Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa semua kelompok, agama, dan paham dijamin keberadaannya oleh negara sehingga bebas menjalankan aktivitas positif tanpa halangan dari pihak mana pun.

Dalam pidatonya pada perayaan Waisak nasional 2554 di Arena Pekan Raya Kemayoran, Jakarta, Minggu malam, Kepala Negara menyatakan, Indonesia mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia sebagai bangsa majemuk yang memiliki keragaman suku bangsa, bahasa, dan budaya.

"Saya ingin menegaskan kembali negara kita adalah negara demokrasi yang berazaskan kedaulatan rakyat. Dalam negara demokrasi, semua kelompok, semua agama, dan semua paham dijamin keberadaannya. Kita semua dapat dengan leluasa menjalankan berbagai aktivitas yang positif tanpa halangan dan gangguan dari pihak mana pun," tuturnya.

Menurut Presiden, kemajemukan bangsa Indonesia tidak boleh menciptakan diskriminasi dan egoisme tanpa kesetiakawanan.

"Di negeri tercinta ini, tidak boleh ada kelompok yang merasa di atas kelompok yang lain. Kita semua setara serta memiliki hak dan kewajiban yang sama," ujarnya.

Presiden dalam pidatonya pada acara yang dihadiri Wakil Presiden Boediono dan juga para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II itu mengingatkan eksistensi kemajemukan yang menjadi ciri khas Indonesia harus dipelihara dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan.

Semua elemen bangsa di Indonesia, lanjut dia, harus diayomi dan dilindungi dengan berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tunggal Ika untuk selama-lamanya.

"Dengan semboyan itulah, kita dapat mengelola dan membangun bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain," katanya.

Presiden dalam pidatonya mengajak Ummat Buddha di Indonesia untuk terus membangun nilai-nilai luhur bangsa yang moderat, toleran, dan pluralistik.

"Mari kita bangun persahabatan dan persaudaraan di antara sesama warga bangsa di era demokrasi saat ini untuk meraih keselarasan, keserasian, dan keharmonisan dalam hidup kita," ajaknya.

Presiden juga berharap agar Ummat Buddha Indonesia dapat menaburkan benih kebajikan dengan sikap welas asih agar kehidupan menjadi tenteram di tengah dinamika pembangunan politik dan ekonomi negara.

Dengan momentun perayaan Tri Suci Waisak 2554, Kepala Negara juga mengingatkan pentingnya akhlak, etika, dan moral dalam proses perjalanan kebangsaan dan kenegaraan.

Menurut Presiden, akhlak, etika, dan moral, sangat penting sebagai fondasi dalam membangun peradaban dan martabat bangsa yang tinggi dan mulia.

"Dengan mengedepankan akhlak, etika, dan moral, bangsa kita akan dijauhkan dari berbagai perilaku yang tidak baik seperti korupsi," katanya.

Masyarakat pun, lanjut Presiden, akan tertuntun hidup rukun dan damai serta terbebas dari api kemarahan, dendam, dan permusuhan, serta tidak akan ada lagi tindak kekerasan pelanggaran hak asasi manusia. (*)

D013/Z002