Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksi harga minyak sawit mentah atau CPO tahun 2021 akan mengalami peningkatan menjadi sekitar 668 dolar AS per ton.

Dalam pembukaan konferensi minyak sawit terbesar Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 Menko Airlangga menjelaskan bahwa permintaan minyak sawit pada tahun depan diperkirakan pulih, seiring dengan perekonomian yang kembali terbuka.

Selain itu, lanjut dia, peningkatan harga CPO juga didukung oleh berlanjutnya kebijakan biodiesel yang diterapkan pemerintah melalui mandatori Program Biodiesel 30 atau B30, serta adanya peningkatan permintaan oleh mitra dagang besar.

"Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, minyak sawit diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan harga pada tahun 2021 menjadi sekitar 668 dolar AS per metrik ton dari 650 dolar per metrik ton pada tahun 2020," kata Menko Airlangga dalam pembukaan IPOC yang diselenggarakan secara virtual, Rabu.

Baca juga: Gapki: Industri sawit khawatir COVID-19 terus tekan harga CPO

Menko Airlangga mengatakan bahwa minyak sawit telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi lapangan kerja bagi lebih dari 16 juta orang dan memberikan kontribusi rata-rata sekitar 20 miliar dolar AS per tahun.

"Selama pandemi industri minyak sawit terus memberikan kontribusi pada kegiatan ekonomi yang masih menunjukkan perkembangan yang positif," kata Menko Airlangga.

Menurut dia, industri sawit yang termasuk dalam sektor pertanian cenderung memiliki ketahanan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Untuk mendukung pertumbuhan di sektor ini, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi keterpurukan tersebut, salah satunya mengenai dukungan terhadap industri kelapa sawit.

Baca juga: IPOC 2020, Ketua Gapki paparkan tantangan industri sawit saat pandemi

Selain itu, kata dia, pemerintah akan menyediakan dana untuk program peremajaan perkebunan yang telah dicanangkan di Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan oleh Presiden.

Program ini bertujuan untuk memastikan legalitas lahan meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan, dan memastikan praktik berkelanjutan oleh petani kecil.

Replanting atau peremajaan kebun sawit juga telah masuk dalam salah satu program strategis dalam penanganan pemulihan ekonomi nasional, untuk kepentingan kemudahan upaya tersebut akan lebih diupayakan kerja sama antara perkebunan dan pemerintah.

Salah satu kerja samanya adalah dengan mengeluarkan proses peremajaan melalui pembentukan pinjaman usaha rakyat atau KUR.

"Saat ini kami telah mendapatkan komitmen dari bank untuk mendukung dalam memenuhi target replanting pada usaha mikro, kecil dan menengah, yang mana dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi Indonesia melalui pencapaian program percepatan penanaman kembali ini," kata Menko Airlangga.

Baca juga: Gapki gelar IPOC secara virtual bahas industri sawit pada normal baru