Pelalawan, Riau (ANTARA News) - Organisasi pegiat lingkungan dunia Greenpeace bersama masyarakat kembali membangun kamp perlindungan iklim di hutan rawa gambut Semenanjung Kampar setelah sempat dibakar orang beberapa waktu lalu.

"Sejak kemarin masyarakat Teluk Meranti bersama Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalhari) dan Greenpeace telah memulai kembali pembangunan kamp pelindung iklim yang rusak terbakar," ujar Ketua Forum Masyarakat Penyelamatan Semenanjung Kampar Deli Putra di Pelalawan, Jumat.

Pada Maret 2010, kamp perlindungan iklim itu telah dibakar oleh orang tak dikenal dan hingga kini pihak kepolisian setempat belum mampu mengusut pelaku tindakan kriminal tersebut.

Deli mengatakan, kamp perlindungan iklim Greenpeace yang dibangun itu dinamai masyarakat setempat "Kamp Masyarakat untuk Perlindungan Semenanjung Kampar" sebagai simbol semangat masyarakat dalam melindungi hutan gambut yang kaya akan karbon.

Hutan yang menjadi bagian dari wilayah administrasi di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau terancam mengalami kehancuran setelah pemerintah menerbitkan izin pengelolaan hutan bagi kepentingan ekonomi perusahaan.

Padahal masyarakat asli di kawasan itu telah lama menggantungkan hidup pada hutan di lahan rawa gambut dan Sungai Kampar untuk menangkap dan bertani seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka.

"Kami tidak akan pernah menyerahkan hutan ini kepada perusahaan dan kami mendesak pemerintah mencabut segala izin penebangan hutan. Sebelum perusahaan datang, keadaan kami baik-baik saja dan warga tidak mati kelaparan," ujarnya.

Kamp perlindungan iklim dibangun Greenpece pada Oktober 2009 itu sempat menarik perhatian dunia dan menjadi tempat bermalam para aktivis lingkungan berbagai negara yang melakukan kampanye penyelamatan lingkungan dengan mengikatkan tubuh pada alat berat milik perusahaan.

Dengan dibangunnya kembali kamp tersebut bersama masyarakat, Greenpeace berharap pemerintah Indonesia segera melakukan aksi nyata dalam penyelamatkan hutan dan lahan gambut di Semenanjung Kampar yang memiliki luas sekitar 700 ribu hektar.

"Masyarakat internasional juga menunggu aksi nyata untuk mendukung komitmen yang telah dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menurunkan emisi Indonesia hingga 41 persen pada 2020," ujar juru kampanye hutan Greenpeace Asia Tenggara Zulfahmi.

Pemerintah Indonesia juga harus menyelamatkan Semenanjung Kampar sebagai area lahan gambut terbesar di Indonesia dan menjdi langkah awal program perlindungan gambut sehingga harus segera menerapkan moratorium perusakan hutan, kata dia.(*)
(T.M046/Z003/R009)