Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudistira memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2020 akan terjadi perbaikan meski masih berada dalam teritori negatif.

"Kuartal IV masih negatif, kemungkinan kisaran minus dua persen," kata Bima Yudistira dihubungi di Jakarta, Selasa.

Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II-2020 mencapai minus 5,32 persen dan dinilai sebagai kontraksi yang paling dalam selama tahun ini.

Baca juga: Menko perkirakan kuartal IV terkontraksi 2 persen hingga 0,6 persen

Kemudian, pada kuartal III-2020 terjadi perbaikan menjadi minus 3,49 persen.

Ia menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi akhir tahun 2020 yang masih negatif disebabkan angka kasus baru COVID-19 di Indonesia menunjukkan peningkatan, bahkan menembus lebih dari 8.000 kasus pada 3 Desember 2020.

"Meski ada kabar baik soal vaksin tapi kasus COVID kuartal IV masih relatif tinggi, bahkan naik kembali di atas 8.000 kasus," katanya.

Selain peningkatan kasus, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV juga dipengaruhi pemangkasan libur panjang akhir tahun.

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Belanja pemerintah tetap jadi daya topang utama

Ia menilai selama ini penopang pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun biasanya dari libur panjang Natal dan Tahun Baru yakni dari sektor pariwisata dan perjalanan atau transportasi.

Dengan pemangkasan itu, kata dia, berdampak kepada geliat konsumsi rumah tangga yang juga diperkirakan akan melambat.

Sementara itu, kontribusi positif yang akan membantu ekonomi RI membaik pada kuartal IV-2020 adalah neraca perdagangan yang tumbuh surplus khususnya kinerja ekspor yang meningkat karena harga minyak dunia yang naik pada November 2020.

Baca juga: ADB revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI 2020 jadi minus 2,2 persen

Kenaikan harga minyak dunia itu mendorong kenaikan ekspor minyak dan gas hingga 27 persen dibandingkan Oktober 2020.

Tak hanya itu, lanjut dia, juga mendorong harga komoditas meningkat dan didukung pemulihan ekonomi di negara tujuan ekspor Indonesia seperti di China, Jepang, India hingga Australia.

"Industri manufaktur mulai bergeliat ditunjukkan impor bahan baku tinggi yakni naik 13 persen pada November dan secara bulanan industri manufaktur sudah melakukan optimalisasi kapasitas produksi lagi," imbuhnya.

Dengan perkembangan itu, ia memproyeksi secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mencapai minus 2 hingga minus 3,5 persen.