Sigi, Sulteng (ANTARA) - Tidak pernah terlintas dalam benak masyarakat jika akan terjadi peristiwa menggemparkan sekaligus menakutkan di lokasi transmigrasi Dusun Lewono, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada dua pekan lalu yang menelan empat korban jiwa dan beberapa rumah hangus terbakar.

Peristiwa berdarah yang mendapat perhatian dan simpati serta empati dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat sehingga Persiden Joko Widodo harus memerintahkan pimpinan TNI dan Polri untuk segera menuntaskan kejadian yang sangat memilukan itu diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Saya sempat sok berat ketika mengetahui adanya korban jiwa akibat serangan para teroris di lokasi permukiman warga transmigrasi lokal di Dusun Lewono," kata Ny Detris, salah seorang warga yang tinggal di lokasi transmigrasi Dusun Tokelemo,Desa Lembantongoa.

Sejak peristiwa itu, masyarakat di lokasi transmigrasi Dusun Lewono maupun Dusun Tokelemo serta tidak terkecuali masyarakat di desa induk Lembantongoa pun hingga kini merasa sangat terusik.

Masyarakat, semuanya merasa sangat takut atas kejadian tersebut. Apalagi sampai sekarang ini selama pasca penyerangan teroris aparat TNI/Polri yang diterjunkan untuk memburu para kelompok teroris MIT belum juga berhasil menangkap satupun dari mereka.

Padahal, kata dia, masyarakat masih saja dibayangi kecemasan soal pandemi COVID-19 yang juga masih belum berhasil diberantas, meski berbagai upaya dari pemerintah pusat, daerah sampai tingkat desa telah dilakukan.

Penyebaran virus corona bukan semakin menurun, tetapi sebaliknya, termasuk di Provinsi Sulteng angka positif warga yang terserang COVID-19 dan meninggal dunia terus menunjukan adanya kenaikan sehingga membuat pemerintah dan masyarakat semakin gelisah.

COVID-19 belum juga berakhir, tiba-tiba, kata Detris, warga Lembantongoa digemparkan dengan peristiwa penyerangan anggota teroris MIT di perkampungan warga transmigrasi Dusun Lewono.

Akibat dari peristiwa itu, sekarang warga di Dusun Lewono maupun Dusun Tokelemo harus meninggalkan rumah dan berkumpul berkelompok-kelompok di satu tempat karena merasa tidak aman dan nyaman.

Mereka tidur berkelompok dan khusus para lelaki terpaksa berjaga-jaga semalaman, meski di wilayah itu sudah ada beberapa pos penjagaan dan pengamanan yang dibangun oleh pasukan TNI/Polri yang ditugaskan negara untuk memberikan perlindungan dan memburu teroris sampai dapat.

Baca juga: Jalan terjal basmi teror kelompok Ali Kalora

Merasa lega
Sekalipun makan dan tidur tak enak karena peristiwa tersebut, bagaimanapun warga diharuskan untuk mendukung dan mensukseskan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak gubernur, bupati dan wali kota yang berlangsung secara nasional pada 9 Desember 2020.

Meski dalam kondisi dan situasi yang tidak aman dan nyaman, warga harus mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih pasangan calon gubernur/wakil gubernur dan bupati/wakil bupati.

Mengingat pesta demokrasi yang hanya berlangsung lima tahun sekali itu untuk memilih gubernur,bupati dan wali kota, maka warga mau tidak mau, suka atau tidak suka sebagai rakyat yang baik harus menjalankan amanah demokrasi.

Puncak dari tahapan pilkada ditentukan pada Rabu, 9 desember 2020. Semua warga yang telah memiliki hak untuk menyalurkan aspirasi politik memilih para calon gubernur/wakil gubernur dan bupati serta wakil bupati, termasuk di Desa Lembantongoa.

Meski hati dan pikiran masih terusik oleh peristiwa serangan teroris yang baru saja dialami masyarakat di Desa Lembantongoa, akan tetapi hari ini, Rabu (9/12) warga berbondong-bondong menuju TPS di wilayah masing-masing.

Untuk warga transmigrasi di Dusun Lewono dan Dusun Tokelemo, semuanya sesuai daftar pemilih tetap yang ditetapkan KPU, lokasi TPS berada di Dusun Tokelemo.

"Makanya, saya bersama suami sejak pagi hari sudah datang ke TPS,meski waktunya pemungutan suara belum tiba.Tapi kebanyakan warga sudah berada lebih awal di TPS," ujar Ny Detris.

Terus terang, warga, termasuk dirinya sendiri merasa sangat lega dan bahagia bisa mencoblos pasangan calon gubernur/wakil gubernur dan bupati/wakil bupati sesuai dengan hati nurani.

"Tadinya kami mencemaskan tidak bisa memilih karena kondisi dan situasi yang masih cukup mencekam," kata Detris.

Namun, kenyataannya, pilkada tetap berlangsung sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan warga Lembantongoa dengan semangat memberikan suara mereka di TPS.

Hal senada juga diungkapkan Ny.Mita, warga transmigrasi Dusun Tokelemo itu juga menyatakan lega bisa menyalurkan aspirasi memilih kepala daerah baik gubernur/wakil gubernur maupun bupati/wakil bupati.

Akhirnnya hak politik bisa juga tersalurkan pada pilkada serentak ini. "Tadinya saya ragu dan merasa khawatir untuk pergi ke TPS," akunya.

Usai mencoblos, hati dan pikiran saya menjadi plong karena pemungutan suara berjalan aman dan lancar. Kini masyarakat tinggal menanti siapa pemenang pilkada gubernur dan bupati.

Soal pasangan Gubernur/Wakil Gubernur Sulteng dan Bupati/wakil Bupati Sigi yang terpilih itu tidak masalah. Karena yang sangat penting pesta rakyat ini bisa berlangsung aman dan lancar.

Seorang KPPS di Desa Lembantongoa menyatakan turut merasa lega dan bahagia, sebab proses pemungutan suara berjalan dengan baik.

Warga yang datang memilih hampir 100 persen memberikan suara mereka degan mencoblos pasangan calon gubernur/wakil gubernur dan bupati/wakil bupati sesuai hati nuraninya.

Terus terang, kata Jefri, KPPSW TPS 5 Dusun Tokelemo sempat merasa khawatir warga tidak akan banyak datang ke TPS,karena masih trauma berat atas peristiwa pembunuhan empat warga transmigrasi Dusun Lewono dilakukan opara teroris.

Akan tetapi, katanya, apa yang menganjal pikirannya dalam beberapa hari menjelang pelaksanaan pilkada serentak tidak terbukti.

Ternyata warga masih tetap semangat untuk menyalurkan aspirasi mereka di pilkada serentak ini.

Dia mengatakan jumlah pemilih sesuai yang ada di DPT untuk TPS-5 Dusun Tokelemo sebanyak 356 orang terdiri perempuan dan laki-laki.

Jumlah pemilih itu, kata dia, semuanya berasal dari warga transmigrasi Dusun Lewono dan Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa.

Meski kebanyakan warga masih mengungsi malam hari berkempok-kelompok di salah satu rumah warga karena masih takut dengan kejadian baru-baru ini, namun pada pagi hari Rabu (9/12) saat pilkada berlangsung, mereka datang ke TPS dan mencoblos.

"Saya selaku penyelanggara pilkada di tingkat dusun tentu merasa lega dan bahagia,sebab hampir semua datang memberikan hak suaranya di TPS," ujar Jefri.

Baca juga: Warga transmigrasi Desa Lembantongoa Sigi antusias mencoblos

Imbauan bupati
Sementara itu Kepala Desa Lembantongoa, Deki Basalulu meminta masyarakat di desa itu tetap waspada seperti yang disampaikan oleh Bupati Sigi Miohamad Irwan Lapata saat berkunjung pada Selasa (8/12) pekan ini.

Bupati berpesan agar masyarakat tidak cepat terprovokasi atas kejadian tersebut, sebab peristiwa yang baru saja terjadi pada warga transmigrasi Dusun Lewono murni tidak kriminal.

Masyarakat di Desa Lembantongoa yang selama ini hidup rukun berdanmpingan satu sama lainnya tetap menjaga dan memelihara kerukunan inter dan antarumat beragama di wilayah ini.

"Jangan mudah diprovokasi dengan isu-isu yang dapat memecah belah kesatuan dan persatuan inter dan antarumat beragama. Kita semua adalah satu kesatuan dalam NKRI," ujar Bupati Irwan.

Bupati Irwan juga berpesan kepada masyarakat Lembantongoa untuk membantu pemerintah, khususnya aparat TNI/Polri yang tengah berusaha mengejar para jaringan teroris.

"Jika melihat ada orang yang mencurigakan segera melaporkan kepada pemerintah desa atau aparat yang ada," pinta Bupati Irwan.

Kita semua berdoa agar aparat TNI/Polri yang diterjunkan untuk memberantas anggota teroris MIT yang berkeliaran di wilayah Sigi, Poso dan Parigi Moutong agar dalam waktu tidak terlalu lama bisa menangkap para pelaku kejahatan itu.

Baca juga: Bupati Sigi semangati keluarga korban teroris di Desa Lembantongoa