Gubernur BI paparkan strategi agar ekonomi RI lebih mantap pada 2021
3 Desember 2020 13:48 WIB
Tangkapan layar - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ketika membuka Karya Kreatif Indonesia 2020 secara virtual di Jakarta, Jumat (28/8/2020). ANTARA/Dewa Wiguna/aa.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan sejumlah strategi yang dapat mendukung pemulihan ekonomi Tanah Air lebih mantap pada 2021.
“Ada satu kondisi prasyarat yaitu vaksinasi dan disiplin protokol COVID-19,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020 secara virtual di Jakarta, Kamis.
Menurut Perry Warjiyo, vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan sangat penting agar kesehatan tetap terjaga, mobilitas manusia kembali normal, aktivitas ekonomi dan dunia usaha membaik, serta dampak ke sektor keuangan dan moneter dapat dicegah.
“Kami menyambut baik pemerintah yang telah memesan dan akan memulai vaksinasi dalam waktu dekat. BI ikut mendanai vaksin tersebut melalui burden sharing dalam APBN 2020,” ucap Perry Warjiyo.
Baca juga: Perekonomian RI mulai membaik, Gubernur BI: Masa kritis sudah berlalu
Selain prasyarat utama itu, ia juga menjelaskan ada lima kebijakan yang dapat memperkuat pemulihan ekonomi nasional, yakni pertama membuka bertahap sektor produktif dan aman.
Perry Warjiyo menyebut pembukaan bertahap khususnya pada sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor terbesar di antaranya makanan minuman, kimia farmasi dan obat-obatan, kehutanan, hortikultura, perkebunan, serta pertambangan bijih logam.
Selain itu, lanjut dia, ada 15 sektor lain yang juga menyumbang PDB dan ekspor yang besar atau hampir 40 persen PDB nasional.
Baca juga: Gubernur BI: Suku bunga acuan akan tetap rendah
“Vaksinasi dapat diprioritaskan pada sektor ini dan disiplin COVID-19 tetap ditegakkan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Kebijakan kedua, lanjut dia, terkait percepatan realisasi stimulus fiskal, yang dalam APBN 2021 pemerintah memperbesar defisit fiskal menjadi 5,7 persen dengan alokasi anggaran hampir Rp1.700 triliun untuk kebijakan strategis akselerasi pemulihan dan transformasi ekonomi.
Kebijakan ketiga terkait kredit perbankan karena BI memproyeksi pertumbuhan kredit mencapai sekitar sembilan persen pada 2021.
Perry Warjiyo juga menjelaskan kebijakan keempat yakni stimulus moneter dan makroprudensial yang akomodatif akan dilanjutkan 2021 untuk mendukung pemulihan
ekonomi.
Baca juga: Gubernur BI: Suku bunga acuan akan tetap rendah
BI sebelumnya sudah menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen dan diproyeksi akan tetap rendah hingga batas waktu ada tanda tekanan inflasi meningkat.
Bank sentral ini juga sudah menyuntikkan likuiditas kepada perbankan mencapai Rp682 triliun atau 4,4 persen dari PDB.
Kebijakan kelima yakni percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan melalui implementasi blue print sistem pembayaran Indonesia 2025 di antaranya melalui kampanye QRIS, kemudahan transaksi perbankan, hingga penyaluran elektronifikasi penyaluran bantuan sosial.
Baca juga: BI sebut 14 sektor usaha butuh stimulus pada 2021
“Ada satu kondisi prasyarat yaitu vaksinasi dan disiplin protokol COVID-19,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020 secara virtual di Jakarta, Kamis.
Menurut Perry Warjiyo, vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan sangat penting agar kesehatan tetap terjaga, mobilitas manusia kembali normal, aktivitas ekonomi dan dunia usaha membaik, serta dampak ke sektor keuangan dan moneter dapat dicegah.
“Kami menyambut baik pemerintah yang telah memesan dan akan memulai vaksinasi dalam waktu dekat. BI ikut mendanai vaksin tersebut melalui burden sharing dalam APBN 2020,” ucap Perry Warjiyo.
Baca juga: Perekonomian RI mulai membaik, Gubernur BI: Masa kritis sudah berlalu
Selain prasyarat utama itu, ia juga menjelaskan ada lima kebijakan yang dapat memperkuat pemulihan ekonomi nasional, yakni pertama membuka bertahap sektor produktif dan aman.
Perry Warjiyo menyebut pembukaan bertahap khususnya pada sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan ekspor terbesar di antaranya makanan minuman, kimia farmasi dan obat-obatan, kehutanan, hortikultura, perkebunan, serta pertambangan bijih logam.
Selain itu, lanjut dia, ada 15 sektor lain yang juga menyumbang PDB dan ekspor yang besar atau hampir 40 persen PDB nasional.
Baca juga: Gubernur BI: Suku bunga acuan akan tetap rendah
“Vaksinasi dapat diprioritaskan pada sektor ini dan disiplin COVID-19 tetap ditegakkan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Kebijakan kedua, lanjut dia, terkait percepatan realisasi stimulus fiskal, yang dalam APBN 2021 pemerintah memperbesar defisit fiskal menjadi 5,7 persen dengan alokasi anggaran hampir Rp1.700 triliun untuk kebijakan strategis akselerasi pemulihan dan transformasi ekonomi.
Kebijakan ketiga terkait kredit perbankan karena BI memproyeksi pertumbuhan kredit mencapai sekitar sembilan persen pada 2021.
Perry Warjiyo juga menjelaskan kebijakan keempat yakni stimulus moneter dan makroprudensial yang akomodatif akan dilanjutkan 2021 untuk mendukung pemulihan
ekonomi.
Baca juga: Gubernur BI: Suku bunga acuan akan tetap rendah
BI sebelumnya sudah menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen dan diproyeksi akan tetap rendah hingga batas waktu ada tanda tekanan inflasi meningkat.
Bank sentral ini juga sudah menyuntikkan likuiditas kepada perbankan mencapai Rp682 triliun atau 4,4 persen dari PDB.
Kebijakan kelima yakni percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan melalui implementasi blue print sistem pembayaran Indonesia 2025 di antaranya melalui kampanye QRIS, kemudahan transaksi perbankan, hingga penyaluran elektronifikasi penyaluran bantuan sosial.
Baca juga: BI sebut 14 sektor usaha butuh stimulus pada 2021
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: