Indonesia-Malaysia Sepakat Hidupkan Kembali Komisi Bersama
18 Mei 2010 22:25 WIB
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berjabat tangan dengan PM Malaysia Najib Tun Razak sebelum melakukan pertemuan konsultasi tahunan ke-7 di Putrajaya, Selasa, (18/5). (ANTARA/Adi Lazuardi)
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menghidupkan kembali komisi bersama atau Joint Commission yang pernah dijalankan oleh kedua negara namun terhenti pada 2004 karena dialihkan kepada mekanisme yang lain.
Dalam konferensi pers menjelaskan hasil kunjungan kerja ke Malaysia di Hotel JW Marriott Kuala Lumpur, Selasa malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia dan Malaysia sepakat bahwa kerja sama yang telah dan akan dilakukan oleh kedua negara.
Kerja sama itu harus ditempatkan dalam mekanisme yang terukur sehingga dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan setiap saat, katanya.
"Kami sepakat untuk kembali mengaktifkan `joint commission` itu dan sekaligus juga melakukan revitalisasi dan aktivasi dan kelompok-kelompok kerja," ujar Presiden.
Presiden menyebutkan, setidaknya terdapat tiga wilayah kerja sama dalam komisi bersama itu, yaitu bidang ekonomi meliputi investasi, perdagangan, dan pariwisata, bidang ketenagakerjaan dan bidang pertahanan keamanan atau kerja sama dalam penanggulangan ancaman terorisme.
Indonesia dan Malaysia, menurut Presiden, telah sepakat agar komisi bersama itu dalam waktu dekat segera bertemu di Jakarta guna mengidentifikasi kerja sama apa saja yang telah terhenti dan perlu didorong aktif kembali serta memperbaiki semua bidang kerja sama yang memerlukan evaluasi.
Seperti ketika melakukan pertemuan bilateral dengan PM Singapura di Botanic Garden pada Senin 17 Mei 2010, pembicaraan bilateral antara Presiden Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Mohd Najib Tun Abdul Razak di Kantor PM Malaysia kawasan Putrajaya dilakukan dalam suasana yang jauh dari acara bersifat protokoler.
Suasana tersebut sengaja dipilih untuk menghindari acara keprotokoleran yang tidak perlu sehingga pembicaraan dapat dilakukan secara terfokus dan efektif.
Dalam pertemuan antara kedua pemimpin, juga dibicarakan masalah pemberian pendidikan kepada anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tersebar cukup banyak di wilayah Malaysia.
Indonesia meminta kepada Malaysia agar dapat melakukan pendekatan kepada perusahaan tempat para TKI bekerja agar dapat menyediakan ruang kelas sehingga proses pengajaran kepada anak-anak TKI tersebut dapat terlaksana.
Menurut Presiden, Indonesia akan mengirim guru khusus dengan imbalan sama dengan guru daerah terpencil untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak TKI di Malaysia.
Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga menyepakati agar kontrak kerja untuk para TKI harus diberikan dalam Bahasa Indonesia agar para TKI dapat memahami isi kontrak tersebut.
Dibicarakan juga masalah perpanjangan visa selama dua tahun bagi pelajar Malaysia di Indonesia dan sebaliknya agar dipermudah. Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga sepakat saling mengirimkan pelajar untuk mengenyam pendidikan di Universitas Pertahanan yang ada di negara masing-masing.
Dalam pertemuan bilateral antara Presiden Yudhoyono dan PM Malaysia juga dibicarakan tentang kerja sama di bidang teknologi pengadaan barang sehingga proses pengadaan barang dapat berlangsung cepat, tepat, dan tanpa peluang penyelewengan.(*)
(T.D013/Z002/R009)
Dalam konferensi pers menjelaskan hasil kunjungan kerja ke Malaysia di Hotel JW Marriott Kuala Lumpur, Selasa malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia dan Malaysia sepakat bahwa kerja sama yang telah dan akan dilakukan oleh kedua negara.
Kerja sama itu harus ditempatkan dalam mekanisme yang terukur sehingga dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan setiap saat, katanya.
"Kami sepakat untuk kembali mengaktifkan `joint commission` itu dan sekaligus juga melakukan revitalisasi dan aktivasi dan kelompok-kelompok kerja," ujar Presiden.
Presiden menyebutkan, setidaknya terdapat tiga wilayah kerja sama dalam komisi bersama itu, yaitu bidang ekonomi meliputi investasi, perdagangan, dan pariwisata, bidang ketenagakerjaan dan bidang pertahanan keamanan atau kerja sama dalam penanggulangan ancaman terorisme.
Indonesia dan Malaysia, menurut Presiden, telah sepakat agar komisi bersama itu dalam waktu dekat segera bertemu di Jakarta guna mengidentifikasi kerja sama apa saja yang telah terhenti dan perlu didorong aktif kembali serta memperbaiki semua bidang kerja sama yang memerlukan evaluasi.
Seperti ketika melakukan pertemuan bilateral dengan PM Singapura di Botanic Garden pada Senin 17 Mei 2010, pembicaraan bilateral antara Presiden Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Mohd Najib Tun Abdul Razak di Kantor PM Malaysia kawasan Putrajaya dilakukan dalam suasana yang jauh dari acara bersifat protokoler.
Suasana tersebut sengaja dipilih untuk menghindari acara keprotokoleran yang tidak perlu sehingga pembicaraan dapat dilakukan secara terfokus dan efektif.
Dalam pertemuan antara kedua pemimpin, juga dibicarakan masalah pemberian pendidikan kepada anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tersebar cukup banyak di wilayah Malaysia.
Indonesia meminta kepada Malaysia agar dapat melakukan pendekatan kepada perusahaan tempat para TKI bekerja agar dapat menyediakan ruang kelas sehingga proses pengajaran kepada anak-anak TKI tersebut dapat terlaksana.
Menurut Presiden, Indonesia akan mengirim guru khusus dengan imbalan sama dengan guru daerah terpencil untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak TKI di Malaysia.
Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga menyepakati agar kontrak kerja untuk para TKI harus diberikan dalam Bahasa Indonesia agar para TKI dapat memahami isi kontrak tersebut.
Dibicarakan juga masalah perpanjangan visa selama dua tahun bagi pelajar Malaysia di Indonesia dan sebaliknya agar dipermudah. Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga sepakat saling mengirimkan pelajar untuk mengenyam pendidikan di Universitas Pertahanan yang ada di negara masing-masing.
Dalam pertemuan bilateral antara Presiden Yudhoyono dan PM Malaysia juga dibicarakan tentang kerja sama di bidang teknologi pengadaan barang sehingga proses pengadaan barang dapat berlangsung cepat, tepat, dan tanpa peluang penyelewengan.(*)
(T.D013/Z002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Tags: