Industri mebel dan kerajinan keluhkan kelangkaan bahan baku rotan
2 Desember 2020 00:38 WIB
Ilustrasi: Pekerja mengangkat kursi berbahan rotan di kawasan Grogol, Jakarta, Minggu (29/11/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Cirebon (ANTARA) - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) meminta kepada pemerintah untuk mencarikan solusi kelangkaan bahan baku rotan yang sedang terjadi saat ini.
"Kita minta pemerintah untuk segera mencari solusi kelangkaan bahan baku rotan yang menyebabkan lesunya industri ini," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur di Cirebon, Jawa Barat, Selasa.
Dia menuturkan dalam beberapa bulan terakhir bahan baku rotan sangat sulit dicari oleh para perajin, baik yang berada di Cirebon, Jepara, Bekasi, dan beberapa sentra kerajinan rotan lainnya.
Kelangkaan bahan baku rotan, kata Sobur, salah satunya dikarenakan masih banyaknya penyelundupan bahan baku ke luar negeri.
Baca juga: Kalangan industri mebel: Jangan buka ekspor kran kayu log dan rotan
"Untuk itu kami meminta pemerintah agar tidak goyah dan tetap mempertegas larangan ekspor rotan mentah, supaya bahan baku tersebut bisa digunakan di dalam negeri dan menjadi nilai tambah," katanya.
Sobur mengatakan adanya kebijakan ekspor bahan baku rotan pada tahun 2005 telah membuat China dan Vietnam merebut pasar Indonesia.
Kedua negara tersebut tampil menjadi kompetitor Indonesia dan telah mampu menjual produk barang menjadi rotan dengan harga yang lebih murah.
"Potensi market China yang besar pun tidak dapat dipenetrasi Indonesia, karena China memasok kebutuhan dari hasil industrinya sendiri," ujar Sobur.
Baca juga: Mendag lepas ekspor kontainer rotan UKM
Selain itu akibat keluarnya kebijakan pemerintah pada tahun 2005 yang membuka ekspor bahan baku telah menghapus Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, dari peta sentra industri mebel dan kerajinan rotan nasional.
Kelangkaan bahan baku ini juga telah menyebabkan para pengusaha industri rotan di Cirebon, Jepara, Tengerang Banten, Lampung, Palembang, sentra-sentra industri rotan di Surabaya, dan beberapa sentra industri mebel di beberapa wilayah dalam skala kecil mengalami kesulitan memperoleh bahan baku.
Abdul Sobur mengatakan selain penyelundupan, bahan baku juga langka karena banjir di hutan, petani enggan memanen rotan yang hasilnya di bawah pertambahan atau perkebunan hingga soal teroris di Sulawesi Tengah.
"Padahal tahun depan dipastikan ada peningkatan orderan, khususnya dari Amerika Serikat. Peningkatannya bisa 6,5 persen," katanya.
Baca juga: Mendag: Ekspor rotan naik 4,35 persen pada Januari-Agustus 2020
"Kita minta pemerintah untuk segera mencari solusi kelangkaan bahan baku rotan yang menyebabkan lesunya industri ini," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur di Cirebon, Jawa Barat, Selasa.
Dia menuturkan dalam beberapa bulan terakhir bahan baku rotan sangat sulit dicari oleh para perajin, baik yang berada di Cirebon, Jepara, Bekasi, dan beberapa sentra kerajinan rotan lainnya.
Kelangkaan bahan baku rotan, kata Sobur, salah satunya dikarenakan masih banyaknya penyelundupan bahan baku ke luar negeri.
Baca juga: Kalangan industri mebel: Jangan buka ekspor kran kayu log dan rotan
"Untuk itu kami meminta pemerintah agar tidak goyah dan tetap mempertegas larangan ekspor rotan mentah, supaya bahan baku tersebut bisa digunakan di dalam negeri dan menjadi nilai tambah," katanya.
Sobur mengatakan adanya kebijakan ekspor bahan baku rotan pada tahun 2005 telah membuat China dan Vietnam merebut pasar Indonesia.
Kedua negara tersebut tampil menjadi kompetitor Indonesia dan telah mampu menjual produk barang menjadi rotan dengan harga yang lebih murah.
"Potensi market China yang besar pun tidak dapat dipenetrasi Indonesia, karena China memasok kebutuhan dari hasil industrinya sendiri," ujar Sobur.
Baca juga: Mendag lepas ekspor kontainer rotan UKM
Selain itu akibat keluarnya kebijakan pemerintah pada tahun 2005 yang membuka ekspor bahan baku telah menghapus Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, dari peta sentra industri mebel dan kerajinan rotan nasional.
Kelangkaan bahan baku ini juga telah menyebabkan para pengusaha industri rotan di Cirebon, Jepara, Tengerang Banten, Lampung, Palembang, sentra-sentra industri rotan di Surabaya, dan beberapa sentra industri mebel di beberapa wilayah dalam skala kecil mengalami kesulitan memperoleh bahan baku.
Abdul Sobur mengatakan selain penyelundupan, bahan baku juga langka karena banjir di hutan, petani enggan memanen rotan yang hasilnya di bawah pertambahan atau perkebunan hingga soal teroris di Sulawesi Tengah.
"Padahal tahun depan dipastikan ada peningkatan orderan, khususnya dari Amerika Serikat. Peningkatannya bisa 6,5 persen," katanya.
Baca juga: Mendag: Ekspor rotan naik 4,35 persen pada Januari-Agustus 2020
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: