Semarang (ANTARA News) - Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang, Susilo Utomo, menilai, Partai Demokrat akan menjadi partai yang modern terlepas dari siapa yang terpilih sebagai ketua umum nantinya.

"Hal itu terlihat dari kekalahan Andi Mallarangeng dalam putaran pertama, padahal Andi semula calon ketua umum yang terkesan paling direstui Susilo Bambang Yudhoyono," katanya di Semarang, Minggu.

Akan tetapi, katanya, pidato SBY yang menyiratkan dirinya tidak mendukung salah satu calon dan merestui semuanya mengubah peta kekuatan politik para kandidat ketua umum pada Kongres Ke-2 Partai Demokrat di Bandung itu.

"Sebelumnya, peta kekuatan mungkin dipegang oleh kubu Andi, namun setelah pidato SBY itu akhirnya berubah karena peserta kongres menafsirkan bebas memilih (Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, atau Marzuki Alie, red.)," katanya.

Ia mengemukakan, Andi memang figur yang dekat dengan SBY namun secara ketokohan sebenarnya tidak asli berasal dari Partai Demokrat dan hal itu sudah disadari oleh para peserta kongres terutama berasal dari kalangan pengurus daerah.

"Kalau dilihat dari kedekatan dengan pengurus daerah, Anas justru memiliki basis massa yang sangat kuat terutama berasal dari akar rumput," kata Susilo yang juga pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undip tersebut.

Ia mengemukakan, pidato SBY sepertinya menjadi penyebab perubahan peta kekuatan politik, namun di satu sisi hal tersebut justru menguntungkan perkembangan Partai Demokrat pada masa mendatang.

"Partai Demokrat tidak lagi dibaca sebagai kekuasaan dari dinasti SBY, namun menjadi partai yang modern dan terbuka dengan langkah SBY yang memilih tidak berpihak pada salah satu kandidat," katanya.

Kemungkinan lain, katanya, SBY memang sudah mempercayai kemampuan ketiga calon itu memimpin Partai Demokrat pada periode mendatang sehingga siapa pun yang akan terpilih nantinya, SBY bersikap "nothing to lose".

Ia mengemukakan, kubu Andi akan terbagi kepada dua calon yakni Anas dan Marzuki saat putaran kedua pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat."Tergantung lobi dari kubu calon tersebut," katanya.

Ia mengatakan, kubu Andi di tingkat elit mungkin memilih berkoalisi dengan kubu Marzuki.

Namun, katanya, pengurus daerah dengan kekuatannya belum tentu sepakat dengan mereka dan justru menyeberang ke kubu Anas.

"Kesempatan inilah yang tidak boleh disia-siakan kubu Anas atau kubu Marzuki untuk melakukan lobi dan menggalang kekuatan untuk maju dalam putaran kedua pemilihan ketua umum," katanya.(KR-ZLS/M029)