Penasihat investasi: PSBB tidak jadi isu IHSG dalam jangka panjang
16 Desember 2020 17:59 WIB
Tangkapan layar Direktur dan Chief Investment Officer PT Jagartha Penasihat Investasi (Jagartha Advisors) Erik Argasetya saat memberikan paparan dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu (16/12/2020). ANTARA/Citro Atmoko
Jakarta (ANTARA) - Direktur dan Chief Investment Officer PT Jagartha Penasihat Investasi (Jagartha Advisors) Erik Argasetya menilai kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB tidak akan menjadi isu bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka panjang, namun lebih berdampak dalam jangka pendek.
"Jangka panjang harusnya (PSBB) tidak jadi isu. Tapi, kalau kita lihat jangka pendek, itu sangat possible untuk memberikan sentimen negatif sesaat. Tapi biasanya yang terjadi ini dimanfaatkan oleh mungkin para investor-investor besar atau para trader justru untuk mereka take profit, mungkin lalu yang ritelnya juga jadi ikutan lepas dulu dan otomatis biasanya mereka akan kembali mengoreksi kembali saham-saham tersebut," ujar Erik saat diskusi secara daring dengan awak media di Jakarta, Rabu.
Baca juga: IHSG diproyeksikan capai 7.000-7.250 pada 2021
Menurut dia, ada beberapa hal yang bisa menjadi semacam "pertahanan" bagi IHSG saat ini. Pertama yaitu terkait kepastian soal vaksin COVID-19. Hal tersebut yang membedakan dengan kondisi pada awal-awal pandemi mulai masuk ke Tanah Air pada awal Maret 2020 lalu.
"Kalau kita lihat sudah ada kepastian vaksin. Ini yang membedakan dengan kondisi Maret dimana saat itu betul-betul semaunya itu blank, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini makhluk apa bahkan kita tidak tahu saat itu, bahkan saat itu dikatakan Indonesia tidak mungkin terkena, padahal di luar sudah ramai. Tapi kan sekarang kita sudah tahu, cara menanggulanginya sudah tahu, meskipun pelaksanannya dalam kehidupan sehari-hari ada yang cuek aja, ada yang betul-betul sangat strict," kata Erik.
Ia menuturkan ketersediaan vaksin memberikan keyakinan kepada pelaku pasar sehingga pasar modal pun diprediksi terus tumbuh seiring kemajuan dan implementasi vaksin baik secara global maupun lokal.
"Market itu sifatnya selalu forward looking. Jadi begitu sudah ada kepastian vaksin, kita tahu vaksinnya juga mungkin belum pasti sempurna, cuma ini kan pasti akan ada prosesnya . Sama seperti kita beli gadget versi terbaru, biasanya versi terbaru itu selalu masih suka ada flaw-nya, ya macam-macamnya lah," ujar Erik.
Kedua, lanjutnya, saat ini perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia masih ada peraturan untuk bisa auto reject sehingga seharusnya dari mekanisme pasar juga dapat lebih menahan.
"Jadi harusnya apakah akan ada pengetatan PSBB pengaruh ke market? Kalau misalnya untuk short term masih bisa, tapi kalau untuk long term, harusnya market akan memperhitungkan faktor tersebut," kata Erik.
Baca juga: IHSG ditutup menguat seiring aksi beli asing
Baca juga: BEI luncurkan indeks baru IDX ESG Leaders
"Jangka panjang harusnya (PSBB) tidak jadi isu. Tapi, kalau kita lihat jangka pendek, itu sangat possible untuk memberikan sentimen negatif sesaat. Tapi biasanya yang terjadi ini dimanfaatkan oleh mungkin para investor-investor besar atau para trader justru untuk mereka take profit, mungkin lalu yang ritelnya juga jadi ikutan lepas dulu dan otomatis biasanya mereka akan kembali mengoreksi kembali saham-saham tersebut," ujar Erik saat diskusi secara daring dengan awak media di Jakarta, Rabu.
Baca juga: IHSG diproyeksikan capai 7.000-7.250 pada 2021
Menurut dia, ada beberapa hal yang bisa menjadi semacam "pertahanan" bagi IHSG saat ini. Pertama yaitu terkait kepastian soal vaksin COVID-19. Hal tersebut yang membedakan dengan kondisi pada awal-awal pandemi mulai masuk ke Tanah Air pada awal Maret 2020 lalu.
"Kalau kita lihat sudah ada kepastian vaksin. Ini yang membedakan dengan kondisi Maret dimana saat itu betul-betul semaunya itu blank, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini makhluk apa bahkan kita tidak tahu saat itu, bahkan saat itu dikatakan Indonesia tidak mungkin terkena, padahal di luar sudah ramai. Tapi kan sekarang kita sudah tahu, cara menanggulanginya sudah tahu, meskipun pelaksanannya dalam kehidupan sehari-hari ada yang cuek aja, ada yang betul-betul sangat strict," kata Erik.
Ia menuturkan ketersediaan vaksin memberikan keyakinan kepada pelaku pasar sehingga pasar modal pun diprediksi terus tumbuh seiring kemajuan dan implementasi vaksin baik secara global maupun lokal.
"Market itu sifatnya selalu forward looking. Jadi begitu sudah ada kepastian vaksin, kita tahu vaksinnya juga mungkin belum pasti sempurna, cuma ini kan pasti akan ada prosesnya . Sama seperti kita beli gadget versi terbaru, biasanya versi terbaru itu selalu masih suka ada flaw-nya, ya macam-macamnya lah," ujar Erik.
Kedua, lanjutnya, saat ini perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia masih ada peraturan untuk bisa auto reject sehingga seharusnya dari mekanisme pasar juga dapat lebih menahan.
"Jadi harusnya apakah akan ada pengetatan PSBB pengaruh ke market? Kalau misalnya untuk short term masih bisa, tapi kalau untuk long term, harusnya market akan memperhitungkan faktor tersebut," kata Erik.
Baca juga: IHSG ditutup menguat seiring aksi beli asing
Baca juga: BEI luncurkan indeks baru IDX ESG Leaders
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: