Densus 88 tangkap 32 teroris MIT sepanjang 2020
3 Desember 2020 14:35 WIB
Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol. Ibnu Suhendra, saat memberi keterangan terkait jaringan terorisme kepada wartawan di Palu, Kamis (3/12/2020). (ANTARA/Sulapto Sali).
Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Detasemen Khusus 88 Antiteror atau Densus 88 Polri menangkap sebanyak 32 orang terduga terorisme jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dari wilayah Indonesia sepanjang tahun 2020.
"Ini yang terkait dengan simpatisan-simpatisan di luar Sulawesi Tengah, Densus 88 melakukan beberapa penangkapan di Jakarta, Sumatera dan beberapa tempat. Satu tahun ini 32 tersangka teroris yang terkait dengan MIT," kata Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol. Ibnu Suhendra, usai rapat koordinasi membahas tindaklanjut evaluasi program sinergitas antara kelembagaan dalam penanggulangan terorisme di Sulawesi Tengah, di kota Palu, Kamis.
Ia mengatakan 32 terduga terorisme jaringan MIT yang ditangkap tersebut, mereka yang berperan mendukung dana maupun orang-orang yang akan masuk ke wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, namun berhasil digagalkan oleh Densus 88 Polri.
"Saat ini kekuatan MIT sisa 11 orang dari Santoso, dulu 48 sekarang 11 orang, dan kita butuh dukungan masyarakat, seluruh komponen aparat penegak hukum TNI-Polri untuk bahu membahu segera mengungkap dan menangkap Ali Kalora dan kelompoknya," tutur-nya.
Baca juga: Pascaserangan teroris, warga Desa Lembantongoa diminta tetap waspada
Baca juga: Korban selamat serangan teroris Sigi tidak mau kembali
Ia mengatakan salah satu kendala membasmi para terduga teroris tersebut adalah sulitnya medan tempat mereka bersembunyi.
“Yang sulit seperti kita ketahui medan di Poso dan sekitarnya sangat berat, ada pegunungan perbukitan seperti di taman Jeka, gunung biru yang membutuhkan pasukan yang luar biasa fisik-nya, sementara DPO mereka kuasai daerah-daerah tersebut,” ucap di menjelaskan.
"Mereka juga ada yang memiliki keahlian merakit bom ada yang pernah mengikuti pelatihan penggunaan senjata di camp dan saat ini kelompok ini masih memiliki sejumlah senjata api, seperti senjata M16 dan senjata pendek rakitan (pistol), dan beberapa bom rakitan dan amunisi," papar-nya.
'Kita temukan senjata-senjata ini dari Filipina Selatan dari kelompok-kelompok yang mendukung kegiatan mereka, dan mereka terus melakukan upaya koordinasi dengan kelompok jaringan teroris di Filipina Selatan. Ini yang harus kita cegah jangan sampai barang-barang senjata masuk ke wilayah kita,” kata lulusan Akpol 1993 ini.
Ia menegaskan saat ini TNI-Polri berupaya mengejar dan menangkap terduga teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur Poso pimpinan Ali Kalora yang diyakini keberadaan-nya masih di Sulawesi Tengah, pascamelakukan kekerasan terhadap warga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (27/11) lalu.
Baca juga: Kapolri instruksi Kapolda Sulteng berkantor di Poso buru kelompok MIT
"Ini yang terkait dengan simpatisan-simpatisan di luar Sulawesi Tengah, Densus 88 melakukan beberapa penangkapan di Jakarta, Sumatera dan beberapa tempat. Satu tahun ini 32 tersangka teroris yang terkait dengan MIT," kata Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol. Ibnu Suhendra, usai rapat koordinasi membahas tindaklanjut evaluasi program sinergitas antara kelembagaan dalam penanggulangan terorisme di Sulawesi Tengah, di kota Palu, Kamis.
Ia mengatakan 32 terduga terorisme jaringan MIT yang ditangkap tersebut, mereka yang berperan mendukung dana maupun orang-orang yang akan masuk ke wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, namun berhasil digagalkan oleh Densus 88 Polri.
"Saat ini kekuatan MIT sisa 11 orang dari Santoso, dulu 48 sekarang 11 orang, dan kita butuh dukungan masyarakat, seluruh komponen aparat penegak hukum TNI-Polri untuk bahu membahu segera mengungkap dan menangkap Ali Kalora dan kelompoknya," tutur-nya.
Baca juga: Pascaserangan teroris, warga Desa Lembantongoa diminta tetap waspada
Baca juga: Korban selamat serangan teroris Sigi tidak mau kembali
Ia mengatakan salah satu kendala membasmi para terduga teroris tersebut adalah sulitnya medan tempat mereka bersembunyi.
“Yang sulit seperti kita ketahui medan di Poso dan sekitarnya sangat berat, ada pegunungan perbukitan seperti di taman Jeka, gunung biru yang membutuhkan pasukan yang luar biasa fisik-nya, sementara DPO mereka kuasai daerah-daerah tersebut,” ucap di menjelaskan.
"Mereka juga ada yang memiliki keahlian merakit bom ada yang pernah mengikuti pelatihan penggunaan senjata di camp dan saat ini kelompok ini masih memiliki sejumlah senjata api, seperti senjata M16 dan senjata pendek rakitan (pistol), dan beberapa bom rakitan dan amunisi," papar-nya.
'Kita temukan senjata-senjata ini dari Filipina Selatan dari kelompok-kelompok yang mendukung kegiatan mereka, dan mereka terus melakukan upaya koordinasi dengan kelompok jaringan teroris di Filipina Selatan. Ini yang harus kita cegah jangan sampai barang-barang senjata masuk ke wilayah kita,” kata lulusan Akpol 1993 ini.
Ia menegaskan saat ini TNI-Polri berupaya mengejar dan menangkap terduga teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur Poso pimpinan Ali Kalora yang diyakini keberadaan-nya masih di Sulawesi Tengah, pascamelakukan kekerasan terhadap warga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (27/11) lalu.
Baca juga: Kapolri instruksi Kapolda Sulteng berkantor di Poso buru kelompok MIT
Pewarta: Rangga Musabar/Sulapto Sali
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020
Tags: