Yogyakarta (ANTARA News) - Konferensi pembangunan pertemuan Asia Eropa (ASEM) ke-2 di Yogyakarta, menghasilkan Pernyataan Yogyakarta. "Setelah dua hari kita melakukan konferensi, kita akhirnya membentuk suatu pernyataan dalam Pernyataan Yogyakarta," kata Direktur Kerjasama Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Dian Wirengjurit seusai penutupan konferensi ASEM di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengharapkan, hasil dari konferensi ASEM pada 26-27 Mei 2010 tersebut, dapat menjadi perhatian masing-masing negara untuk kemudian bisa dibawa dalam KTT ASEM di Brusel yang direncanakan Oktober mendatang.

Ia mengatakan, ada empat pokok perhatian yang dituangkan dalam Pernyataan Yogyakarat. Pertama, terkait dengan masa depan kerjasama antara Asia dan Eropa untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam pokok pertama tersebut, delegasi dari negara Asia dan Eropa menyatakan untuk menegaskan kembali komitmen pemberian bantuan dan hibah yang berlandaskan pada kemitraan yang saling menguntungkan untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Menurut Dian, para delegasi juga mengungkapkan kembali komitmen dalam mengejar target tujuan pembangunan millenium (MDGs) yang disesuaikan dengan kebijakan dan strategsi amsing-masing negara.

Para delegasi juga menyetujui untuk membangun berdasarkan prinsip yang komprehensif, sejajar dan kerjasam yang saling menguntungkan dengan memperbaiki metode dalam melaksanakannya.

Pada pokok kedua, menurut dia terkait dengan perubahan iklim dan pembangunan rendah emisi karbon.

Dian mengatakan, pada agenda perubahan iklim ini, Indonesia ingin agar Bali Roadmap yang dihasilkan pada sidang KTT perubahan iklim di Bali 2007.

"Kita ingin agar Bali Roadmap dapat diadaptasi," katanya.

Pokok pikiran ketiga, terkait dengan kohesi sosial dalam mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan. Keempat, Penyelarasan kebijakan dan pembangunan berkelanjutan.

Namun menurut dia, penyelarasan kebijakan ini bukan berarti harus sama dengan Eropa, negara Asia juga memiliki kekhususan dalam kebijakan.

"Jadi para delegasi sepakat untuk mengelaborasi koherensi kebijakan," katanya.

Sementara itu, ia mengatakan, hasil ASEM ini tidak mengikat, namun diharapkan dapat menjadi acuan dalam pertemuan KTT di Brusel pada Oktober 2010 nanti.

"Jadi tidak `legally binding`," katanya.(*)

(T.M041/R009)