Korut Tutup Perbatasan Jika Korsel Terus Berpropaganda
26 Mei 2010 12:04 WIB
Pemimpin Korut Kim Jong-il (kedua kanan) mengunjungi kota Hyesan di provinsi Ryangggang untuk memberikan penyuluhan lapangan pada gambar tak bertanggal yang dirilis kantor berita resmi Korut KCNA di Pyongyang, Rabu (19/5). ( ANTARA/REUTERS/KCNA/djo/10)
Seoul (ANTARA News) - Korea Utara Rabu memperingatkan, pihaknya akan menutup pintu penyeberangan Korea Selatan ke kawasan industri bersama jika Seoul terus maju dengan rencananya melanjutkan siaran-siaran propaganda lintas perbatasan.
Militer Korea Utara berikrar dalam satu pesannya kepada Korea Selatan bahwa pihaknya akan menutup semua lalu lintas perorangan dan kendaraan dari seksi barat kawasan perbatasan, jika siaran-siaran itu dilanjutkan, kata Kantor Berita Korea Utara, KCNA.
Situasi di semenanjung Korea semakin tegang setelah tim penyelidik multinasional Kamis lalu menyimpulkan, tenggelamnya kapal perang Korea Selatan Cheonan pada 26 Maret lalu adalah akibat torpedo kapal selam Korea Utara. Sebanyak 46 pelaut Korea Selatan tewas dalam peristiwa itu.
Seoul menyatakan akan melakukan tindakan balasan dengan akan membawa masalah itu kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), namun Pyongyang menyangkal pihaknya terlibat dalam kasus tenggelamnya korvet berbobot 1.200 ton itu.
Korea Utara bahkan mengumumkan untuk memutus semua hubungan dengan Korea Selatan, jika negaranya dijatuhi sanksi lagi oleh PBB.
Sementara itu pemerintah Amerika Serikat memandang "aneh" keputusan Pyongyang itu dalam pernyataannya Selasa.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, P.J.Crowley, mengatakan, keputusan Pyongyang itu justru tidak memenuhi kepentingan jangka panjang terbaik rakyat Korea Utara.
"Korea Selatan adalah salah satu ekonomi paling dinamis di dunia. Sebaliknya, Korea Utara merupakan sebuah ekonomi gagal, bahkan oleh pengakuannya sendiri," katanya.
Menurut Crowley, "Korea Utara selama ini tidak mampu memelihara dan menafkahi rakyatnya".(H-AK/A023)
Militer Korea Utara berikrar dalam satu pesannya kepada Korea Selatan bahwa pihaknya akan menutup semua lalu lintas perorangan dan kendaraan dari seksi barat kawasan perbatasan, jika siaran-siaran itu dilanjutkan, kata Kantor Berita Korea Utara, KCNA.
Situasi di semenanjung Korea semakin tegang setelah tim penyelidik multinasional Kamis lalu menyimpulkan, tenggelamnya kapal perang Korea Selatan Cheonan pada 26 Maret lalu adalah akibat torpedo kapal selam Korea Utara. Sebanyak 46 pelaut Korea Selatan tewas dalam peristiwa itu.
Seoul menyatakan akan melakukan tindakan balasan dengan akan membawa masalah itu kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), namun Pyongyang menyangkal pihaknya terlibat dalam kasus tenggelamnya korvet berbobot 1.200 ton itu.
Korea Utara bahkan mengumumkan untuk memutus semua hubungan dengan Korea Selatan, jika negaranya dijatuhi sanksi lagi oleh PBB.
Sementara itu pemerintah Amerika Serikat memandang "aneh" keputusan Pyongyang itu dalam pernyataannya Selasa.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, P.J.Crowley, mengatakan, keputusan Pyongyang itu justru tidak memenuhi kepentingan jangka panjang terbaik rakyat Korea Utara.
"Korea Selatan adalah salah satu ekonomi paling dinamis di dunia. Sebaliknya, Korea Utara merupakan sebuah ekonomi gagal, bahkan oleh pengakuannya sendiri," katanya.
Menurut Crowley, "Korea Utara selama ini tidak mampu memelihara dan menafkahi rakyatnya".(H-AK/A023)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: