Warga yang bertahan di zona merah Gunung Ili Lewokotok dievakuasi lagi
3 Desember 2020 14:30 WIB
Aparat gabungan TNI-Basarnas mengevakuasi seorang lansia dari desa Jontona yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Gunung Ili Lewotolok di kecamatan Ile Ape Timur, NTT Kamis (3/12/2020). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan sampai dengan Kamis (3/12) jumlah pengungsi yang sudah dievakuasi mencapai 7.968 jiwa, sementara yang belum dievakuasi mencapai 13.000 jiwa dengan alasan ingin tetap bertahan. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.
Lewoleba, NTT (ANTARA) - Tim gabungan evakuasi erupsi Gunung Ili Lewotolok kembali mengevakuasi warga di delapan desa di Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masuk dalam zona merah.
Koordinator Tim Evakuasi Said Kopong kepada wartawan di sela-sela evakuasi di Desa Jontona, Kamis mengatakan bahwa evakuasi itu dilakukan karena masih banyak warga yang belum mau dievakuasi dari kawasan zona merah itu.
"Pagi tadi kami kembali melakukan evakuasi warga di delapan desa. Seharusnya ada sembilan tetapi satu desa warganya sudah dievakuasi," katanya.
Ia mengatakan sudah dua desa dari delapan desa itu yang warganya sudah dievakuasi. Jumlah warga yang sudah dievakuasi dari dua desa itu mencapai 22 orang dan langsung dibawa ke posko pengungsian
Dari 22 orang itu empat orang diantaranya yang lanjut usia, kemudian ada juga yang anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga.
"Kita akan sisir delapan desa ini. Total masih ada 151 warga di kecamatan Ile Ape Timur yang belum dievakuasi karena," katanya.
Ia mengatakan bahwa warga yang menolak untuk dievakuasi akan diberikan pengertian agar mau dievakuasi.
Dalam operasi itu tim gabungan melibatkan TNI, Polri, Basarnas dari Kupang dan Maumere serta bantuan dan Pemda Lembata.
Seorang warga, Theresia Ose, warga Desa Todonara mengaku bahwa dirinya sebenarnya menolak untuk dievakuasi. Tetapi karena sudah dipaksa terpaksa ia ikut saja bersama dengan dua orang anaknya.
"Bagi kami suara gemuruh-gemuruh yang sering terjadi saat ini merupakan hal biasa. Kami bingung bagaimana dengan ternak-ternak kami siapa yang akan memberikan makan," tambahnya.
Sementara itu berdasarkan pantauan ANTARA suasana di desa tersebut terpantau sepi dikarenakan sudah banyak warga di desa itu yang sudah meninggalkan rumah. Lampu di halaman rumah juga masih terpantau menyala.
Baca juga: Masker kebutuhan mendesak pengungsi erupsi Gunung Ili Lewotolok
Baca juga: BNPB salurkan Rp1 miliar untuk tanggap darurat bencana di Lembata
Baca juga: Pemkab Lembata koordinasikan bantuan pengungsi erupsi Ili Lewotolok
Baca juga: Cegah COVID-19, PMI disinfeksi pengungsian Gunung Ili
Koordinator Tim Evakuasi Said Kopong kepada wartawan di sela-sela evakuasi di Desa Jontona, Kamis mengatakan bahwa evakuasi itu dilakukan karena masih banyak warga yang belum mau dievakuasi dari kawasan zona merah itu.
"Pagi tadi kami kembali melakukan evakuasi warga di delapan desa. Seharusnya ada sembilan tetapi satu desa warganya sudah dievakuasi," katanya.
Ia mengatakan sudah dua desa dari delapan desa itu yang warganya sudah dievakuasi. Jumlah warga yang sudah dievakuasi dari dua desa itu mencapai 22 orang dan langsung dibawa ke posko pengungsian
Dari 22 orang itu empat orang diantaranya yang lanjut usia, kemudian ada juga yang anak-anak dan ibu-ibu rumah tangga.
"Kita akan sisir delapan desa ini. Total masih ada 151 warga di kecamatan Ile Ape Timur yang belum dievakuasi karena," katanya.
Ia mengatakan bahwa warga yang menolak untuk dievakuasi akan diberikan pengertian agar mau dievakuasi.
Dalam operasi itu tim gabungan melibatkan TNI, Polri, Basarnas dari Kupang dan Maumere serta bantuan dan Pemda Lembata.
Seorang warga, Theresia Ose, warga Desa Todonara mengaku bahwa dirinya sebenarnya menolak untuk dievakuasi. Tetapi karena sudah dipaksa terpaksa ia ikut saja bersama dengan dua orang anaknya.
"Bagi kami suara gemuruh-gemuruh yang sering terjadi saat ini merupakan hal biasa. Kami bingung bagaimana dengan ternak-ternak kami siapa yang akan memberikan makan," tambahnya.
Sementara itu berdasarkan pantauan ANTARA suasana di desa tersebut terpantau sepi dikarenakan sudah banyak warga di desa itu yang sudah meninggalkan rumah. Lampu di halaman rumah juga masih terpantau menyala.
Baca juga: Masker kebutuhan mendesak pengungsi erupsi Gunung Ili Lewotolok
Baca juga: BNPB salurkan Rp1 miliar untuk tanggap darurat bencana di Lembata
Baca juga: Pemkab Lembata koordinasikan bantuan pengungsi erupsi Ili Lewotolok
Baca juga: Cegah COVID-19, PMI disinfeksi pengungsian Gunung Ili
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: