Mendikbud pejabat pertama pakai "travel corridor" Indonesia-Singapura
14 Desember 2020 18:58 WIB
Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI Nadiem Makarim (kiri) bertemu Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong (kanan) di Kementerian Pendidikan Singapura, Senin (14/12/2020). ANTARA/HO-KBRI Singapura.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjadi pejabat Indonesia pertama yang memanfaatkan fasilitas Travel Corridor Arrangement (TCA) atau Reciprocal Green Lane (RGL) Indonesia-Singapura yang mulai berlaku 26 Oktober lalu.
Menteri Nadiem pada Senin bertemu Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong di Kementerian Pendidikan Singapura, menurut keterangan tertulis KBRI Singapura yang diterima di Jakarta, Senin (14/12).
Nadiem mengatakan kunjungannya ke Singapura penting untuk meningkatkan kerja sama dan saling berbagi pengalaman sistem pendidikan di antara kedua negara.
"Sekaligus untuk memulai kembali kegiatan karena tidak mungkin terus terkekang oleh pandemi COVID-19," katanya.
Baca juga: Menengok kesuksesan pendidikan kejuruan di Singapura
Baca juga: Kerja sama kejuruan industri Indonesia-Singapura cetak tenaga kerja kompeten
Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong menyambut baik kunjungan rekannya dari Indonesia karena bisa menjadi model penerapan TCA kedua negara.
Kunjungan kerja itu dilakukan dengan jumlah yang terbatas dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di mana pada setiap pertemuan maksimal hanya lima orang yang diperkenankan untuk ikut hadir.
Pembicaraan antara menteri pendidikan Indonesia dan Singapura itu berlangsung produktif dan hangat sehingga waktu pertemuan yang semula dijadwalkan berlangsung satu jam menjadi satu setengah jam.
Menteri Nadiem didampingi Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI Nizam, Dirjen Guru dan Tenaga Pendidikan Kemendikbud RI Iwan Syahril, dan Staf Khusus Mendikbud Pramoda Dei Sudarmo.
Diskusi yang berlangsung di Singapura itu membahas mulai isu pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, hingga tenaga pengajar.
Kedua menteri menyadari tantangan yang terus berkembang dan pentingnya kolaborasi pendidikan antara kedua negara.
Menteri Lawrence Wong menjelaskan tantangan yang dihadapi pendidikan Singapura mulai dari soal pendanaan dan kerja sama antara perguruan tinggi dan fakultas, sistem pendidikan yang berorientasi kepada peningkatan kompetensi dan skill, serta pendidikan kepada orang-orang dewasa untuk menambah pengetahuan.
Belajar dari pengalaman pandemi COVID-19, Wong menjelaskan rencana Kementerian Pendidikan Singapura untuk menerapkan pendidikan campuran (blended education).
"Kami sedang membahas kemungkinan agar ada waktu mungkin satu kali dalam satu minggu, anak didik menjalani sekolah dari rumah dengan menggunakan video conference," ujar Lawrence Wong.
Nadiem dijadwalkan akan tiga hari berada di Singapura. Selain bertemu pejabat Singapura, Mendikbud RI juga dijadwalkan mengunjungi perguruan-perguruan tinggi yang ada di Singapura.
Baca juga: Indonesia-Singapura bangun kerja sama pendidikan vokasi di pesantren
Baca juga: RI - Singapura lanjutkan kerja sama bidang pendidikan vokasi
Menteri Nadiem pada Senin bertemu Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong di Kementerian Pendidikan Singapura, menurut keterangan tertulis KBRI Singapura yang diterima di Jakarta, Senin (14/12).
Nadiem mengatakan kunjungannya ke Singapura penting untuk meningkatkan kerja sama dan saling berbagi pengalaman sistem pendidikan di antara kedua negara.
"Sekaligus untuk memulai kembali kegiatan karena tidak mungkin terus terkekang oleh pandemi COVID-19," katanya.
Baca juga: Menengok kesuksesan pendidikan kejuruan di Singapura
Baca juga: Kerja sama kejuruan industri Indonesia-Singapura cetak tenaga kerja kompeten
Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong menyambut baik kunjungan rekannya dari Indonesia karena bisa menjadi model penerapan TCA kedua negara.
Kunjungan kerja itu dilakukan dengan jumlah yang terbatas dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di mana pada setiap pertemuan maksimal hanya lima orang yang diperkenankan untuk ikut hadir.
Pembicaraan antara menteri pendidikan Indonesia dan Singapura itu berlangsung produktif dan hangat sehingga waktu pertemuan yang semula dijadwalkan berlangsung satu jam menjadi satu setengah jam.
Menteri Nadiem didampingi Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI Nizam, Dirjen Guru dan Tenaga Pendidikan Kemendikbud RI Iwan Syahril, dan Staf Khusus Mendikbud Pramoda Dei Sudarmo.
Diskusi yang berlangsung di Singapura itu membahas mulai isu pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, hingga tenaga pengajar.
Kedua menteri menyadari tantangan yang terus berkembang dan pentingnya kolaborasi pendidikan antara kedua negara.
Menteri Lawrence Wong menjelaskan tantangan yang dihadapi pendidikan Singapura mulai dari soal pendanaan dan kerja sama antara perguruan tinggi dan fakultas, sistem pendidikan yang berorientasi kepada peningkatan kompetensi dan skill, serta pendidikan kepada orang-orang dewasa untuk menambah pengetahuan.
Belajar dari pengalaman pandemi COVID-19, Wong menjelaskan rencana Kementerian Pendidikan Singapura untuk menerapkan pendidikan campuran (blended education).
"Kami sedang membahas kemungkinan agar ada waktu mungkin satu kali dalam satu minggu, anak didik menjalani sekolah dari rumah dengan menggunakan video conference," ujar Lawrence Wong.
Nadiem dijadwalkan akan tiga hari berada di Singapura. Selain bertemu pejabat Singapura, Mendikbud RI juga dijadwalkan mengunjungi perguruan-perguruan tinggi yang ada di Singapura.
Baca juga: Indonesia-Singapura bangun kerja sama pendidikan vokasi di pesantren
Baca juga: RI - Singapura lanjutkan kerja sama bidang pendidikan vokasi
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: