Empat tempat liburan untuk menyepi dari keramaian
15 Desember 2020 07:11 WIB
Wisatawan mengunjungi kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park di Badung, Bali, Jumat (4/12/2020). Kawasan wisata GWK resmi dibuka kembali bagi kunjungan wisatawan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat setelah ditutup sejak bulan Maret yang lalu akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Jakarta (ANTARA) - Dahulu keramaian bukanlah masalah besar saat mencari tempat berlibur, ketika kerumunan jadi hal terlarang selama pandemi, orang kini mencari tempat yang sepi untuk melepas penat. Di tempat yang sepi, orang bisa lebih merasa aman karena risiko penularan virus corona juga mengecil.
Baca juga: Sauna sendirian, hiburan baru di Tokyo yang populer kala pandemi
Bali
Berdasarkan pencarian di biro perjalanan daring tiket.com, pulau Bali masih menjadi tempat berlibur idaman masyarakat Indonesia karena berada di nomor satu pencarian.
Pulau Dewata biasanya ramai oleh turis domestik dan mancanegara, namun pandemi membuat arus wisatawan asing betul-betul terhenti. Restoran dan hotel yang biasanya penuh orang kini sepi, terlebih pengelola juga harus menaati aturan untuk membatasi kapasitas maksimal.
Area Manager East Indonesia tiket.com Rajasa Oktavio Hadisoemarto mengatakan pemesanan akomodasi di Bali paling pesat dibandingkan tempat lain di tengah pandemi COVID-19.
"Kalau di OTA (online travel agent) dilihat dari penjualan kamar, dari Bali ditutup untuk turis domestik, lalu dibuka per 1 Agustus sampai 31 November, peningkatan 6 kali lipat," kata Rajasa kepada ANTARA ditemui di Bali pekan lalu.
Pemulihan pariwisata di pulau Dewata, ujar dia, lebih cepat dari yang diperkirakan. Saat ini orang sudah mulai berani untuk berlibur selama protokol kesehatan betul-betul diterapkan.
Baca juga: Adaptasi kebiasaan baru, di Jepang tak boleh ciuman di bar
Senggigi, Lombok Barat
Jika menurut Anda Bali masih relatif ramai, coba mampir ke pulau tetangga yang kondisinya lebih sepi, tepatnya dekat pantai Senggigi.
Ada berbagai penginapan yang tersedia di sana untuk beristirahat setelah asyik menikmati suasana di pantai, mendengarkan deburan ombak, atau bersantai setelah menyantap nasi panas dengan ayam Taliwang yang pedas serta plecing kangkung.
Menurut General Manager Holiday Resort Lombok I Ketut M. Jaya Kusuma, kini sebagian besar tamunya adalah masyarakat setempat yang ingin staycation. Jadi, jumlah turis domestik dari luar Lombok pun tidak terlalu banyak.
Gili Trawangan
Gili Trawangan bisa jadi pilihan untuk Anda yang ingin berlibur di tempat lebih sepi. Tempat wisata di Lombok Utara ini sudah mulai didatangi wisatawan setelah sempat ditutup akibat pandemi COVID-19. Demi keamanan dan keselamatan, Polres Lombok Utara memperketat penjagaan di pintu masuk untuk memeriksa turis-turis yang datang.
Baca juga: Indah Kalalo promosikan keindahan Nusa Penida
Sumba
Tidak seperti penerbangan ke Bali, penerbangan ke Sumba jumlahnya lebih terbatas. Alhasil, jumlah pelancong yang datang pun tidak sebanyak turis di pulau Dewata. Pulau yang keindahannya diperlihatkan di film "Pendekar Tongkat Emas" dan "Humba Dreams" ini juga bisa jadi pilihan untuk liburan yang lebih sepi.
Baca juga: Siap "traveling" dengan pesawat, perhatikan 8 hal ini
Baca juga: Maskapai penerbangan ini tiadakan kursi tengah
Baca juga: Wisata "wellness" dan domestik diprediksi jadi tren usai pandemi
Baca juga: Sauna sendirian, hiburan baru di Tokyo yang populer kala pandemi
Bali
Berdasarkan pencarian di biro perjalanan daring tiket.com, pulau Bali masih menjadi tempat berlibur idaman masyarakat Indonesia karena berada di nomor satu pencarian.
Pulau Dewata biasanya ramai oleh turis domestik dan mancanegara, namun pandemi membuat arus wisatawan asing betul-betul terhenti. Restoran dan hotel yang biasanya penuh orang kini sepi, terlebih pengelola juga harus menaati aturan untuk membatasi kapasitas maksimal.
Area Manager East Indonesia tiket.com Rajasa Oktavio Hadisoemarto mengatakan pemesanan akomodasi di Bali paling pesat dibandingkan tempat lain di tengah pandemi COVID-19.
"Kalau di OTA (online travel agent) dilihat dari penjualan kamar, dari Bali ditutup untuk turis domestik, lalu dibuka per 1 Agustus sampai 31 November, peningkatan 6 kali lipat," kata Rajasa kepada ANTARA ditemui di Bali pekan lalu.
Pemulihan pariwisata di pulau Dewata, ujar dia, lebih cepat dari yang diperkirakan. Saat ini orang sudah mulai berani untuk berlibur selama protokol kesehatan betul-betul diterapkan.
Baca juga: Adaptasi kebiasaan baru, di Jepang tak boleh ciuman di bar
Senggigi, Lombok Barat
Jika menurut Anda Bali masih relatif ramai, coba mampir ke pulau tetangga yang kondisinya lebih sepi, tepatnya dekat pantai Senggigi.
Ada berbagai penginapan yang tersedia di sana untuk beristirahat setelah asyik menikmati suasana di pantai, mendengarkan deburan ombak, atau bersantai setelah menyantap nasi panas dengan ayam Taliwang yang pedas serta plecing kangkung.
Menurut General Manager Holiday Resort Lombok I Ketut M. Jaya Kusuma, kini sebagian besar tamunya adalah masyarakat setempat yang ingin staycation. Jadi, jumlah turis domestik dari luar Lombok pun tidak terlalu banyak.
Gili Trawangan
Gili Trawangan bisa jadi pilihan untuk Anda yang ingin berlibur di tempat lebih sepi. Tempat wisata di Lombok Utara ini sudah mulai didatangi wisatawan setelah sempat ditutup akibat pandemi COVID-19. Demi keamanan dan keselamatan, Polres Lombok Utara memperketat penjagaan di pintu masuk untuk memeriksa turis-turis yang datang.
Baca juga: Indah Kalalo promosikan keindahan Nusa Penida
Sumba
Tidak seperti penerbangan ke Bali, penerbangan ke Sumba jumlahnya lebih terbatas. Alhasil, jumlah pelancong yang datang pun tidak sebanyak turis di pulau Dewata. Pulau yang keindahannya diperlihatkan di film "Pendekar Tongkat Emas" dan "Humba Dreams" ini juga bisa jadi pilihan untuk liburan yang lebih sepi.
Baca juga: Siap "traveling" dengan pesawat, perhatikan 8 hal ini
Baca juga: Maskapai penerbangan ini tiadakan kursi tengah
Baca juga: Wisata "wellness" dan domestik diprediksi jadi tren usai pandemi
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: