Prof Wiku nilai kolaborasi lintas sektor penting untuk atasi pandemi
17 Desember 2020 19:20 WIB
Koordinator Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito berbicara dalam acara webinar tentang Pembelajaran Penanganan COVID-19 Bidang Kesehatan, Jakarta, Kamis (17/12/2020). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Koordinator Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menilai kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk mengatasi pandemi COVID-19 secara bersama-sama.
"Bahasanya mudah, disebut koordinasi. Tapi itu adalah bagian paling sulit selama ini," kata Prof Wiku dalam acara webinar tentang Pembelajaran Penanganan COVID-19 Bidang Kesehatan diikuti di Jakarta, Kamis.
Ia menilai bahwa Indonesia masih kurang siap dalam menghadapi pandemi COVID-19, sehingga terjadilah kondisi darurat kesehatan dan juga dampak lain yang memengaruhi hampir semua lini kehidupan.
Baca juga: Prof Wiku dorong kesiapan hadapi potensi ancaman penyakit menular baru
"Ternyata kita kurang siap. Seandainya waktu itu, kita dengan berbagai peraturan, termasuk Inpres yang mengatur tentang IHSA (Infrastructure Health and Safety Association) di Indonesia, seharusnya kita mampu untuk tidak separah seperti sekarang, kalau kita sebut ini sebagai parah," kata dia.
"Atau seharusnya kita bisa lebih cepat untuk menangani kasus ini daripada sebelumnya. Tapi itu sekali lagi adalah pembelajaran," kata Wiku lebih lanjut.
Ia mengatakan Indonesia sebenarnya telah memiliki infrastruktur kebijakan yang di dibutuhkan untuk dapat siap menghadapi kondisi seperti sekarang ini.
Baca juga: Pemerintah pastikan vaksin COVID-19 yang digunakan terbaik bagi publik
Sayangnya, infrastruktur kebijakan itu, menurutnya, tidak diimplementasikan karena ada ego sektoral. Akibatnya, kolaborasi yang kurang menyebabkan disrupsi di semua sistem dan sendi kehidupan.
Ia berharap pengalaman tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Dan ke depan, Indonesia memerlukan kolaborasi lintas sektor yang lebih baik lagi untuk dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan.
Kemudian, terkait pengendalian nasional dalam upaya menghadapi wabah, hubungan pusat dan daerah juga, menurut Wiku, sangat penting dan perlu ditingkatkan.
Baca juga: Satgas COVID-19 jabarkan usia berisiko meninggal karena COVID-19
"Apalagi dalam konteks terkait dengan transportasi publik, baik mobilitas penduduk di dalam lingkaran atau daerah yang kecil, sebuah provinsi atau sebuah pulau, itu sangat menentukan transmisi antardaerah," kata dia.
Dengan demkian, melalui koordinasi dan kolaborasi yang solid mulai dari presiden, gubernur bersama dengan bupati, walikota dan seluruh pimpinan daerah yang ada hingga unit yang terkecil, Wiku berharap hal itu dapat memperkuat sistem tanggap daerah dan respons yang cepat dalam menghadapi bencana apapun yang mengancam keselamatan rakyat.
"Jadi kalau kita melakukan perbaikan, itu harusnya ke depan, apapun bentuknya, kita secara ekonomi dan sosial menjadi lebih mampu beradaptasi dan bisa menghadapi tantangan-tantangan lain yang lebih besar di masa yang makin sulit di depan," kata Wiku.
Baca juga: 526.979 orang sembuh COVID-19, positif tambah 7.354 jadi 643.508
"Bahasanya mudah, disebut koordinasi. Tapi itu adalah bagian paling sulit selama ini," kata Prof Wiku dalam acara webinar tentang Pembelajaran Penanganan COVID-19 Bidang Kesehatan diikuti di Jakarta, Kamis.
Ia menilai bahwa Indonesia masih kurang siap dalam menghadapi pandemi COVID-19, sehingga terjadilah kondisi darurat kesehatan dan juga dampak lain yang memengaruhi hampir semua lini kehidupan.
Baca juga: Prof Wiku dorong kesiapan hadapi potensi ancaman penyakit menular baru
"Ternyata kita kurang siap. Seandainya waktu itu, kita dengan berbagai peraturan, termasuk Inpres yang mengatur tentang IHSA (Infrastructure Health and Safety Association) di Indonesia, seharusnya kita mampu untuk tidak separah seperti sekarang, kalau kita sebut ini sebagai parah," kata dia.
"Atau seharusnya kita bisa lebih cepat untuk menangani kasus ini daripada sebelumnya. Tapi itu sekali lagi adalah pembelajaran," kata Wiku lebih lanjut.
Ia mengatakan Indonesia sebenarnya telah memiliki infrastruktur kebijakan yang di dibutuhkan untuk dapat siap menghadapi kondisi seperti sekarang ini.
Baca juga: Pemerintah pastikan vaksin COVID-19 yang digunakan terbaik bagi publik
Sayangnya, infrastruktur kebijakan itu, menurutnya, tidak diimplementasikan karena ada ego sektoral. Akibatnya, kolaborasi yang kurang menyebabkan disrupsi di semua sistem dan sendi kehidupan.
Ia berharap pengalaman tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Dan ke depan, Indonesia memerlukan kolaborasi lintas sektor yang lebih baik lagi untuk dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan.
Kemudian, terkait pengendalian nasional dalam upaya menghadapi wabah, hubungan pusat dan daerah juga, menurut Wiku, sangat penting dan perlu ditingkatkan.
Baca juga: Satgas COVID-19 jabarkan usia berisiko meninggal karena COVID-19
"Apalagi dalam konteks terkait dengan transportasi publik, baik mobilitas penduduk di dalam lingkaran atau daerah yang kecil, sebuah provinsi atau sebuah pulau, itu sangat menentukan transmisi antardaerah," kata dia.
Dengan demkian, melalui koordinasi dan kolaborasi yang solid mulai dari presiden, gubernur bersama dengan bupati, walikota dan seluruh pimpinan daerah yang ada hingga unit yang terkecil, Wiku berharap hal itu dapat memperkuat sistem tanggap daerah dan respons yang cepat dalam menghadapi bencana apapun yang mengancam keselamatan rakyat.
"Jadi kalau kita melakukan perbaikan, itu harusnya ke depan, apapun bentuknya, kita secara ekonomi dan sosial menjadi lebih mampu beradaptasi dan bisa menghadapi tantangan-tantangan lain yang lebih besar di masa yang makin sulit di depan," kata Wiku.
Baca juga: 526.979 orang sembuh COVID-19, positif tambah 7.354 jadi 643.508
Pewarta: Katriana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: