Menko Airlangga: Pemulihan ekonomi semakin nyata
2 Desember 2020 22:58 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyatakan pemulihan ekonomi terlihat semakin nyata dengan didukung oleh kedua sisi yang mengalami perbaikan yaitu produksi dan permintaan.Rabu (2/12/2020). ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemulihan ekonomi terlihat semakin nyata dengan didukung oleh kedua sisi yang mengalami perbaikan yaitu produksi dan permintaan.
“Sudah terjadi pada sisi permintaan (perbaikan inflasi) dan sisi produksi (kenaikan indeks PMI) di mana program dan kebijakan PC-PEN sejak awal diarahkan untuk pemulihan ekonomi dari kedua sisi,” katanya di Jakarta, Rabu.
Setelah rilis inflasi bulan November 2020 yang menunjukkan perbaikan pada sisi permintaan, indikator Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur menurut laporan IHS Markit menunjukkan kondisi yang baik dari sisi produksi.
PMI manufaktur Indonesia menurut laporan IHS Markit periode November 2020 berada di level 50,6 atau naik hampir 3 poin dari periode sebelumnya pada Oktober yakni di level 47,8.
“Indikator PMI yang telah melampaui batas 50 ini menunjukkan korporasi dan industri Indonesia beranjak pada tren ekspansif meskipun kenaikannya masih terbatas,” ujar Airlangga.
Kemudian operasional perusahaan rata-rata telah menunjukkan sinyal positif karena adanya pemulihan dari sisi permintaan.
Kontribusi industri manufaktur pada pertumbuhan ekonomi mencapai 19,86 persen terhadap PDB kuartal III sehingga perbaikan yang terjadi pada sektor ini signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya menurut catatan utilitas industri Kementerian Perindustrian periode April sampai Oktober 2020, rata-rata utilisasi total sebesar 56,5 persen mengalami kenaikan dari periode April sampai September 2020 yakni 55,3 persen.
Peningkatan utilisasi terjadi pada beberapa sektor industri antara lain percetakan 40 persen, bahan kimia 68 persen, logam dasar 38 persen, komputer dan barang elektronik 55 persen, alat angkutan lainnya 45,2 persen serta furnitur 47 persen.
Laporan IHS Markit juga memberikan catatan bahwa ekspansi pabrikan masih terbatas yaitu investasi yang terjadi melanjutkan kapasitas produksi dan pesanan periode sebelumnya sehingga upaya untuk mendorong permintaan domestik sangat penting.
“Untuk menjaga momentum perbaikan indeks PMI melalui ekspansi kapasitas produksi kita memerlukan dorongan untuk meningkatkan permintaan domestik,” katanya.
Hal yang perlu mendapat perhatian untuk perbaikan pada sisi produksi adalah kemudahan untuk kegiatan perekrutan pekerja yang selama sembilan bulan terakhir menghadapi peningkatan PHK akibat pandemi.
Rantai pasok untuk ketersediaan bahan baku selama masa pandemi mengalami hambatan terutama kurangnya tenaga distributor yang menyebabkan penundaan pengiriman.
Airlangga menambahkan kenaikan biaya input pada November 2020 menyebabkan harga bahan baku meningkat dan depresiasi rupiah yang mendorong inflasi menjadi lebih tinggi yang menyebabkan beban biaya kepada konsumen.
“Mayoritas korporasi mengharapkan output produksi semakin meningkat sejalan dengan membaiknya sisi permintaan,” tegasnya.
Demikian pula dengan catatan dari tren impor bahan baku dan bahan penolong yang hingga Oktober terus mengalami penurunan meskipun pada November 2020 mulai
Airlangga mengatakan kondisi yang semakin baik dan upaya menjaga momentum tren ekspansif dari sisi permintaan maupun produksi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal IV.
“Untuk melanjutkan tren positif pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV. Kita perlu menjaga momentum perbaikan kegiatan ekonomi baik permintaan maupun produksi,” ujarnya.
Baca juga: Chatib Basri sebut ekonomi Indonesia menuju perbaikan
Baca juga: Gita Wirjawan: Pulihnya daya beli tergantung kecepatan vaksinasi COVID
Baca juga: Tito minta pemda fokus pemulihan ekonomi dalam RAPBD 2021
“Sudah terjadi pada sisi permintaan (perbaikan inflasi) dan sisi produksi (kenaikan indeks PMI) di mana program dan kebijakan PC-PEN sejak awal diarahkan untuk pemulihan ekonomi dari kedua sisi,” katanya di Jakarta, Rabu.
Setelah rilis inflasi bulan November 2020 yang menunjukkan perbaikan pada sisi permintaan, indikator Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur menurut laporan IHS Markit menunjukkan kondisi yang baik dari sisi produksi.
PMI manufaktur Indonesia menurut laporan IHS Markit periode November 2020 berada di level 50,6 atau naik hampir 3 poin dari periode sebelumnya pada Oktober yakni di level 47,8.
“Indikator PMI yang telah melampaui batas 50 ini menunjukkan korporasi dan industri Indonesia beranjak pada tren ekspansif meskipun kenaikannya masih terbatas,” ujar Airlangga.
Kemudian operasional perusahaan rata-rata telah menunjukkan sinyal positif karena adanya pemulihan dari sisi permintaan.
Kontribusi industri manufaktur pada pertumbuhan ekonomi mencapai 19,86 persen terhadap PDB kuartal III sehingga perbaikan yang terjadi pada sektor ini signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya menurut catatan utilitas industri Kementerian Perindustrian periode April sampai Oktober 2020, rata-rata utilisasi total sebesar 56,5 persen mengalami kenaikan dari periode April sampai September 2020 yakni 55,3 persen.
Peningkatan utilisasi terjadi pada beberapa sektor industri antara lain percetakan 40 persen, bahan kimia 68 persen, logam dasar 38 persen, komputer dan barang elektronik 55 persen, alat angkutan lainnya 45,2 persen serta furnitur 47 persen.
Laporan IHS Markit juga memberikan catatan bahwa ekspansi pabrikan masih terbatas yaitu investasi yang terjadi melanjutkan kapasitas produksi dan pesanan periode sebelumnya sehingga upaya untuk mendorong permintaan domestik sangat penting.
“Untuk menjaga momentum perbaikan indeks PMI melalui ekspansi kapasitas produksi kita memerlukan dorongan untuk meningkatkan permintaan domestik,” katanya.
Hal yang perlu mendapat perhatian untuk perbaikan pada sisi produksi adalah kemudahan untuk kegiatan perekrutan pekerja yang selama sembilan bulan terakhir menghadapi peningkatan PHK akibat pandemi.
Rantai pasok untuk ketersediaan bahan baku selama masa pandemi mengalami hambatan terutama kurangnya tenaga distributor yang menyebabkan penundaan pengiriman.
Airlangga menambahkan kenaikan biaya input pada November 2020 menyebabkan harga bahan baku meningkat dan depresiasi rupiah yang mendorong inflasi menjadi lebih tinggi yang menyebabkan beban biaya kepada konsumen.
“Mayoritas korporasi mengharapkan output produksi semakin meningkat sejalan dengan membaiknya sisi permintaan,” tegasnya.
Demikian pula dengan catatan dari tren impor bahan baku dan bahan penolong yang hingga Oktober terus mengalami penurunan meskipun pada November 2020 mulai
Airlangga mengatakan kondisi yang semakin baik dan upaya menjaga momentum tren ekspansif dari sisi permintaan maupun produksi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal IV.
“Untuk melanjutkan tren positif pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV. Kita perlu menjaga momentum perbaikan kegiatan ekonomi baik permintaan maupun produksi,” ujarnya.
Baca juga: Chatib Basri sebut ekonomi Indonesia menuju perbaikan
Baca juga: Gita Wirjawan: Pulihnya daya beli tergantung kecepatan vaksinasi COVID
Baca juga: Tito minta pemda fokus pemulihan ekonomi dalam RAPBD 2021
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: