Minyak beragam, kasus COVID-19 dan "lockdown" redam berita vaksinasi
9 Desember 2020 06:47 WIB
Dokumentasi - Matahari tenggelam dibelakang pompa sumur minyak di luar kota Saint-Fiacre, dekat Paris, Prancis (7/9/2019). ANTARA/REUTERS/Christian Hartmann/aa.
New York (ANTARA) - Harga minyak sedikit beragam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ketika negara bagian AS yang paling padat penduduknya memperketat penguncian pandemi selama Natal serta kasus COVID-19 melonjak di Amerika Serikat dan Eropa, menangkal optimisme yang muncul atas kemajuan vaksin.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik tipis lima sen, menjadi menetap di 48,84 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 16 sen menjadi ditutup pada 45,60 dolar AS per barel.
Sehari sebelumnya, Senin (7/12/200), kontrak acuan minyak mentah Brent dan WTI merosot, masing-masing 0,9 persen dan 1,1 persen.
Baca juga: Minyak jatuh di tengah melonjaknya kasus virus dan ketegangan AS-China
"Ada bolak-balik antara kekhawatiran tentang penguncian selama beberapa minggu ke depan dan ekspektasi untuk vaksin datang lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun, yang memberi kami dukungan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.
Harga minyak terangkat setelah suntikan vaksin COVID-19 yang teruji penuh pertama di dunia diberikan kepada seorang nenek di Inggris, tetapi investor dengan cepat mengembalikan fokus mereka ke surutnya permintaan bahan bakar yang disebabkan oleh pandemi.
Peningkatan tajam kasus virus corona secara global telah menyebabkan serangkaian penguncian baru, termasuk tindakan ketat di California, Jerman, dan Korea Selatan.
Investor juga mengamati dengan cermat upaya anggota parlemen AS untuk menyetujui paket stimulus baru ekonomi yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pekerjaan dan permintaan energi, dan Jumat (11/12/2020) dipandang sebagai tenggat waktu yang mungkin untuk menghindari penutupan pemerintah.
Kelompok produsen minyak OPEC+ kemungkinan akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 4 Januari, setelah pekan lalu sepakat untuk menaikkan produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari (bpd) bulan depan.
Baca juga: Harga minyak naik, Brent dekati 50 dolar dipicu harapan stimulus AS
Produksi minyak mentah AS diperkirakan turun 910.000 barel per hari pada 2020 menjadi 11,34 juta barel per hari, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), penurunan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 860.000 barel per hari.
Kedua patokan minyak mentah berkurang dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak AS naik tajam, dengan stok minyak mentah melonjak 1,14 juta barel, bertentangan dengan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,4 juta barrel.
Data minyak mingguan resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Harga minyak menguat setelah Inggris setujui penggunaan vaksin
Baca juga: Minyak merosot setelah OPEC+ tunda keputusan pemotongan produksi
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik tipis lima sen, menjadi menetap di 48,84 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 16 sen menjadi ditutup pada 45,60 dolar AS per barel.
Sehari sebelumnya, Senin (7/12/200), kontrak acuan minyak mentah Brent dan WTI merosot, masing-masing 0,9 persen dan 1,1 persen.
Baca juga: Minyak jatuh di tengah melonjaknya kasus virus dan ketegangan AS-China
"Ada bolak-balik antara kekhawatiran tentang penguncian selama beberapa minggu ke depan dan ekspektasi untuk vaksin datang lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun, yang memberi kami dukungan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.
Harga minyak terangkat setelah suntikan vaksin COVID-19 yang teruji penuh pertama di dunia diberikan kepada seorang nenek di Inggris, tetapi investor dengan cepat mengembalikan fokus mereka ke surutnya permintaan bahan bakar yang disebabkan oleh pandemi.
Peningkatan tajam kasus virus corona secara global telah menyebabkan serangkaian penguncian baru, termasuk tindakan ketat di California, Jerman, dan Korea Selatan.
Investor juga mengamati dengan cermat upaya anggota parlemen AS untuk menyetujui paket stimulus baru ekonomi yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pekerjaan dan permintaan energi, dan Jumat (11/12/2020) dipandang sebagai tenggat waktu yang mungkin untuk menghindari penutupan pemerintah.
Kelompok produsen minyak OPEC+ kemungkinan akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 4 Januari, setelah pekan lalu sepakat untuk menaikkan produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari (bpd) bulan depan.
Baca juga: Harga minyak naik, Brent dekati 50 dolar dipicu harapan stimulus AS
Produksi minyak mentah AS diperkirakan turun 910.000 barel per hari pada 2020 menjadi 11,34 juta barel per hari, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), penurunan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 860.000 barel per hari.
Kedua patokan minyak mentah berkurang dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak AS naik tajam, dengan stok minyak mentah melonjak 1,14 juta barel, bertentangan dengan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,4 juta barrel.
Data minyak mingguan resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Harga minyak menguat setelah Inggris setujui penggunaan vaksin
Baca juga: Minyak merosot setelah OPEC+ tunda keputusan pemotongan produksi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: