Menko Airlangga paparkan peluang yang ungkit pemulihan ekonomi 2021
22 Desember 2020 11:20 WIB
Tangkapan layar - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2021 di Jakarta, Selasa (22/12/2020). ANTARA/Tangkapan layar Youtube PrekonomianRI/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan sejumlah peluang yang akan menjadi pengungkit pemulihan ekonomi dan mendukung target pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen pada 2021.
“Tahun 2021 saatnya kembali bekerja, kembali mengembangkan usaha, optimistis memanfaatkan peluang terjadinya pemulihan ekonomi,” kata Airlangga Hartarto dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2021 di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, peluang yang mengungkit pemulihan ekonomi 2021 adalah vaksinasi sebagai game changer ekonomi nasional di tengah pandemi COVID-19.
“Sesuai arahan Presiden, Januari akhir nanti vaksinasi sudah bisa dilaksanakan,” imbuhnya.
Sebelumnya, pemerintah sudah mendatangkan vaksin Sinovac dari China sebanyak 1,2 juta dosis dan rencananya juga pada Desember ini datang 15 juta dosis bahan baku vaksin serta sebanyak 1,8 juta dosis pada Januari 2021.
Selain vaksinasi, lanjut dia, implementasi UU Cipta Kerja juga akan menjadi peluang yang mendorong pemulihan ekonomi 2021, stimulus penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional, dan keberpihakan ekonomi kepada UMKM.
Pemerintah, kata dia, saat ini juga sedang menyiapkan daftar prioritas investasi, hingga pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang didukung sejumlah negara dengan modal awal saat ini mencapai 6 milair dolar AS.
Menko Perekonomian menambahkan peluang lain yang bisa mengungkit ekonomi adalah program ketahanan pangan, pengembangan kawasan industri, mandatori program B-30 yang melibatkan 17 juta tenaga kerja, program padat karya serta pengembangan ekonomi digital.
“Pengembangan ekonomi digital sekarang besarnya 40 billion yang potensinya di 2025 itu sebesar 133 billion di Indonesia dan 150 billion di ASEAN,” katanya.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi, lanjut dia, sudah mulai terlihat di antaranya penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pada Desember ini sudah mencapai level 6.100.
Pemulihan di sektor manufaktur juga terlihat dengan perbaikan PMI Manufaktur Indonesia yang kini indeksnya mencapai 50,6.
Beberapa sektor yang tumbuh pada masa pandemi juga akan menjadi pengungkit di antaranya sektor pertanian, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan pendidikan.
Dari sisi komoditas, CPO, nikel, logam mulia menjadi safe heaven pada masa pandemi, serta peluang lain di pasar ekspor di antaranya ditandatanganinya perjanjian dagang RCEP antara negara ASEAN dan mitra dagang di antaranya China, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
“Demikian juga kerja sama Indonesia-EFTA di Eropa, CEPA Australia, CEPA Korea dan perpanjangan GSP yang tentu ini bisa mendorong untuk ditingkatkan limited trade agreement. Kerja sama ini mendorong kinerja ekspor dan memperbaiki posisi RI di global value chain,” imbuhnya.
“Tahun 2021 saatnya kembali bekerja, kembali mengembangkan usaha, optimistis memanfaatkan peluang terjadinya pemulihan ekonomi,” kata Airlangga Hartarto dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2021 di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, peluang yang mengungkit pemulihan ekonomi 2021 adalah vaksinasi sebagai game changer ekonomi nasional di tengah pandemi COVID-19.
“Sesuai arahan Presiden, Januari akhir nanti vaksinasi sudah bisa dilaksanakan,” imbuhnya.
Sebelumnya, pemerintah sudah mendatangkan vaksin Sinovac dari China sebanyak 1,2 juta dosis dan rencananya juga pada Desember ini datang 15 juta dosis bahan baku vaksin serta sebanyak 1,8 juta dosis pada Januari 2021.
Selain vaksinasi, lanjut dia, implementasi UU Cipta Kerja juga akan menjadi peluang yang mendorong pemulihan ekonomi 2021, stimulus penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional, dan keberpihakan ekonomi kepada UMKM.
Pemerintah, kata dia, saat ini juga sedang menyiapkan daftar prioritas investasi, hingga pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang didukung sejumlah negara dengan modal awal saat ini mencapai 6 milair dolar AS.
Menko Perekonomian menambahkan peluang lain yang bisa mengungkit ekonomi adalah program ketahanan pangan, pengembangan kawasan industri, mandatori program B-30 yang melibatkan 17 juta tenaga kerja, program padat karya serta pengembangan ekonomi digital.
“Pengembangan ekonomi digital sekarang besarnya 40 billion yang potensinya di 2025 itu sebesar 133 billion di Indonesia dan 150 billion di ASEAN,” katanya.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi, lanjut dia, sudah mulai terlihat di antaranya penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pada Desember ini sudah mencapai level 6.100.
Pemulihan di sektor manufaktur juga terlihat dengan perbaikan PMI Manufaktur Indonesia yang kini indeksnya mencapai 50,6.
Beberapa sektor yang tumbuh pada masa pandemi juga akan menjadi pengungkit di antaranya sektor pertanian, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan pendidikan.
Dari sisi komoditas, CPO, nikel, logam mulia menjadi safe heaven pada masa pandemi, serta peluang lain di pasar ekspor di antaranya ditandatanganinya perjanjian dagang RCEP antara negara ASEAN dan mitra dagang di antaranya China, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
“Demikian juga kerja sama Indonesia-EFTA di Eropa, CEPA Australia, CEPA Korea dan perpanjangan GSP yang tentu ini bisa mendorong untuk ditingkatkan limited trade agreement. Kerja sama ini mendorong kinerja ekspor dan memperbaiki posisi RI di global value chain,” imbuhnya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: