Washington (ANTARA News) - Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama akan membuat ancaman ekstrimis domestik sebagai bagian penting dalam kebijakan keamanan AS, serta menghapus terminologi "War on Terror" buatan pemerintahan Bush, Kamis.
AFP melaporkan, strategi keamanan nasional baru tersebut akan menekankan superioritas militer AS yang dibarengi dengan diplomasi kuat serta semua fasilitas nasional, mulai dari dana bantuan pengembangan hingga intelijen, oleh pemerintah AS.
Dokumen baru tersebut akan disiarkan, dan pada saat ini AS masih memiliki komitmen besar terhadap kegiatan militer asing, seperti di Irak dan Afghanistan, dalam menghadapi ancaman teror baru dan keadaan dunia yang tidak stabil akibat krisis ekonomi terburuk sejak tahun 1930an.
Untuk kebijakan yang akan diteliti sebelum disahkan, Obama telah menyesuaikan kebijakannya dengan menawarkan dialog kepada lawan AS, seperti Iran dan Korea Utara, dan akan menjadi latar untuk upaya non-proliferasi nuklirnya.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Hillary Clinton akan menyampaikan pidato besar di Brookings Institution, memaparkan aspek diplomasi dan strategi militer, kemudian penasihat keamanan nasional James Jones menambahkan penjelasannya.
Untuk pertama kali, dokumen strategi pemerintah yang akan menjelaskan doktrin untuk kebijakan keamanan nasional, dan akan mempengaruhi pengeluaran dana pertahanan, akan memfokuskan perhatian pada ancaman ekstrimis radikal domestik AS.
Mengikuti derasnya serangan atau serangan yang hampir luput, seperti di markas militer Fort Hood tahun lalu dan di Times Square, New York, bulan ini, pemerintah AS terlihat menulis ulang matriks ancaman untuk keamanan nasional AS.
"Kami telah melihat banyak individu di Amerika yang terperanjat oleh kegiatan ekstrimis," kata Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Kontra-Teror dan Keamanan Domestik John Brennan.
"Strategi keamanan nasional presiden secara gamblang mengidentifikasi ancaman AS yang bisa disebabkan oleh individu radikal di dalam negeri," kata Brennan, Rabu, t di Center for Strategic and Internasional Studies.
"Kami telah melihat orang-orang, termasuk warga AS, menggunakan paspor AS, bepergian dengan mudah ke tempat-tempat teroris dan kembali ke Amerika, lalu kemudian rencana mematikannya dilumpuhkan oleh koordinasi inteligen dan penegak hukum," tambahnya.
Faisal Shahzad, tersangka utama kasus bom mobil gagal di Times Square (1/5), adalah warga AS naturalisasi, yang disinyalir menjadi radikal setelah bertahun-tahun di AS dan menerima pelatihan oleh ekstrimis Pakistan.
Mayor Nidal Hasan, seorang psikolog militer kelahiran Amerika yang menjadi tersangka tunggal dalam kasus pembunuhan 13 orang dalam markas militer Fort Hood tahun lalu, mendapatkan paham radikalisme selagi mengabdi dalam angkatan bersenjata.
Brennan mengatakan, tekanan Al-Qaeda yang tak pernah terjadi sebelumnya semenjak Obama menjadi presiden telah sangat terbatasi kemampuan kelompoknya untuk bergerak, menggalang dana, merekrut dan menjalankan serangan.
Tetapi ia mengatakan jaringan tersebut sekarang menaruh harapan kepada "tentara kaki" yang kurang terlatih, supaya bisa melewati perhatian keamanan AS karena mereka tidak memiliki ciri-ciri mendasar profil teroris.
"Ini merupakan babak baru untuk ancaman teroris, tidak ada koordinasi terbatas, serangan rumit bergaya 9/11," kata Brennan.
"Musuh mampu beradaptasi dan mengubah taktik mereka, jadi kita harus selalu beradaptasi dan merubah taktik kita," tambahnya.
Brennan juga hadir memberi penjelasan akan penolakan Gedung Putih terhadap terminologi "War on Terror" dalam mendefinisikan pemikiran terhadap problem.
"Strategi presiden sangatlah menjelaskan ancaman yang kita hadapi. Musuh kita bukan terorisme karena terorisme cuma bentuk taktik," ujar Brennan.
"Musuh kita bukan teror karena teror hanyalah kondisi pikiran dan, sebagaimana warga Amerika pada umumnya, kita menolak untuk hidup dalam ketakutan. Juga kita tidak mendeskripsikan musuh kita sebagai kaum jihad atau para Islamis, karena jihad adalah perlawanan suci, dalam Islam berarti mensucikan diri atau suatu komunitas," tambahnya.
Obama akan menghilangkan konsep "War on Terror" yang diusung oleh presiden pendahulunya, George W. Bush, setelah serangan 9/11 ke dalam kebijakan luar negeri AS, saat ia menyiarkan strategi tersebut, Kamis.
Brennan mengatakan Obama memiliki tujuan utama untuk mengacaukan, memecahkan dan menghabisi Al-Qaeda.
Dalam strategi nasional terakhir pada tahun 2006, mantan presiden George W. Bush membidik terorisme sebagai konsep secara khusus, menyatakan "perang terhadap teror belum selesai."
Brennan mengatakan bahwa visi Obama merupakan penggunaan seluruh kemampuan diplomasi, militer, pengembangan, aparat hukum, inteligen dan kekuatan keamanan domestik tersedia untuk seorang presiden AS.(KR-IFB/H-AK)
Obama Akan Terbitkan Doktrin Baru Keamanan AS
27 Mei 2010 18:04 WIB
Presiden AS, Barrack Obama. (ANTARA/REUTERS/Jim Young)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: