Kemenperin berupaya bangun "smart" IKM
10 Desember 2020 18:37 WIB
Ilustrasi: Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian yang juga menjabat Sekjen Dekranas, Gati Wibawaningsih (kiri) memperhatikan produk kerajinan dari pelaku industri kecil dan menengah (IKM) Bangka Belitung yang ditampilkan pada rangkaian kegiatan Workshop e-Smart IKM di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, Kamis (27/2/2020). ANTARA/HO Biro Humas Kemenperin/am.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian berupaya membangun smart Industri Kecil Menengah (IKM) yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan kualitas terbaik dan harga yang sesuai, sehingga semakin berdaya saing di tingkat nasional maupun global.
"Untuk Program E-Smart IKM, kami tidak lagi mengajarkan bagaimana IKM berjualan secara digital, namun kami akan membangun smart IKM melalui digitalisasi pada sektor produksi," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui konferensi pers secara virtual, Kamis.
Gati menyampaikan digitalisasi di sektor produksi sangatlah penting untuk IKM, karena jika pasarnya sudah terbentuk, maka Kemenperin akan membina agar IKM memproduksi barang yang bagus sesuai keinginan pasar bauk secara kualitas maupun harga.
Baca juga: Kemenperin dorong daya saing industri kerajinan lewat "e-smart" IKM
Baca juga: Kemenperin targetkan IKM sumbang 21 persen pertumbuhan industri RI
Dengan demikian Kemenperin akan melihat proses produksi IKM dari hulu hingga ke hilir, mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga bagaimana produk tersebut sampai ke pintu konsumen.
"Untuk di hulu, yaitu bahan bakunya. Kami harus memfasilitasi agar IKM itu mendapat bahan baku secara mudah. Makanya kita buat material center atau pusat bahan baku. Kami bikin material center di industri furnitur, industri logam, kemudian di industri pakaian jadi atau garmen," ungkap Gati.
Ketiga sektor tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa ketiganya memiliki pasar yang menjanjikan.
Baca juga: Kemenperin targetkan Program e-Smart jangkau 6.000 IKM tahun ini
"Untuk industri pakaian, semua orang butuh pakaian. Kemudian furnitur itu karena ekspornya sedang bagus, meskipun saat ini tertahan karena kontainernya mahal. Untuk logam, produk tersebut memiliki value dari penjualan yang besar," tutur Gati.
Untuk itu Gati berharap agar IKM dari ketiga sektor tersebut segera mengadaptasi teknologi digital dalam proses produksinya untuk dapat semakin berdaya saing.
Baca juga: Kemenperin: Omzet IKM minimum tumbuh 7x lipat dengan penjualan online
Baca juga: Kemenperin edukasi industri kecil menengah kuasai teknologi digital
"Untuk Program E-Smart IKM, kami tidak lagi mengajarkan bagaimana IKM berjualan secara digital, namun kami akan membangun smart IKM melalui digitalisasi pada sektor produksi," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih melalui konferensi pers secara virtual, Kamis.
Gati menyampaikan digitalisasi di sektor produksi sangatlah penting untuk IKM, karena jika pasarnya sudah terbentuk, maka Kemenperin akan membina agar IKM memproduksi barang yang bagus sesuai keinginan pasar bauk secara kualitas maupun harga.
Baca juga: Kemenperin dorong daya saing industri kerajinan lewat "e-smart" IKM
Baca juga: Kemenperin targetkan IKM sumbang 21 persen pertumbuhan industri RI
Dengan demikian Kemenperin akan melihat proses produksi IKM dari hulu hingga ke hilir, mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga bagaimana produk tersebut sampai ke pintu konsumen.
"Untuk di hulu, yaitu bahan bakunya. Kami harus memfasilitasi agar IKM itu mendapat bahan baku secara mudah. Makanya kita buat material center atau pusat bahan baku. Kami bikin material center di industri furnitur, industri logam, kemudian di industri pakaian jadi atau garmen," ungkap Gati.
Ketiga sektor tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa ketiganya memiliki pasar yang menjanjikan.
Baca juga: Kemenperin targetkan Program e-Smart jangkau 6.000 IKM tahun ini
"Untuk industri pakaian, semua orang butuh pakaian. Kemudian furnitur itu karena ekspornya sedang bagus, meskipun saat ini tertahan karena kontainernya mahal. Untuk logam, produk tersebut memiliki value dari penjualan yang besar," tutur Gati.
Untuk itu Gati berharap agar IKM dari ketiga sektor tersebut segera mengadaptasi teknologi digital dalam proses produksinya untuk dapat semakin berdaya saing.
Baca juga: Kemenperin: Omzet IKM minimum tumbuh 7x lipat dengan penjualan online
Baca juga: Kemenperin edukasi industri kecil menengah kuasai teknologi digital
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: