Olimpiade
Amerika tidak hukum atlet karena aksi protes rasial di Olimpiade
11 Desember 2020 05:56 WIB
Suasana saat para pemain sepak bola berlutut mendukung kampanye Black Lives Matter sebelum pertandingan antara Paris St Germain melawan Istanbul Basaksehir F.K dalam Liga Champions dimulai di Parc des Princes, Paris, Prancis, Rabu (9/12/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Xavier Laine/foc/cfo (REUTERS/XAVIER LAINE)
Jakarta (ANTARA) - Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat (USOPC) menyatakan tidak akan memberikan sanksi kepada atlet yang berdemonstrasi secara damai dan penuh hormat dalam mendukung keadilan rasial dan sosial di ajang Olimpiade dan Paralimpiade.
Keputusan USOPC datang sebagai tanggapan atas rekomendasi dari dewan yang berupaya mengubah "50 Aturan Piagam Olimpiade" yang melarang segala jenis demonstrasi atau propaganda politik, agama, atau rasial.
"USOPC menghargai suara para atlet timnas dan percaya bahwa hak mereka untuk mengadvokasi keadilan ras dan sosial, dan menjadi kekuatan positif untuk perubahan, benar-benar sejalan dengan nilai-nilai dasar kesetaraan," ujar Kepala eksekutif USOPC Sarah Hirshland dalam sebuah pernyataan yang diterima Reuters, Kamis waktu setempat.
Namun dewan timnas Amerika untuk Keadilan Rasial dan Sosial menegaskan ujaran kebencian, propaganda rasis, dan komentar diskriminatif yang ditujukan untuk menghilangkan hak dan martabat populasi yang secara historis terpinggirkan tidak memenuhi persyaratan sebagai pidato etis.
Baca juga: Phelps prediksi tak ada rekor renang baru di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Berhak atas perak Olimpiade 2012, Citra Febrianti diguyur bonus
Mereka juga meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) untuk mengakui protes yang berfokus pada HAM dan keadilan sosial tidak boleh dianggap sebagai gangguan dan tidak boleh ditanggapi sebagai ujaran kebencian.
"Pembungkaman atlet selama Olimpiade sangat kontras dengan pentingnya mengakui keutamaan peserta sebagai manusia dan perannya sebagai atlet," kata dewan itu.
"Melarang atlet untuk mengekspresikan pandangan mereka secara bebas selama Olimpiade, terutama yang berasal dari kelompok yang secara historis kurang terwakili dan minoritas, merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai utama Olimpiade dan Paralimpiade,”
Olimpiade Tokyo yang sempat ditunda akan diadakan dari 23 Juli-8 Agustus 2021, sedangkan Olimpiade musim dingin berikutnya dijadwalkan di Beijing pada 2022.
Baca juga: IOC pangkas kuota atlet di Olimpiade 2024 Paris
Baca juga: Masa tinggal atlet Olimpiade di Jepang bakal lebih singkat
Baca juga: IOC larang Presiden Belarusia hadiri Olimpiade
Keputusan USOPC datang sebagai tanggapan atas rekomendasi dari dewan yang berupaya mengubah "50 Aturan Piagam Olimpiade" yang melarang segala jenis demonstrasi atau propaganda politik, agama, atau rasial.
"USOPC menghargai suara para atlet timnas dan percaya bahwa hak mereka untuk mengadvokasi keadilan ras dan sosial, dan menjadi kekuatan positif untuk perubahan, benar-benar sejalan dengan nilai-nilai dasar kesetaraan," ujar Kepala eksekutif USOPC Sarah Hirshland dalam sebuah pernyataan yang diterima Reuters, Kamis waktu setempat.
Namun dewan timnas Amerika untuk Keadilan Rasial dan Sosial menegaskan ujaran kebencian, propaganda rasis, dan komentar diskriminatif yang ditujukan untuk menghilangkan hak dan martabat populasi yang secara historis terpinggirkan tidak memenuhi persyaratan sebagai pidato etis.
Baca juga: Phelps prediksi tak ada rekor renang baru di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Berhak atas perak Olimpiade 2012, Citra Febrianti diguyur bonus
Mereka juga meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) untuk mengakui protes yang berfokus pada HAM dan keadilan sosial tidak boleh dianggap sebagai gangguan dan tidak boleh ditanggapi sebagai ujaran kebencian.
"Pembungkaman atlet selama Olimpiade sangat kontras dengan pentingnya mengakui keutamaan peserta sebagai manusia dan perannya sebagai atlet," kata dewan itu.
"Melarang atlet untuk mengekspresikan pandangan mereka secara bebas selama Olimpiade, terutama yang berasal dari kelompok yang secara historis kurang terwakili dan minoritas, merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai utama Olimpiade dan Paralimpiade,”
Olimpiade Tokyo yang sempat ditunda akan diadakan dari 23 Juli-8 Agustus 2021, sedangkan Olimpiade musim dingin berikutnya dijadwalkan di Beijing pada 2022.
Baca juga: IOC pangkas kuota atlet di Olimpiade 2024 Paris
Baca juga: Masa tinggal atlet Olimpiade di Jepang bakal lebih singkat
Baca juga: IOC larang Presiden Belarusia hadiri Olimpiade
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020
Tags: