BPOM gandeng anggota OKI bahas solusi tanggulangi COVID-19
9 Desember 2020 17:27 WIB
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makana, Penny K Lukito saat membuka lokakarya virtual, dengan tema "Enhancing Collaboration in Research, Manufacturing, Management of Medicines and Vaccines in the OIC Member States" di Jakarta, Rabu (9/12/2020). ANTARA/HO-BPOM/aa.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan menggandeng negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk membahas solusi dari sisi farmasi untuk menanggulangi wabah COVID-19.
"Salah satu upaya Badan POM untuk mengupayakan ketersediaan obat dan vaksin di tengah situasi pandemi COVID-19 ini adalah dengan memprakarsai workshop virtual dengan tema 'Enhancing Collaboration in Research, Manufacturing, Management of Medicines and Vaccines in the OIC Member States'," kata Kepala BPOM Penny K Lukito dalam jumpa pers daringnya, Rabu.
Ia mengatakan COVID-19 berdampak terhadap aspek kesehatan dan aspek kehidupan lainnya. Hal ini menjadi tantangan baru bagi seluruh negara, tak terkecuali negara-negara anggota OKI. Ketersediaan dan keterjangkauan obat dan vaksin menjadi solusi penting untuk mengakhiri pandemi COVID-19.
Menurut dia, BPOM dari masing-masing negara memiliki andil yang besar dalam mengawal dan mewujudkan ketersediaan obat dan vaksin COVID-19. Oleh karena itu, aksi kolektif BPOM bersama produsen obat dan vaksin di negara anggota Organisasi Kerja sama Islam merupakan kunci untuk sediaan farmasi yang merata di negara OKI.
Adapun pelaksanaan lokakarya BPOM bersama Otoritas Pangan dan Obat anggota OKI digelar secara virtual pada 9-10 Desember. "Workshop ini merupakan platform berharga untuk berbagi inisiatif antarnegara anggota OKI terkait penanganan pandemi COVID-19 serta mendorong kolaborasi dengan fokus pada penyediaan aksesibilitas dan keterjangkauan obat dan vaksin COVID-19 di negara anggota OKI," katanya.
Baca juga: BPOM perkenalkan produk makanan, obat, dan kosmetik kepada negara anggota OKI
Baca juga: BPOM: teknologi vaksin Indonesia unggul di kalangan OKI
Penny mengajak setiap pihak bekerja sama dalam menghadapi pandemi ini. "Belum ada yang bisa memprediksi akhir pandemi COVID-19. Dengan demikian, kita tidak memiliki pilihan selain bekerja sama dalam menghentikan penyebaran virus dan menemukan obat yang paling efektif."
"Mari bergandengan tangan dalam upaya bersama memperkuat kerja sama dan kolaborasi di negara-negara anggota OKI untuk menemukan obat dan vaksin COVID-19 yang paling efektif," katanya.
Adapun pertemuan virtual BPOM dengan Otoritas Pangan dan Obat negara-negara OKI merupakan salah satu bentuk implementasi dari Deklarasi Jakarta yang disepakati pada "The First Meeting of the Heads of National Medicine Regulatory Authorities (NMRAs) from the Organization of Islamic Cooperation (OIC) Member States" di Jakarta tanggal 21-22 November 2018.
"Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi di antara NMRA serta memastikan kontinuitas pasokan dan akses ke obat-obat esensial dan vaksin, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19," kata dia.
Baca juga: BPOM luncurkan pedoman pendistribusian vaksin COVID-19
Baca juga: BPOM ajak delegasi OKI kunjungi Kimia Farma
"Salah satu upaya Badan POM untuk mengupayakan ketersediaan obat dan vaksin di tengah situasi pandemi COVID-19 ini adalah dengan memprakarsai workshop virtual dengan tema 'Enhancing Collaboration in Research, Manufacturing, Management of Medicines and Vaccines in the OIC Member States'," kata Kepala BPOM Penny K Lukito dalam jumpa pers daringnya, Rabu.
Ia mengatakan COVID-19 berdampak terhadap aspek kesehatan dan aspek kehidupan lainnya. Hal ini menjadi tantangan baru bagi seluruh negara, tak terkecuali negara-negara anggota OKI. Ketersediaan dan keterjangkauan obat dan vaksin menjadi solusi penting untuk mengakhiri pandemi COVID-19.
Menurut dia, BPOM dari masing-masing negara memiliki andil yang besar dalam mengawal dan mewujudkan ketersediaan obat dan vaksin COVID-19. Oleh karena itu, aksi kolektif BPOM bersama produsen obat dan vaksin di negara anggota Organisasi Kerja sama Islam merupakan kunci untuk sediaan farmasi yang merata di negara OKI.
Adapun pelaksanaan lokakarya BPOM bersama Otoritas Pangan dan Obat anggota OKI digelar secara virtual pada 9-10 Desember. "Workshop ini merupakan platform berharga untuk berbagi inisiatif antarnegara anggota OKI terkait penanganan pandemi COVID-19 serta mendorong kolaborasi dengan fokus pada penyediaan aksesibilitas dan keterjangkauan obat dan vaksin COVID-19 di negara anggota OKI," katanya.
Baca juga: BPOM perkenalkan produk makanan, obat, dan kosmetik kepada negara anggota OKI
Baca juga: BPOM: teknologi vaksin Indonesia unggul di kalangan OKI
Penny mengajak setiap pihak bekerja sama dalam menghadapi pandemi ini. "Belum ada yang bisa memprediksi akhir pandemi COVID-19. Dengan demikian, kita tidak memiliki pilihan selain bekerja sama dalam menghentikan penyebaran virus dan menemukan obat yang paling efektif."
"Mari bergandengan tangan dalam upaya bersama memperkuat kerja sama dan kolaborasi di negara-negara anggota OKI untuk menemukan obat dan vaksin COVID-19 yang paling efektif," katanya.
Adapun pertemuan virtual BPOM dengan Otoritas Pangan dan Obat negara-negara OKI merupakan salah satu bentuk implementasi dari Deklarasi Jakarta yang disepakati pada "The First Meeting of the Heads of National Medicine Regulatory Authorities (NMRAs) from the Organization of Islamic Cooperation (OIC) Member States" di Jakarta tanggal 21-22 November 2018.
"Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi di antara NMRA serta memastikan kontinuitas pasokan dan akses ke obat-obat esensial dan vaksin, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19," kata dia.
Baca juga: BPOM luncurkan pedoman pendistribusian vaksin COVID-19
Baca juga: BPOM ajak delegasi OKI kunjungi Kimia Farma
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: