakan sesuatu hukum Tuhan yang tidak bisa diabaikan. Sebab, hal itu merupakan kenyataan yang justru menjadi modal untuk melahirkan sesuatu.

"Unsur dari Yin dan Yang ini akan melahirkan kebaikan atau keburukan, tergantung bagaimana kita menyikapi perbedaan yang ada," kata dia.

Sebagai umat Konghucu, Uung menilai, saat ini banyak terjadi perubahan-perubahan di tengah masyarakat. Bahkan, secara pribadi ia mengaku sewaktu kecil keluarganya sering dibela masyarakat, meskipun berbeda keyakinan.

"Kita benar-benar seperti saudara, bahkan kalau ada persoalan keluarga saya, banyak dibela oleh tetangga," katanya.

Namun, saat ini ia melihat banyak masyarakat mengaku khawatir akibat ketegangan-ketegangan yang terjadi di Tanah Air.

Senada dengan itu, pemuka Agama Katolik Dr Ita Puspitasari mengatakan saat ini ketidakharmonisan begitu banyak diluapkan oleh masyarakat, terutama melalui media sosial yang bermuara pada ujaran kebencian, bahkan tragedi pembunuhan di Sigi, Sulawesi Tengah.

Tidak hanya sampai di situ, menurut dia, perilaku sadis atas pembunuhan itu juga diteruskan ke media sosial, menunjukkan gambar-gambar yang direkayasa hingga kata-kata dipelintir sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran salah di masyarakat.

Baca juga: Din Syamsuddin: Indonesia sedang hadapi persoalan kemajemukan

Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Profesor Din Syamsuddin mengakui saat ini Indonesia sedang dihadapi persoalan kemajemukan, baik masalah agama, suku, budaya dan bahasa.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Fanatisme bisa merusak kemajemukan

"Bahkan, dalam satu lingkaran atau satu komunitas keagamaan pun ada perbedaan, keterbelahan," kata dia.

Baca juga: Menag ajak masyarakat merawat kemajemukan

Namun, menurut manta Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut beragam persoalan kemajemukan yang terjadi saat ini bukan berarti masyarakat harus lari, melainkan saling bergandengan tangan untuk merajutnya.