Jakarta (ANTARA) - Harus diakui bahwa hampir semua sektor bisnis terpukul akibat pandemi COVID-19.
Jika bisnis ingin tetap bertahan, maka tak ada pilihan lain, kecuali harus mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru.
Dalam situasi seperti saat ini, ternyata tersebut masih ada sektor yang masih terus berdenyut bahkan menjadi penopang sektor lain agar tetap bergerak.
Sektor tersebut adalah logistik yang dengan berbagai kebijakan pembatasan untuk mencegah COVID-19, masih mampu bergerak.
Pengiriman obat, vaksin, termasuk alat-alat berat untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di pelosok-pelosok daerah di Indonesia, membutuhkan layanan logistik yang memadai. Artinya, barang atau produk tersebut bisa sampai selamat dan tepat di tujuan.
Dapat dibayangkan jembatan besi yang putus akibat bencana, apabila tidak didukung logistik yang memadai bisa butuh waktu berbulan-bulan baru bisa dipergunakan kembali.
Besi jembatan yang dimensinya besar-besar itu harus sampai ke tujuan dalam waktu secepatnya meskipun infrastruktur ke lokasi tersebut belum mendukung.
Ketua Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahwan Hanafi mengakui anggotanya mengalami lonjakan pertumbuhan pendapatan di tengah pandemi COVID-19.
Yukki merujuk data Kementerian Keuangan yang mencatat bahwa segmen logistik relatif stabil selama pandemi COVID-19.
Bahkan, transaksi pembelian lewat e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta transaksi dengan total nilai transaksi naik 9,9 persen menjadi Rp20,7 triliun.
Hal ini terjadi karena aktivitas belanja daring selama pandemi meningkat. Tidak hanya itu pemerintah sampai saat ini harus membuat pembangunan infrastruktur, harus tetap berjalan sebagai upaya mendorong ekonomi agar tetap bertumbuh, kata Yukki.
Yukki juga mengungkapkan bisnis logistik merupakan bisnis kepercayaan sehingga ketepatan waktu dan keamanan barang menjadi kunci keberhasilan. Hal ini bisa terlaksana apabila perusahaan tersebut didukung jaringan armada yang memadai.
Efisien
Soal efisien ini memang menjadi tantangan bagi perusahaan logistik di tengah pandemi. Keahlian dalam hal manajemen transportasi dibutuhkan di sini. Artinya, jangan sampai armada yang mengirimkan barang itu, kembali dalam keadaan kosong.
Tidak hanya itu, perusahaan logistik dengan spesifikasi khusus juga kerap dilibatkan untuk pengiriman box girder beton (balok beton penyangga) untuk pembangunan jalan layang maka balok beton itu dikirim tepat waktu sekaligus tidak mengganggu lalu lintas.
Baca juga: Investasi sektor logistik akan meningkat di masa mendatang
Hal itu juga diakui Direktur Utama PT Cipta Krida Bahari (CKB) Group, Iman Sjafei yang pernah mendapat tugas serupa dari PT Bukaka Teknik Utama Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di bidang EPC (engineering, procurement, and construction) untuk pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta- Cikampek II saat itu.
Anak usaha dari PT ABM Investama Tbk itu diberi tugas untuk memobilisasi 422 unit box girder Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated. Dengan muatan “paket” terberat yang diangkut ketika itu mencapai 80 ton dan ukuran terpanjang 60 meter.
Selama sembilan bulan perusahaan harus menyediakan berbagai kebutuhan mulai dari tenaga kerja, kelistrikan dan alat pendukung seperti prime mover, multi axles, turn table, lashing, wire rope, dan sling.
Perencanaan harus disusun dengan matang, jelas Iman, agar pembangunan jangan sampai terganggu karena harus mengejar waktu penyelesaian. Namun juga tidak asal kirim karena bisa mengganggu lalu lintas tol Jakarta - Cikampek yang saat itu sangat padat.
Tantangan juga dihadapi perusahaan saat harus memobilisasi 18 unit Cat® 777E dari Indonesia ke Afrika. Truk berukuran besar yang bobot kosong tiap unitnya mencapai 65 ton tersebut dikirimkan dari Pusat Logistik Berikat CKB Group, Jakarta Mega Hub yang berlokasi di Cakung, Jakarta menuju Durban, Afrika Selatan dan Tema, Ghana.
Aman
Menurut Iman perusahaan logistik dituntut menerapkan prosedur ketat dalam menerapkan berbagai ketentuan, termasuk protokol kesehatan. Harus dipastikan barang-barang yang dikirim kepada mitra dalam kondisi aman.
Apalagi barang-barang yang "dititipkan" itu bukan sembarangan sebagai contoh pernah juga diminta mengirim travo berukuran jumbo untuk keperluan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) di pedalaman Kalimantan Tengah, yang mengharuskan melewati sungai yang saat surut kapal bisa kandas.
Baca juga: Anggota DPR: Ekosistem logistik permudah perdagangan kala pandemi
Apapun kondisinya harus dipastikan barang itu sampai ke tujuan dengan aman dan tepat waktu.
Oleh karena itu, perencanaan menjadi hal yang sangat penting dalam industri logistik.
Apalagi mitra perusahaan logistik sebagian besar bergerak di sektor tambang, industri kimia, migas, dan manufaktur yang memiliki barang-barang yang membutuhkan penanganan khusus.
Dia juga mengatakan manajemen yang sangat ketat termasuk soal keamanan juga diberlakukan untuk pengiriman “paket” ke daerah-daerah rawan seperti saat pembangunan jalan Trans Papua.
Sebelum mengirimkan barang, harus berkoordinasi jauh-jauh hari dengan pemerintah daerah, TNI, dan kepolisian, agar barang dapat dikirim dengan aman dan keselamatan karyawan juga terjamin.
Persoalan lainnya yang harus diperhitungkan, saat mengirimkan barang adalah efisiensi. Kargo yang digunakan untuk mengirim barang seharusnya kembali dengan barang juga minimal agar biaya transportasi dapat ditutup. Persoalannya tidak semua daerah di Indonesia seperti itu, terkadang kargo kembali tanpa ada muatan (kosong).
Sehingga, negosiasi harga pada bisnis ini serta pemahaman lokasi yang dituju menjadi hal penting. Keliru sedikit untuk memprediksi kondisi di lapangan justru bisa menjadi "cost", apalagi kalau kontraknya ditandatangani dalam waktu satu tahun, urai Iman.
Namun perusahaan-perusahaan logistik melihat prospek ekonomi Indonesia ke depannya sangat cerah, meskipun saat ini masih di dera pandemi.
Pengamat ekonomi Chatib Basri melihat ekonomi Indonesia diperkirakan akan bangkit di tahun 2021 seiring dengan dimulainya kegiatan vaksinasi COVID-19. Menurut pandangannya sampai dengan kuartal II 2021 ekonomi masih terpengaruh dampak dari COVID-19, namun sejumlah sektor usaha sudah mulai bangkit.
Baca juga: Pemerintah berupaya tekan biaya logistik
Hal senada juga disampaikan Iman Sjafei yang melihat tahun 2021 sebagai peluang serta sudah saatnya untuk mulai membenahi infrastruktur termasuk yang dibutuhkan saat ini adalah kesiapan teknologi informasi (TI).
Hal ini dibutuhkan sebagai antisipasi rampungnya infrastruktur yang dibangun pemerintah sehingga kian mempercepat mobilisasi barang.
Dia mencontohkan hadirnya tol laut, tol Trans Jawa, dan serta jalan tol di sejumlah daerah di Indonesia akan membuat pengiriman semakin dapat diprediksi.
Salah satu teknologi yang telah diterapkan adalah GPS Tracking sehingga armada yang tengah mengirimkan barang dapat terlacak keberadaannya, termasuk kalau barang itu sudah sampai tujuan.
Kehadiran teknologi itu untuk memudahkan untuk mengirim bantuan dari lokasi terdekat apabila terjadi gangguan dalam perjalanan misalnya saja kerusakan mesin.
Bahkan dari kalangan asosiasi melihat dari segi efisiensi perusahaan- perusahaan di Indonesia jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara seperti Amerika bahkan Singapura sekalipun.
Hal itu bisa diukur dari besaran tarif dengan jarak tempuh sepanjang 800 kilometer, tarif di Indonesia masih jauh lebih murah dibanding kedua negara tersebut.
Akhirnya, dapat dipastikan bahwa prospek sektor logistik ke depan tetap cerah, meski saat ini tengah pandemi COVID-19.
Ketika wabah ini sudah mulai diatasi, maka sektor ini bisa berlari kencang sehingga secara bersama bisa menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Artikel
Sektor logistik masih berdenyut di tengah pandemi
Oleh Ganet Dirgantara
2 Desember 2020 14:30 WIB
Deretan eksavator dalam antrean pengiriman ke sejumlah daerah oleh perusahaan logistik. ANTARA/Ganet Dirgantoro/aa.
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: