Bogor (ANTARA News) - Organisasi relawan kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" Indonesia mengirim relawan sebagai tim misi pelayaran ke Jalur Gaza, Palestina, dengan mengusung tema "Freedom Flotilla" atau "Viva Flotilla".

"Seorang relawan pertama, yaitu Nur Fitri Moeslim Taher telah berangkat ke Istanbul, Turki, pada Senin (17/5), dan pada Kamis (20/5) dinihari disusul empat relawan lainnya," kata Ketua Presidium `Medical Emergency Rescue Committee` (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad saat menghubungi ANTARA, Rabu malam.

Ia menjelaskan keempat relawan yang akan bergabung dengan Nur Fitri Moeslim Taher selaku ketua tim menuju Istanbul adalah dr Arief Rachman, Abdillah Onim, Nur Ikhwan Abadi, dan Muhammad Yasin.

Menurut dia, Nur Fitri yang telah berangkat paling awal bertugas mengkoordinir dan mengurus berbagai keperluan yang dibutuhkan.

Tim MER-C Indonesia, kata dia akan berlayar ke Gaza dengan kapal milik IHH (Insani Yardim Vakfi), salah satu organisasi hak asasi manusia (HAM) dan kemanusiaan terbesar di Turki yang bermarkas di Istanbul.

Di kapal yang berkapasitas 500 orang itu, menurut dia tim MER-C akan berkumpul dengan sejumlah tokoh, aktivis, dan relawan dari berbagai negara, lembaga, komunitas, agama, dan pihak lainnya.

Menurut dia, target misi pelayaran ini adalah menyalurkan bantuan yang dibutuhkan rakyat Gaza, menggalang dukungan dunia, serta memberikan tekanan kepada Israel untuk menghentikan blokade atas Gaza.

Bersama dengan kapal-kapal dari berbagai negara lainnya, rencananya pada Selasa (25/5) mendatang semua kapal akan beriringan memulai pelayaran dari Turki melalui Laut Tengah, dan mencoba menembus blokade Israel untuk menuju tanah Gaza.

"Semua peserta pelayaran dijadwalkan akan berada di Gaza selama dua hingga tiga hari," kata Sarbini, yang sebelumnya juga pernah ikut dalam misi kemanusiaan bersama unsur pemerintah dan rakyat Indonesia.

Menurut Sarbini, khusus bagi MER-C Indonesia, pelayaran kali ini diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk memulai pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, di mana sejak setahun lalu Pemerintah Palestina di Gaza sudah mewaqafkan sebidang tanah seluas satu hektare di Bayt Lahiya, Gaza Utara, untuk lokasi pembangunan Rumah Sakit Indonesia.

Ia menambahkan, pelayaran serupa sebenarnya sudah pernah dilakukan sebelumnya, dan sempat beberapa kali membuahkan hasil. Kapal-kapal tersebut akhirnya bisa merapat di Pelabuhan Gaza, dan menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Gaza.

Pelayaran tahun 2010, kata dia, merupakan pelayaran terbesar dari tahun-tahun sebelumnya, dimana lebih banyak negara dan peserta yang berpartisipasi.

"Semoga pelayaran kali ini juga bisa berhasil mencapai tanah Gaza dan menyalurkan bantuan bagi rakyat Gaza walaupun sempat diberitakan di sejumlah media bahwa Israel akan menghalangi bantuan untuk Palestina," katanya.

Sementara itu, Nur Fitri Moeslim Taher yang telah tiba di Istanbul melalui surat elektronik kepada ANTARA menjelaskan bahwa sebuah program di "TV Istanbul" mengadakan acara temu wicara kepada para partisipan "Freedom Flotilla", baik lokal maupun internasional, tentang berbagai hal menyangkut misi tersebut.

"Saya bertemu dengan Jerry, seorang `muallaf` Australia dan suaminya, juga kakak iparnya yang bernama Maryam. Mereka akan ikut di kapal IHH untuk `flotilla` ini. Saya juga berkenalan dengan Laura dan Manuel, partisipan dari organisasi Spanyol yang berfokus di isu Palestina dan Irak," katanya.(*)

(T.A035/R009)