Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG melalui program gasifikasi batu bara.

Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, Rabu, menjelaskan program gasifikasi batu bara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif.

“Kami berupaya mengurangi impor BBM dan LPG untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai bahan baku energi sehingga dapat mengurangi impor dan defisit neraca perdagangan. Dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang tepat, program gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether menggantikan LPG tidak akan menjadi isu lingkungan di Indonesia. Pemilihan teknologi menjadi kunci,” kata Nicke.

Baca juga: Pertamina: Total potensi energi alternatif di Indonesia capai 417,8 GW

Namun ia menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batu bara.

Ia menyampaikan program ini perlu didukung oleh kepastian regulasi ke depan sehingga menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri, dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.

Pihaknya menjalin kerja sama Bomba Grup melalui anak perusahaannya PT Berkah Bomba Energi, melakukan penandatangan nota kesepahaman kerja sama strategis gasifikasi batu bara menjadi produk DME (Dimethyl Ether) dengan PT Pertamina.

Baca juga: Ada banyak manfaat, PTBA serius kembangkan gasifikasi batubara

Nota kesepahaman gasifikasi batu bara ini dilaksanakan secara virtual dihadiri Direktur Pertamina, Nicke Widyawati beserta jajarannya, direksi PT Berkah Bomba Energi beserta jajarannya, dan direksi Indika Energi dan Adaro yang disaksikan oleh Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin.

CEO PT Berkah Bomba Energi, Todotua Pasaribu mengatakan pihaknya sangat mendukung upaya untuk mengurangi ketergantungan impor LPG dan menjaga ketahanan energi melalui pengembangan diversifikasi bisnis energi.

“Kami berkomitmen untuk pengembangan ini, seiring keinginan untuk memajukan daerah terutama di kawasan Sumatera Selatan,” kata Todotua.

Bomba Grup memiliki unit usaha coal, plantation, power plan, dan property yang fokus di wilayah Sumatera Selatan.

Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan kerja sama ini sangat strategis mengingat Indonesia memiliki cukup banyak potensi batubara berkalori rendah.

“Kami berharap program ini akan menjadi keunggulan kompetitif kita. Dengan gasifikasi batu mbara, maka bisa menjadi substitusi impor. Dan kita juga berusaha menarik investasi lebih banyak, sehingga dapat mendatangkan ‘multiplier effect’,” kata Ridwan.