Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjanji untuk berhati-hati dan sebisa mungkin tidak menerima bantuan dalam bentuk pinjaman untuk mengelola permasalahan hutan guna mengatasi perubahan iklim.

Dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, sebelum berangkat ke Oslo, Norwegia, untuk menghadiri konferensi internasional tentang kehutanan dan perubahan iklim, Presiden mengatakan sebisa mungkin Indonesia mengatasi masalah dengan memakai anggaran sendiri.

"Kami sangat hati-hati dan sebisa mungkin tidak menerima bantuan dalam bentuk `loan` untuk mengatasi masalah-masalah yang bisa memakai anggaran sendiri," tutur Presiden.

Namun, lanjut dia, apabila ada negara maju yang ingin berkontribusi membantu negara berkembang mengelola hutan tropisnya dalam bentuk hibah atau grant, maka Indonesia menyambut baik bantuan tersebut.

Presiden Yudhoyono berada di Oslo pada 26-27 Mei 2010 untuk menghadiri konferensi internasional tentang kehutanan dan perubahan iklim serta mengadakan pertemuan bilateral dengan PM Norwegia Jens Stoltenberg.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, Indonesia dan Norwegia akan menandatangani Leter of Intent (LOI) kerjasama di bidang kehutanan.

Norwegia akan memberikan bantuan dalam bentuk hibah kepada Indonesia untuk mengelola hutan tropisnya dalam rangka kerjasama antara negara maju dan negara berkembang untuk pelaksanaan mekanisme pengurangan emisi dari penggundulan dan perusakan hutan di negara berkembang (REDD+).

Presiden Yudhoyono mengatakan bantuan dari Norwegia tersebut cukup besar meski ia belum bisa menyebutkan persis jumlahnya.

"PM Norwegia ingin berkontribusi dalam pendanaan dan saya ingin katakan sesungguhnya manakala negara-negara maju ingin berkontribusi terhadap negara-negara berkembang yang memiliki hutan tropis itu sesungguhnya harus dilihat sebagai tanggung jawab bersama. Manakala ada kontribusi dari negara maju dan itu dalam bentuk hibah tentu kita sambut," ujarnya.

Menurut Presiden, bantuan hibah dari Norwegia itu merupakan dukungan nyata untuk membantu upaya Indonesia memotong emisi karbondioksida sampai 26 persen sebelum 2020.

Setelah melaksanakan pertemuan bilateral dengan PM Norwegia setibanya di Oslo pada Rabu 26 Mei 2010, Presiden Yudhoyono pada Kamis 27 Mei 2010 akan bertindak sebagai co chairman bersama dengan PM Norwegia pada konferensi internasional tentang kehutanan dan perubahan iklim.

Konferensi tersebut merupakan upaya terobosan untuk menggalang kerjasama antara negara maju dan negara berkembang untuk menghasilkan aksi lebih nyata sebelum pertemuan tingkat kepala negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi tentang Perubahan Iklim di Meksiko pada akhir 2010.

Konferensi di Oslo bertujuan menghasilkan kesepakatan rinci mengenai mekanisme REDD+ yang bisa segera diterapkan.

"Ini satu titik maju, negara maju akhirnya berhasil mengulurkan tangan dan negara berkembang juga menjalankan kewajibannya agar komitmen bersama cita-cita masyarakat dunia agar perubahan iklim dikelola baik dapat terwujud," demikian Presiden.(*)

(T.D013/R009)