Jakarta (ANTARA News) - Hubungan yang sulit antara pemerintah dan komunitas ilmiah tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga Amerika Serikat, kata Utusan Khusus bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS Prof Bruce Alberts PhD.

Ilmuwan dari The National Academy of Sciences (NAS) AS tersebut mengatakan hal itu dalam acara "International Center for Interdisciplinary and Advanced Research (ICIAR) Inaugural Lecture" yang digelar LIPI di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, bahasa ilmiah sangat berbeda dengan bahasa politis sehingga kedua pihak masing-masing sering salah menginterpretasikan bahasa masing-masing.

"Ketika ilmuwan memaparkan laporannya kepada pemerintah, seringkali mereka menginterpretasikannya berbeda, karena itu perlu ada interpreter bahasa ilmiah ke bahasa yang lebih populer yang dimengerti mereka," kata pakar biologi molekuler yang rendah hati tersebut.

Budaya dalam dunia politik, ujar Pemimpin Redaksi Majalah Science itu, sangat berbeda dengan budaya di dunia ilmiah, sehingga apa yang diharapkan ilmuwan kepada para pengambil kebijakan seringkali terabaikan.

Menurut Alberts, hal yang paling efektif untuk mengaitkan kedua dunia itu seperti pengalamannya di AS adalah, dengan memberikan beasiswa kepada para ilmuwan untuk bekerja di pemerintahan, setidaknya selama setahun, sehingga terjadi koneksi antara kedua dunia.

Selain itu, katanya, perlu ada pertemuan yang dilakukan antara dua komunitas itu yang dilakukan secara periodik, misalnya diskusi antara komunitas ilmiah dan parlemen sekali sebulan.

Ia juga mengungkapkan, tentang komunitas ilmiahnya, NAS, yang tetap bersifat independen dalam memberikan nasihatnya kepada pemerintah.

"Dari sedikitnya 200 laporan per tahun yang kami berikan ke pemerintah AS, 85 persen di antaranya adalah riset yang diminta oleh pemerintah, namun pada saat yang sama, kami juga mengirimkan laporan tersebut kepada pers dan menampilkannya di website kami untuk publik," katanya.

Meskipun pemerintah merasa tidak terlalu senang dengan sikap ini, namun ada hal yang membuat pemerintah AS tetap senang menerima laporan dari komunitas ilmiah NAS.

"Karena pemerintah kami bangga pada kebijakan berbasis iptek terbaik, apalagi jika argumen ilmiah tersebut mendukung kebijakan pemerintah," katanya.

Dalam pidato Alberts yang diperkenalkan LIPI bertajuk "Science Policy within the frameworks of Climate Change in Human and Environment Securities" itu ternyata Alberts tidak bicara sedikitpun mengenai perubahan iklim dan lebih banyak berbicara mengenai institusi ilmiah di AS dan pengalamannya.

D009/A041