Dolar melemah saat pasar memperkirakan stimulus AS; sterling jatuh
8 Desember 2020 06:59 WIB
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019). Nilai tukar (kurs) Dolar Amerika Serikat melemah terhadap Rupiah menjadi Rp13.920 per Dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp14.008 per Dolar Amerika Serikat. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj.
New York (ANTARA) - Dolar Amerika melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dalam perdagangan yang berombak, saat investor mempertimbangkan lonjakan kasus virus corona dan menjelang kemungkinan kesepakatan stimulus baru AS dan vaksin untuk melawan pandemi.
Sementara itu, sterling merosot setelah Inggris dan Uni Eropa mengatakan pada Senin (7/12/2020) kondisi-kondisi untuk kesepakatan perdagangan Brexit "tidak ada".
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada Senin (7/12/2020) mengatakan pembicaraan tentang putaran lain pendanaan stimulus untuk menangani pandemi virus corona yang mematikan bergerak ke arah yang benar, dan pemerintahan Presiden Donald Trump dan Kongres semakin mendekati kesepakatan.
Amerika Serikat telah mengalami peningkatan jumlah kasus COVID-19, dengan jumlah kematian sekitar 283.000.
Negosiasi tentang kesepakatan bantuan mengumpulkan momentum di Kongres AS pada Jumat (4/12/2020), ketika sekelompok anggota parlemen bipartisan bekerja untuk menyelesaikan rencana stimulus 908 miliar dolar AS.
"Pasar mengharapkan kesepakatan stimulus pada akhirnya tiba bersama dengan vaksin dan itu dipandang menempatkan pemulihan AS pada jalur yang lebih cepat dan lebih berkelanjutan," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington. “Itu negatif untuk dolar.”
Selain itu, Federal Reserve diperkirakan akan melakukan lebih banyak penyesuaian pada pelonggaran kuantitatif akhir bulan ini.
“Pertanyaan bagi sebagian besar adalah apakah ini baru permulaan dari penurunan dolar AS dan apakah temanya memiliki kekuatan lebih,” kata Mark McCormick, kepala strategi valas global di TD Securities di Toronto.
"Dolar AS kemungkinan akan meluncur sepanjang tahun 2021. Siklus dolar AS cenderung bertahan rata-rata selama enam tahun, dan yang ini baru saja dimulai," tambahnya.
Dolar turun 0,2 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 104,01 yen, merosot juga terhadap franc Swiss menjadi 0,8904 franc, juga melemah 0,2 persen.
Greenback juga jatuh terhadap mata uang komoditas seperti dolar Australia dan Selandia Baru serta krona Norwegia.
Indeks yang melacak dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, sedikit berubah pada 90,843, tidak jauh dari 90,471, terlemah sejak April 2018.
Pound Inggris keluar dari posisi terendah curam dan turun 0,4 persen pada 1,3379 dolar, jatuh 0,4 juga terhadap euro, yang terakhir diperdagangkan naik pada 90,52 pence.
Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dalam pernyataan bersama pada Senin bahwa menyegel kesepakatan perdagangan baru tidak mungkin sekarang "karena perbedaan yang tersisa pada masalah-masalah kritis."
Tetapi Johnson akan pergi ke Brussel dalam beberapa hari mendatang dalam upaya menjembatani perbedaan signifikan dalam pembicaraan Brexit mengenai bidang permainan yang setara, tata kelola, dan perikanan.
“Pasar masih bertaruh bahwa pada akhirnya, akan ada kesepakatan Brexit,” kata Manimbo dari Western Union.
Sementara itu, sterling merosot setelah Inggris dan Uni Eropa mengatakan pada Senin (7/12/2020) kondisi-kondisi untuk kesepakatan perdagangan Brexit "tidak ada".
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada Senin (7/12/2020) mengatakan pembicaraan tentang putaran lain pendanaan stimulus untuk menangani pandemi virus corona yang mematikan bergerak ke arah yang benar, dan pemerintahan Presiden Donald Trump dan Kongres semakin mendekati kesepakatan.
Amerika Serikat telah mengalami peningkatan jumlah kasus COVID-19, dengan jumlah kematian sekitar 283.000.
Negosiasi tentang kesepakatan bantuan mengumpulkan momentum di Kongres AS pada Jumat (4/12/2020), ketika sekelompok anggota parlemen bipartisan bekerja untuk menyelesaikan rencana stimulus 908 miliar dolar AS.
"Pasar mengharapkan kesepakatan stimulus pada akhirnya tiba bersama dengan vaksin dan itu dipandang menempatkan pemulihan AS pada jalur yang lebih cepat dan lebih berkelanjutan," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington. “Itu negatif untuk dolar.”
Selain itu, Federal Reserve diperkirakan akan melakukan lebih banyak penyesuaian pada pelonggaran kuantitatif akhir bulan ini.
“Pertanyaan bagi sebagian besar adalah apakah ini baru permulaan dari penurunan dolar AS dan apakah temanya memiliki kekuatan lebih,” kata Mark McCormick, kepala strategi valas global di TD Securities di Toronto.
"Dolar AS kemungkinan akan meluncur sepanjang tahun 2021. Siklus dolar AS cenderung bertahan rata-rata selama enam tahun, dan yang ini baru saja dimulai," tambahnya.
Dolar turun 0,2 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 104,01 yen, merosot juga terhadap franc Swiss menjadi 0,8904 franc, juga melemah 0,2 persen.
Greenback juga jatuh terhadap mata uang komoditas seperti dolar Australia dan Selandia Baru serta krona Norwegia.
Indeks yang melacak dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, sedikit berubah pada 90,843, tidak jauh dari 90,471, terlemah sejak April 2018.
Pound Inggris keluar dari posisi terendah curam dan turun 0,4 persen pada 1,3379 dolar, jatuh 0,4 juga terhadap euro, yang terakhir diperdagangkan naik pada 90,52 pence.
Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dalam pernyataan bersama pada Senin bahwa menyegel kesepakatan perdagangan baru tidak mungkin sekarang "karena perbedaan yang tersisa pada masalah-masalah kritis."
Tetapi Johnson akan pergi ke Brussel dalam beberapa hari mendatang dalam upaya menjembatani perbedaan signifikan dalam pembicaraan Brexit mengenai bidang permainan yang setara, tata kelola, dan perikanan.
“Pasar masih bertaruh bahwa pada akhirnya, akan ada kesepakatan Brexit,” kata Manimbo dari Western Union.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: