Kemenko: Pandemi jadi momentum akselerasi transformasi digital
15 Desember 2020 12:27 WIB
Ilustrasi - Operator membelikan barang yang dipesan konsumen untuk selanjutnya dikirimkan melalui jasa kurir di Pasar ModernJoyo Agung, Malang, Jawa Timur, Rabu (18/11/2020). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian M Rudy Salahuddin menyatakan pandemi COVID-19 menjadi momentum yang baik untuk mengakselerasi transformasi digital menuju less contact economy.
“Perkembangan teknologi dan dorongan perubahan pasca pandemi ini merupakan momentum yang yang baik untuk kita mengakselerasi transformasi digital menuju less contact economy,” katanya dalam acara virtual Indonesia Digital Conference di Jakarta, Selasa.
Rudy menjelaskan potensi less contact economy setelah pandemi mulai terlihat yaitu terjadinya perubahan aktivitas masyarakat seperti belanja online untuk berbagai kebutuhan baik tersier maupun primer hingga penggunaan telemedicine, e-learning, dan virtual meeting.
“Kondisi tersebut tercermin dari perubahan perilaku konsumsi masyarakat yang sebelumnya memakai cara-cara konvensional kini mulai beralih memanfaatkan teknologi-teknologi digital,” katanya.
Baca juga: Kemkominfo dorong kemitraan multipihak untuk transformasi digital
Rudy menjelaskan dampak teknologi terhadap perdagangan juga tercermin dari transaksi e-commerce yang menunjukkan adanya less contact economy yaitu permintaan produk meningkat lima sampai 10 kali sehingga membantu mendorong perekonomian nasional.
Tak hanya itu, berdasarkan hasil riset dari Google, Temasek dan Bain & Company menyatakan tahun ini Indonesia telah menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 44 miliar dolar AS.
Kemudian, studi dari Google, Temasek dan Bain & Company juga memprediksikan bahwa nilai transaksi ekonomi digital Indonesia pada 2025 akan mampu mencapai 124 miliar dolar AS.
“Dalam hal ini didukung oleh kontribusi e-commerce Indonesia yang bisa menembus 32 miliar dolar AS di tahun ini dan diperkirakan dapat mencapai 83 miliar dolar AS pada 2025 nanti,” jelasnya.
Menurutnya, potensi digital ekonomi Indonesia masih sangat terbuka lebar karena memiliki jumlah populasi terbesar keempat di dunia dengan jumlah pengguna ponsel sebanyak 338 juta atau 124 persen dari total populasi nasional.
“Ini yang yang apa merupakan peluang yang harus kita syukuri,” ujarnya.
Baca juga: Wamenkeu sebut penerapan transformasi digital bisa hemat belanja
Selain itu, Rudy mengatakan sebagai akibat tambahan dari pandemi maka tingkat penetrasi internet tahun ini juga membaik dan naik hingga mampu menjangkau hampir 200 juta orang.
“Jadi traffic internet ini juga meningkat sebesar 15 persen sampai 20 persen dari sebelumnya,” katanya.
Studi dari Google, Temasek dan Bain & Company turut menyebutkan selama pandemi jumlah konsumen baru yang memanfaatkan ekonomi digital meningkat 37 persen dan 93 persen di antaranya menyatakan tetap memanfaatkan produk ekonomi digital meskipun pandemi telah selesai.
Rudy menegaskan berbagai hasil riset tersebut harus disiasati bersama dengan terus mengembangkan ekosistem ekonomi digital menjadi lebih baik dan lebih nyaman sehingga masyarakat lebih senang dalam bertransaksi secara digital.
“Jadi aspek pemanfaatannya ini yang harus kita dorong,” tegasnya.
Baca juga: Kominfo optimistis percepatan transformasi digital tercapai
Baca juga: Komitmen ASEAN dibutuhkan untuk dorong transformasi digital
Baca juga: Kepercayaan masih jadi isu penting pembayaran digital
“Perkembangan teknologi dan dorongan perubahan pasca pandemi ini merupakan momentum yang yang baik untuk kita mengakselerasi transformasi digital menuju less contact economy,” katanya dalam acara virtual Indonesia Digital Conference di Jakarta, Selasa.
Rudy menjelaskan potensi less contact economy setelah pandemi mulai terlihat yaitu terjadinya perubahan aktivitas masyarakat seperti belanja online untuk berbagai kebutuhan baik tersier maupun primer hingga penggunaan telemedicine, e-learning, dan virtual meeting.
“Kondisi tersebut tercermin dari perubahan perilaku konsumsi masyarakat yang sebelumnya memakai cara-cara konvensional kini mulai beralih memanfaatkan teknologi-teknologi digital,” katanya.
Baca juga: Kemkominfo dorong kemitraan multipihak untuk transformasi digital
Rudy menjelaskan dampak teknologi terhadap perdagangan juga tercermin dari transaksi e-commerce yang menunjukkan adanya less contact economy yaitu permintaan produk meningkat lima sampai 10 kali sehingga membantu mendorong perekonomian nasional.
Tak hanya itu, berdasarkan hasil riset dari Google, Temasek dan Bain & Company menyatakan tahun ini Indonesia telah menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 44 miliar dolar AS.
Kemudian, studi dari Google, Temasek dan Bain & Company juga memprediksikan bahwa nilai transaksi ekonomi digital Indonesia pada 2025 akan mampu mencapai 124 miliar dolar AS.
“Dalam hal ini didukung oleh kontribusi e-commerce Indonesia yang bisa menembus 32 miliar dolar AS di tahun ini dan diperkirakan dapat mencapai 83 miliar dolar AS pada 2025 nanti,” jelasnya.
Menurutnya, potensi digital ekonomi Indonesia masih sangat terbuka lebar karena memiliki jumlah populasi terbesar keempat di dunia dengan jumlah pengguna ponsel sebanyak 338 juta atau 124 persen dari total populasi nasional.
“Ini yang yang apa merupakan peluang yang harus kita syukuri,” ujarnya.
Baca juga: Wamenkeu sebut penerapan transformasi digital bisa hemat belanja
Selain itu, Rudy mengatakan sebagai akibat tambahan dari pandemi maka tingkat penetrasi internet tahun ini juga membaik dan naik hingga mampu menjangkau hampir 200 juta orang.
“Jadi traffic internet ini juga meningkat sebesar 15 persen sampai 20 persen dari sebelumnya,” katanya.
Studi dari Google, Temasek dan Bain & Company turut menyebutkan selama pandemi jumlah konsumen baru yang memanfaatkan ekonomi digital meningkat 37 persen dan 93 persen di antaranya menyatakan tetap memanfaatkan produk ekonomi digital meskipun pandemi telah selesai.
Rudy menegaskan berbagai hasil riset tersebut harus disiasati bersama dengan terus mengembangkan ekosistem ekonomi digital menjadi lebih baik dan lebih nyaman sehingga masyarakat lebih senang dalam bertransaksi secara digital.
“Jadi aspek pemanfaatannya ini yang harus kita dorong,” tegasnya.
Baca juga: Kominfo optimistis percepatan transformasi digital tercapai
Baca juga: Komitmen ASEAN dibutuhkan untuk dorong transformasi digital
Baca juga: Kepercayaan masih jadi isu penting pembayaran digital
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2020
Tags: